ASK
ME

REGISTER
NOW

Sorotan Bahasa dalam Keluarga Migran

11/3/2025 12:00:00 AM



Jakarta, 23 Oktober 2025 - Di era global dan serba digital, penggunaan bahasa dalam keluarga kerap menjadi hal yang diperdebatkan, terutama keluarga migran. Keluarga perlu memikirkan bahasa yang sebaiknya digunakan di rumah, tempat tumbuh berkembang keluarga. Isu inilah yang diangkat oleh Indah Sari Lubis dalam Sidang Terbuka Doktor Linguistik Terapan Bahasa Inggris yang berlangsung pada Selasa (14/10) di Gedung Yustinus Lt. 14. 


Dalam disertasinya yang berjudul “Multilinguality As Lived Reality: Multilingual Family language policy among Indonesian Migrant Families In Samarinda, East Borneo”, Indah membahas tentang kebijakan berbahasa dalam keluarga migran (Family Language Policy/FLP). Ia meneliti bagaimana keluarga migran bernegosiasi dalam menggunakan bahasa warisan, Indonesia, dan asing di rumah. 


Bagi Indah, bahasa tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi, tetapi juga sarana menjaga jati diri dan membangun relasi. Melalui pendekatan FLP, ia menyoroti bagaimana keluarga migran menyeimbangkan penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari-hari. 


Samarinda dipilih sebagai lokasi penelitian karena mencerminkan keragaman linguistik Indonesia. Kota ini dihuni oleh berbagai etnis seperti Jawa, Banjar, Bugis, hingga Buton. Selain itu, Samarinda mengalami dinamika baru sejak hadirnya proyek pemindahan Ibu Kota Nusantara (IKN). Faktor-faktor tersebut menjadikan Samarinda sebagai konteks ideal dalam memahami bagaimana keluarga migran beradaptasi terhadap keberagaman bahasa dan budaya.



Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keluarga migran di Samarinda memandang multilingualisme sebagai sumber daya, bukan hambatan. Mereka menjaga bahasa warisan sebagai simbol keterikatan budaya dan makna emosional. Mereka pun menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan simbol kebangsaan, serta bahasa asing, diantaranya Inggris, Mandarin dan Korea, digunakan untuk tujuan seperti pendidikan dan ekonomi agar dapat bersaing secara global. 


Keputusan berbahasa dalam keluarga dapat dilihat dari cara orang tua berkomunikasi kepada anak hingga pilihan bahasa dalam aktivitas digital. Upaya-upaya tersebut mencerminkan adaptasi terhadap perubahan. 


Disertasi milih Indah ini menunjukkan bahwa menjaga bahasa berarti menjaga ingatan, relasi, dan harapan. Rumah bukan sekadar tempat tinggal, tetapi ruang untuk identitas terus hidup dan tempat merajut masa depan melalui bahasa.


(STV)