JAKARTA –
Institute For Advance Research (IFAR) dari Universitas Katolik Indonesia
(Unika) Atma Jaya bekerja sama dengan Westminster Foundation for Democracy
(WFD) menyelenggarakan seminar Refleksi dan Evaluasi Keterwakilan Perempuan di
Tahun Politik pada Senin (17/3/25) di Gedung Yustinus Lantai 14 Unika Atma
Jaya, Jakarta.
Fokus acara ini bertujuan untuk mengevaluasi
keterwakilan perempuan dalam pemilu dan pilkada serentak 2024 serta merumuskan
strategi untuk meningkatkan partisipasi perempuan dalam politik Indonesia
dengan mengundang berbagai praktisi politik yang ahli dalam bidangnya sebagai
pembicara.
Acara dihadiri oleh Wakil Menteri Dalam Negeri,
Bima Arya Sugiarto, yang menjadi pembicara kunci menyoroti angka keterwakilan
perempuan dalam dunia politik. Menurut Bima Arya, keterwakilan perempuan masih
dibawah target afirmasi 30% dan menurutnya keterwakilan perempuan tidak boleh
hanya sekadar angka saja, tetapi harus memiliki kualitas secara substansif
dalam pengambilan kebijakan.
“Basis politik gerakan perempuan sangat penting
untuk bisa memunculkan jaringan pendorong pada keterwakilan perempuan di dunia
politik. Basis politik dari gerakan wanita inilah yang dapat memunculkan jaringan-jaringan
pendorong untuk para perempuan tetapi kenyataannya jaringan yang dibangun
selama bertahun-tahun pasca reformasi belum mampu untuk mendorong dan ini harus
menjadi bagian dari evaluasi kita,” kata Bima Arya selaku Wakil Menteri Dalam
Negeri.
Rektor Unika Atma Jaya, Prof. Dr. dr. Yuda Turana,
Sp.S(K) menekankan pentingnya peningkatan pendidikan pada perempuan serta peran
dalam pembuatan kebijakan dan dunia politik yang akan mendorong perubahan yang
lebih besar untuk bangsa Indonesia.
“Hari ini saya semakin mendalami bahwa bukan hanya
tentang pendidikan perempuan yang ditinggikan tetapi bagaimana seorang
perempuan berkontribusi dalam policy dan dunia politik, itulah yang akan
mengubah kita menjadi satu bangsa yang besar dan saya percaya akan hal itu,” kata
Prof. Dr. dr. Yuda Turana, Sp.S(K) selaku Rektor Unika Atma Jaya.
Direktur dari Westminster Foundation for Democracy
(WFD) Indonesia Ravio Patra turut memberikan kata sambutan yang menyoroti marginalisasi
perempuan yang masih kuat dalam politik dan terjadi karena hasil dari
ketimpangan sistem yang telah berlangsung lama, melalui penelitian yang banyak
dilakukan WFD dengan lembaga lain menunjukkan meskipun tidak terlihat tetapi
berbagai kekerasan sudah terjadi mulai dari verbal hingga secara ekonomi masih
menjadi hambatan bagi perempuan untuk berpartisipiasi dalam politik.
“Mendorong partisipasi perempuan bukan berarti
hanya perempuan karena kelompok yang dimarginalkan itu beragam, harapannya
dengan diskusi hari ini kita bisa menggali lebih dalam mendapat gambaran”, ujar
Ravio Patra selaku Direktur dari WFD Indonesia.
Seminar kemudian dilanjutkan ke dalam diskusi
panel, diskusi panel pertama dibuka dan membahas refleksi keterwakilan
perempuan dalam pilpres dan pileg 2024. Diskusi panel pertama dipandu oleh
moderator Titi Anggrani, pengajar Fakultas Hukum UI. Kemudian para pembicara
diantaranya yaitu Khoirunnisa Nur Agustyati selaku Direktur Eksekutif Perludem
membahas keterwakilan perempuan dalam evaluasi pemilu serentak 2024, selain itu
pembicara lainnya yaitu Edriana Noerdin dari Women Research Institute (WRI)
banyak membahas mengenai kesulitan perempuan dalam dunia politik dan
marginalisasi perempuan ketika turut mengambil peran dalam dunia politik, serta
pembicara lainnya yaitu Ravio Patra selaku Direktur WFD yang menyampaikan
beberapa data kurangnya keterlibatan perempuan di dunia politik.
Di panel kedua membahas refleksi keterwakilan
perempuan dalam Pilkada Serentak 2024 yang dipandu oleh Indriaswati Dyah
Saptaningrum dari IFAR Unika Atma Jaya. Selain itu hadir beberapa narasumber
seperti Irma Suryani Chaniago selaku anggota DPR RI sekaligus ketua presidium
Kaukus Perempuan Politik Indonesia (KPPI) yang mengungkapkan tantangan yang
dihadapi perempuan dalam mencalonkan dalam dunia politik dengan didukung dari
pengalaman Irma, lalu Mike Verawati Tangka selaku Sekjen Koalisi Perempuan
Indonesia yang memaparkan bahwa peran perempuan dalam pilkada seringkali
dipandang sebelah mata. Kemudian ada Rahmat Bagja selaku Ketua Bawaslu RI yang
membahas tantangan keadilan dalam pemilu serentak 2024. Dan sebagai pembicara
penutup Ahmad Doli Kurnia Tandjung selaku Wakil ketua Baleg & Anggota
Komisi II DPR RI turut hadir membahas peran legislatif dalam keterwakilan
perempuan.
Diskusi ini menunjukkan komitmen Unika Atma Jaya
dalam mempertegas perannya sebagai pusat pemikiran kritis dan ruang untuk
berdialog strategis dengan mengangkat isu Keterwakilan Perempuan di Tahun
Politik dan menghadirkan berbagai pembicara yang merupakan praktisi yang pakar
di bidangnya.
Melalui seminar ini diharapkan diskusi yang telah berlangsung dapat menjadi refleksi dan langkah konkret dalam mendorong kebijakan politik yang lebih ramah untuk keterwakilan perempuan. Diskusi yang dilakukan juga merupakan wadah evaluasi keterwakilan perempuan dalam pemilu dan pilkada serentak 2024 dengan menyoroti beberapa tantangan yang harus dihadapi perempuan seperti hambatan struktural, kekerasan verbal serta minimnya dukungan dari partai politik.