ASK
ME

REGISTER
NOW

Wamen Dalam Negeri Soroti Keterwakilan Perempuan di Politik dalam Seminar IFAR Unika Atma Jaya

3/25/2025 12:00:00 AM


 

JAKARTA – Institute For Advance Research (IFAR) dari Universitas Katolik Indonesia (Unika) Atma Jaya bekerja sama dengan Westminster Foundation for Democracy (WFD) menyelenggarakan seminar Refleksi dan Evaluasi Keterwakilan Perempuan di Tahun Politik pada Senin (17/3/25) di Gedung Yustinus Lantai 14 Unika Atma Jaya, Jakarta. 

 

Fokus acara ini bertujuan untuk mengevaluasi keterwakilan perempuan dalam pemilu dan pilkada serentak 2024 serta merumuskan strategi untuk meningkatkan partisipasi perempuan dalam politik Indonesia dengan mengundang berbagai praktisi politik yang ahli dalam bidangnya sebagai pembicara.

 

Acara dihadiri oleh Wakil Menteri Dalam Negeri, Bima Arya Sugiarto, yang menjadi pembicara kunci menyoroti angka keterwakilan perempuan dalam dunia politik. Menurut Bima Arya, keterwakilan perempuan masih dibawah target afirmasi 30% dan menurutnya keterwakilan perempuan tidak boleh hanya sekadar angka saja, tetapi harus memiliki kualitas secara substansif dalam pengambilan kebijakan.


 

“Basis politik gerakan perempuan sangat penting untuk bisa memunculkan jaringan pendorong pada keterwakilan perempuan di dunia politik. Basis politik dari gerakan wanita inilah yang dapat memunculkan jaringan-jaringan pendorong untuk para perempuan tetapi kenyataannya jaringan yang dibangun selama bertahun-tahun pasca reformasi belum mampu untuk mendorong dan ini harus menjadi bagian dari evaluasi kita,” kata Bima Arya selaku Wakil Menteri Dalam Negeri. 

 

Rektor Unika Atma Jaya, Prof. Dr. dr. Yuda Turana, Sp.S(K) menekankan pentingnya peningkatan pendidikan pada perempuan serta peran dalam pembuatan kebijakan dan dunia politik yang akan mendorong perubahan yang lebih besar untuk bangsa Indonesia.

 

“Hari ini saya semakin mendalami bahwa bukan hanya tentang pendidikan perempuan yang ditinggikan tetapi bagaimana seorang perempuan berkontribusi dalam policy dan dunia politik, itulah yang akan mengubah kita menjadi satu bangsa yang besar dan saya percaya akan hal itu,” kata Prof. Dr. dr. Yuda Turana, Sp.S(K) selaku Rektor Unika Atma Jaya.

 

Direktur dari Westminster Foundation for Democracy (WFD) Indonesia Ravio Patra turut memberikan kata sambutan yang menyoroti marginalisasi perempuan yang masih kuat dalam politik dan terjadi karena hasil dari ketimpangan sistem yang telah berlangsung lama, melalui penelitian yang banyak dilakukan WFD dengan lembaga lain menunjukkan meskipun tidak terlihat tetapi berbagai kekerasan sudah terjadi mulai dari verbal hingga secara ekonomi masih menjadi hambatan bagi perempuan untuk berpartisipiasi dalam politik.


 

“Mendorong partisipasi perempuan bukan berarti hanya perempuan karena kelompok yang dimarginalkan itu beragam, harapannya dengan diskusi hari ini kita bisa menggali lebih dalam mendapat gambaran”, ujar Ravio Patra selaku Direktur dari WFD Indonesia.

 

Seminar kemudian dilanjutkan ke dalam diskusi panel, diskusi panel pertama dibuka dan membahas refleksi keterwakilan perempuan dalam pilpres dan pileg 2024. Diskusi panel pertama dipandu oleh moderator Titi Anggrani, pengajar Fakultas Hukum UI. Kemudian para pembicara diantaranya yaitu Khoirunnisa Nur Agustyati selaku Direktur Eksekutif Perludem membahas keterwakilan perempuan dalam evaluasi pemilu serentak 2024, selain itu pembicara lainnya yaitu Edriana Noerdin dari Women Research Institute (WRI) banyak membahas mengenai kesulitan perempuan dalam dunia politik dan marginalisasi perempuan ketika turut mengambil peran dalam dunia politik, serta pembicara lainnya yaitu Ravio Patra selaku Direktur WFD yang menyampaikan beberapa data kurangnya keterlibatan perempuan di dunia politik.


 

Di panel kedua membahas refleksi keterwakilan perempuan dalam Pilkada Serentak 2024 yang dipandu oleh Indriaswati Dyah Saptaningrum dari IFAR Unika Atma Jaya. Selain itu hadir beberapa narasumber seperti Irma Suryani Chaniago selaku anggota DPR RI sekaligus ketua presidium Kaukus Perempuan Politik Indonesia (KPPI) yang mengungkapkan tantangan yang dihadapi perempuan dalam mencalonkan dalam dunia politik dengan didukung dari pengalaman Irma, lalu Mike Verawati Tangka selaku Sekjen Koalisi Perempuan Indonesia yang memaparkan bahwa peran perempuan dalam pilkada seringkali dipandang sebelah mata. Kemudian ada Rahmat Bagja selaku Ketua Bawaslu RI yang membahas tantangan keadilan dalam pemilu serentak 2024. Dan sebagai pembicara penutup Ahmad Doli Kurnia Tandjung selaku Wakil ketua Baleg & Anggota Komisi II DPR RI turut hadir membahas peran legislatif dalam keterwakilan perempuan.

 

Diskusi ini menunjukkan komitmen Unika Atma Jaya dalam mempertegas perannya sebagai pusat pemikiran kritis dan ruang untuk berdialog strategis dengan mengangkat isu Keterwakilan Perempuan di Tahun Politik dan menghadirkan berbagai pembicara yang merupakan praktisi yang pakar di bidangnya.

 

Melalui seminar ini diharapkan diskusi yang telah berlangsung dapat menjadi refleksi dan langkah konkret dalam mendorong kebijakan politik yang lebih ramah untuk keterwakilan perempuan. Diskusi yang dilakukan juga merupakan wadah evaluasi keterwakilan perempuan dalam pemilu dan pilkada serentak 2024 dengan menyoroti beberapa tantangan yang harus dihadapi perempuan seperti hambatan struktural, kekerasan verbal serta minimnya dukungan dari partai politik.