
Di ruang kelas sekolah dasar, angka sering kali menimbulkan rasa takut bagi anak-anak. Padahal, di balik cerita sederhana yang mereka baca, banyak konsep matematika yang bisa diselipkan dengan cara yang menyenangkan.
Itulah semangat yang dihidupkan melalui Model Kosa Kata TSN (Teknis, Sub Teknis, Non Teknis), sebuah pendekatan yang mencoba menjembatani literasi dan numerasi secara kontekstual dalam proses pembelajaran.
Model ini kami perkenalkan dalam kegiatan yang digelar pada Jumat, 10 Oktober 2025, di SD Santo Lukas III Penginjil, Jakarta Utara. Saya hadir bersama dua rekan saya dari Unika Atma Jaya (UAJ), yakni Dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Dr. Ivan Stevanus, M.Pd., dan Kepala Program Studi PGSD, Dr. YC. Dhian Ariani, M.Hum.
Dalam kesempatan itu, saya memberikan gambaran praktis tentang bagaimana Model Kosa Kata TSN dapat diterapkan di ruang kelas. Melalui contoh rancangan pembelajaran yang memadukan literasi dan numerasi, konsep-konsep matematika disisipkan secara kontekstual dalam kegiatan membaca. Selain itu, juga diperlihatkan media pembelajaran berupa kartu literasi dan cerita numerasi yang membantu guru menghadirkan pengalaman belajar yang menyenangkan sekaligus bermakna bagi siswa.
“Dengan pendekatan ini, anak-anak lebih tertarik dan tidak merasa belajar matematika itu menegangkan,” ujar saya kepada para peserta.
Dari sisi perancangan pembelajaran, Ivan menekankan bahwa guru perlu memahami prinsip A-B-C-D (Audience–Behavior–Condition–Degree) dalam menyusun tujuan belajar yang menggunakan Model Kosa Kata TSN.
“Perumusan tujuan pembelajaran menjadi langkah strategis yang tidak bisa diabaikan dalam Model Kosakata TSN. Kosakata bukan sekadar alat komunikasi, tetapi juga instrumen berpikir yang membentuk cara siswa memahami dan mengorganisasi konsep. Dengan memilah kosakata yang tepat sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai, guru dapat memastikan bahwa tujuan pembelajaran mendukung pemahaman konsep secara terstruktur dan mendalam,” ujar Ivan.
Sementara itu, Dhian menegaskan pentingnya penerapan model ini dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) maupun asesmen formatif. “Model ini sangat aplikatif. Guru bisa menyusun pembelajaran yang mengasah kemampuan membaca, menulis, sekaligus berpikir logis-matematis,” ungkapnya.
Secara konseptual, Model Kosa Kata TSN diperkenalkan sebagai pendekatan untuk memperkuat pemahaman konseptual siswa melalui pengelompokan kosakata ke dalam tiga dimensi. Dimensi teknis mencakup istilah khusus yang berkaitan langsung dengan mata pelajaran, dimensi sub teknis berisi istilah penunjang yang membantu proses pemahaman, sedangkan dimensi non teknis mencakup bahasa umum yang digunakan dalam konteks pembelajaran sehari-hari.
Kegiatan hari itu mendapat sambutan hangat dari para peserta. Mereka melihat Model TSN sebagai cara baru memahami pembelajaran yang sederhana, tapi berlapis makna. Bagi mereka, pendekatan ini membuka cara pandang baru dalam merancang pembelajaran yang lebih menyenangkan dan kontekstual.
Kepala Sekolah SD Santo Lukas III Penginjil, Benedictus Arybowo, S.Pd., menilai pendekatan ini membantu guru memetakan kemampuan siswa dan merancang pembelajaran yang lebih berpihak pada kebutuhan peserta didik.
Bagi saya, Model Kosa Kata TSN bukan sekadar inovasi pedagogis, melainkan langkah awal menuju transformasi pembelajaran yang lebih bermakna. Ke depan, pendekatan ini diharapkan dapat diadaptasi lebih luas di berbagai satuan pendidikan dasar sebagai bagian dari upaya mewujudkan pembelajaran yang kontekstual dan selaras dengan nilai-nilai SD Santo Lukas III Penginjil.

Dosen Pendidikan Profesi Guru
(Penyunting: DEL)