Jakarta, Februari 2025 – Usai mengikuti pembekalan untuk
Program Praktik Lapangan (PPL) Sosial Masyarakat selama 10 hari, mahasiswa
angkatan 2022 reguler dan 2023 RPL, siap menjalani PPL ini di lembaga-lembaga sosial yang melayani masyarakat. Kegiatan
ini merupakan bagian
dari kurikulum Prodi Pendikkat yang bertujuan untuk
membekali mahasiswa dengan pengalaman nyata dalam pelayanan sosial dan pastoral.
Praktik ini berlangsung di empat lokasi, yaitu: Karya Kerasulan Vincensian, Atma Brata; Pastoral Care, Rumah Sakit Saint Carolus; Lembaga Daya Dharma, Keuskupan Agung Jakarta; Sekolah Luar Biasa (SLB B), Pangudi Luhur.
Para mahasiswa terlibat dalam berbagai aktivitas, seperti pendampingan rohani, pengajaran nilai-nilai kristiani, serta kegiatan pemberdayaan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Salah satu dosen pembimbing PPL, Dr. Liria Tjahja. M.Si.
menyampaikan harapannya kepada mahasiswa bimbingannya yang tengah menjalani
program PPL. Ia berharap para mahasiswa semakin mengenal medan untuk karya
pewartaannya di tengah masyarakat; mahasiswa mampu mewujudkan imannya dalam
kehidupan masyarakat; mahasiswa memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap
kebutuhan sesama, terutama sesama yang
miskin dan menderita, serta mereka semakin terampil memahami kebutuhan dan
persoalan yang terjadi di tengah kehidupan masyarakat.
Jessica Ursula, sebagai
salah seorang mahasiswa
yang sedang menjalani
program ini, mengungkapkan
bahwa pengalaman ini sangat berharga
karena menumbuhkan rasa empati dan kepedulian terhadap
kaum kecil, lemah, miskin, tersingkir, dan disabilitas (KLMTD),
khususnya para kawan disabilitas. Mereka
adalah individu yang setara dengan kita, memiliki keistimewaan dan bakat luar biasa,
termasuk dalam seni, seperti paduan
suara. Oleh karena itu, penting untuk menghargai
mereka tanpa merendahkan atau menganggap mereka tidak berdaya.
Melalui program ini, mahasiswa diharapkan dapat mengaplikasikan ilmu yang telah mereka pelajari di bangku perkuliahan serta mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam mengenai peran mereka dalam masyarakat. Dengan demikian, mereka dapat menjadi pendidik agama Katolik yang tidak hanya memiliki kompetensi akademik, tetapi juga kepedulian sosial yang tinggi.