ASK
ME

REGISTER
NOW

Musim Gugur Membingkai Perayaan Chuseok dan Hangeul Day

10/13/2025 12:00:00 AM



Bulan Oktober merupakan momen istimewa bagi masyarakat Korea Selatan. Dalam bulan ini terdapat dua perayaan besar, yaitu Chuseok dan Hari Hangeul. Kedua hari besar tersebut menjadi pengingat untuk kembali menengok akar budaya, menghormati leluhur, dan merayakan bahasa nasional mereka.


Perayaan Chuseok (Hangawi) dikenal sebagai festival panen raya yang dirayakan setiap bulan ke-8, hari ke-15 berdasarkan kalender lunar. Bertepatan dengan musim gugur, tahun ini Chuseok jatuh pada tanggal 6 Oktober 2025.


Sebagai salah satu dari tiga hari libur nasional terbesar di Korea Selatan, Chuseok menjadi momen bagi keluarga dan kerabat untuk pulang kampung, berkumpul dan merayakan. Tradisi yang melekat, diantaranya melakukan charye (ritual minum teh untuk menghormati para leluhur), seongmyo (berziarah ke makam leluhur), serta membuat makanan khas songpyeon (kue beras manis).



Dalam semangat yang sama, masyarakat korea juga merayakan Hari Hangeul (Hangeulnal) pada 9 Oktober. Peringatan ke 579 ini bertujuan untuk mengenang penciptaan dan penetapan penggunaan alphabet Korea yang diciptakan oleh Raja Sejong.


Menyambut dua perayaan besar ini, Korean Cultural Center Indonesia (KCCI) bekerja sama King Sejong Institute Jakarta (KSIJ) dan Unika Atma Jaya (UAJ) menyelenggarakan “Festival Budaya Korea: Chuseok dan Hangeul Day” yang terbuka untuk umum di Kampus Semanggi, Unika Atma Jaya (7/10).


Festival ini menghadirkan berbagai aktivitas menarik seperti penampilan tari dan cover K-Pop, kuis dan perkenalan Chuseok, kompetisi pantun dengan unsur budaya Korea, kompetisi yel-yel, pengalaman Hansik (membuat songpyeon), kuis dan pengenalan Hari Hangeul, workshop kerajinan Hangeul, dan K-Pop random play dance.

 

Kepala UPT Pusat Pengajaran Bahasa Unika Atma Jaya Fifi Effendi, M.A., menyampaikan rasa syukurnya atas terselenggaranya acara ini.




“Salam Budaya! Bersama-sama kita merayakan Chuseok dan mengingatkan diri akan pentingnya bahasa dan aksara sebagai warisan budaya yang membentuk identitas suatu bangsa. Mari menggunakan momen ini sebagai jembatan untuk semakin mempererat persahabatan antara Korea dan Indonesia,” ungkap Fifi.


Ruang perjumpaan lintas budaya menjadi wujud keberhasilan kolaborasi antara institusi pendidikan dengan lembaga budaya dalam mempererat hubungan bilateral Indonesia dan Korea. Sebuah perayaan yang tak hanya menampilkan tradisi, tetapi juga menumbuhkan persahabatan antarbangsa.

 

(CHA)