
Jakarta, 22 Oktober 2025 - Unika Atma Jaya (UAJ) kembali menegaskan
komitmennya dalam pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi melalui pengukuhan
Guru Besar yang berlangsung di Gedung Yustinus Lt. 15, Kampus Semanggi. Dalam
kesempatan tersebut, Prof. Dr. Sylvia Diana Purba, S.E., M.E. dari Fakultas
Ekonomi dan Bisnis (FEB) resmi dikukuhkan menjadi Guru Besar ke-27 Unika Atma
Jaya di bidang Human Resource Management. Sepanjang tahun 2025, UAJ
telah mengukuhkan enam orang Guru Besar dari berbagai disiplin ilmu sebagai
wujud komitmen universitas dalam mendorong pengembangan ilmu pengetahuan dan
menghadapi dinamika tantangan global
yang terus berkembang.
Prof. Sylvia merupakan dosen Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Unika Atma Jaya yang telah mengabdi sejak tahun 1995. Kiprahnya di
dunia pendidikan secara konsisten tercermin melalui berbagai riset, publikasi
ilmiah, buku, serta forum akademik di tingkat nasional dan internasional.
Perjalanan panjang ini akhirnya berhasil mengantar Prof. Sylvia meraih gelar
Guru Besar.
Rektor Unika Atma Jaya, Prof. Dr. dr Yuda Turana, Sp.s(K), menyampaikan apresiasi dan harapan agar keteladanan Prof. Sylvia dapat menginspirasi civitas akademika Unika Atma Jaya.

“Melalui pengukuhan ini, kita mendukung perjalanan Prof. Sylvia kedepannya. Semoga dengan gelar baru sebagai Guru Besar, Prof. Sylvia dapat senantiasa memberikan teladan dan semangat bagi kita semua untuk memajukan Unika Atma jaya melalui prestasi akademik di tingkat nasional dan global,“ ungkap Prof. Yuda.
Dalam orasi ilmiahnya
yang berjudul “Menjaga Employee Sustainability: Implementasi
Sistem Kerja Hibrida dalam Meningkatkan Komitmen Millenial dan Gen Z, Tantangan
dan Peluang”, Prof. Sylvia menyoroti perubahan lanskap dunia kerja di era
digital, terutama ketika generasi Millenial dan Gen Z kini menjadi mayoritas
angkatan kerja. Ia menjelaskan bahwa sistem kerja hibrida (hybrid work
model) merupakan strategi sumber daya manusia berkelanjutan yang berperan
dalam meningkatkan kepuasan kerja dan memperkuat komitmen terhadap organisasi.
“Sistem kerja hibrida bukan sekadar tren,
melainkan strategi berkelanjutan untuk menjaga kesejahteraan, komitmen, dan
keberlanjutan karyawan lintas generasi”, ungkap Prof. Sylvia.
Hasil penelitian Prof. Sylvia menunjukkan bahwa kepuasan kerja memiliki peran kuat dalam membentuk komitmen generasi milenial dan Z terhadap terhadap organisasi yang menerapkan sistem kerja hibrida. Lebih jauh, sistem ini terbukti memberikan manfaat sosial dan lingkungan secara berkelanjutan melalui pengurangan tingkat stres, polusi, dan konsumsi energi, serta mendukung penerapan konsep green human resource management (green HRM).

“Dengan demikian, kerja hibrida tidak hanya memperkuat keberlanjutan karyawan melalui kepuasan kerja, tetapi juga mendukung tujuan keberlanjutan organisasi dan lingkungan secara lebih luas”, jelas Prof. Sylvia.
Disamping kelebihan tersebut, Prof. Sylvia
juga menyoroti tantangan dalam sistem kerja ini, seperti ketidakjelasan batas
antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, hambatan komunikasi dan kolaborasi
antar karyawan on site dan remote, serta tantangan adaptasi
tenaga kerja. Oleh karena itu,
diperlukan rancangan kebijakan yang adaptif, kesiapan teknologi, kepemimpinan
yang responsif, serta budaya organisasi yang inklusif agar manfaat kerja hibrida
dapat dioptimalkan sekaligus meminimalkan risiko yang muncul.
Capaian akademik Prof. Sylvia tidak hanya
menjadi seremoni, melainkan juga menunjukkan peran nyata dalam menghasilkan
penelitian yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja saat ini. Kontribusi ini
diharapkan menjadi satu langkah konkret dalam menyelesaikan tantangan sosial
melalui pengembangan sumber daya manusia yang adaptif dan berkelanjutan.