JAKARTA –
Career Development Center (CDC) Universitas Katolik Indonesia (Unika)
Atma Jaya, mengadakan Partnership Gathering yang bertemakan Future Workforce: “Aligning
Educational Outcomes with Industry Needs” pada Jumat (1/11/24) di ballroom
Yustinus lantai 15, kampus Semanggi, Unika Atma Jaya.
Acara ini bertujuan untuk mendorong dunia
pendidikan dan industri untuk berkolaborasi dalam menciptakan sinergi yang kuat
sehingga lulusan yang dihasilkan siap dan relevan dalam menghadapi dunia kerja.
Acara dibuka dengan sambutan hangat dari Wakil
Rektor bidang Akademik Kemahasiswaan dan Sumber Daya Manusia, Dr. Yohanes Eko
Adi Prasentyanto, S.Si, yang membuka acara dengan ucapan terima kasih kepada
para mitra industri yang sudah memberikan kesempatan besar kepada mahasiswa
lulusan Unika Atma Jaya.
Yohanes Eko juga menjelaskan mengenai program SLJ
(Student Life Journey) yang menjadi program dalam membentuk karakter dan
mempersiapkan mahasiswa yang inovatif dan siap untuk memasuki dunia kerja.
“Melalui program SLJ ini kami tidak hanya mengintegrasikan di kelas tetapi juga
melalui kegiatan-kegiatan kemahasiswaan kami” tutur Yohanes Eko.
Kemudian dilanjutkan dengan kata sambutan dari
Kepala Career Development Center, Unika Atma Jaya, Hadyan Dhiozandi,
M.Psi.Psikolog. “Terima kasih kepada seluruh peserta dan mitra yang telah hadir
dan memberikan wadah berkarya bagi lulusan kami, mahasiswa dan mahasiswi Unika
Atma Jaya,” ujar Hadyan Dhiozandi.
Lebih jauh dijelaskan bahwa, saat ini CDC Unika
Atma Jaya sedang mengalami perubahan tampilan yang lebih fresh serta adanya
perkembangan layanan di website CDC. Layanan tersebut yaitu publikasi lowongan
pekerjaan, campus hiring, dan banyak fitur lainnya.
Acara kemudian dilanjutkan dengan sesi talkshow
yang dibawakan oleh Isdar Andre Marwan selaku Direktur dari Mercer Indonesia.
Dalam sesi ini menyoroti masalah di Indonesia yang membuat lulusan universitas
tidak dapat memenuhi kebutuhan industri, menurut Bapak Andre ada beberapa
faktor utama seperti kesenjangan keterampilan, terbatasnya kolaborasi dengan
industri, relevansi kurikulum yang tidak sejalan dengan perkembangan industri dan
peforma pemeringkatan internasional.
Salah satu yang menjadi sorotan adalah literasi
digital yang minim dan kekurangan nya teknologi seperti laptop untuk beberapa
anak yang menjadi contoh penyebab kesenjangan keterampilan terjadi.
Andre mengambil contoh dari beberapa negara luar
seperti Amerika Serikat, Jerman dan India untuk melihat tindakan mereka dalam
menangani masalah ini. Ketiga negara ini melakukan terobosoan untuk menangani
masalah ini seperti memperbanyak magang agar mahasiswa siap untuk menghadapi
dunia kerja, menjalin kemitraan dengan industri, melakukan pelatihan dan
mereformasi kurikulumnya.
“Prioritize well being now, work in a way that
works on you, and live life enjoy your life now,” tutur Andre untuk menutup sesinya. Acara ini
ditutup dengan sesi tanya jawab yang interaktif antara narasumber dan peserta,
memberikan kesempatan kepada para peserta acara untuk berdiskusi, berbagi ilmu
dan menyampaikan pertanyaan.
Harapannya melalui acara ini para peserta dapat
memperoleh pemahaman yang lebih dalam mengenai kesenjangan yang mungkin terjadi
antara hasil pendidikan dan kebutuhan industri serta menemukan berbagai macam
solusi inovatif yang bisa kita implementasikan dalam sistem pendidikan dan
dunia kerja di masa depan.