ASK
ME

REGISTER
NOW

Jadi Tahu Bukan Tabu: Menjaga Kesehatan Reproduksi Remaja

6/26/2025 12:00:00 AM



Ketika mendengar istilah “kesehatan reproduksi” sebagian orang mungkin merasa canggung. “Ah, itu kan urusan orang dewasa” atau “Ngapain dibahas sekarang, kan belum waktunya.” Justru masa remaja adalah periode penting untuk mulai mengenali, memahami, dan menjaga kesehatan reproduksi.


Sayangnya, pembicaraan ini masih sering dianggap tabu. Akibatnya, banyak remaja tumbuh tanpa informasi yang cukup atau yang lebih berbahaya, mendapatkannya dari sumber yang tidak terpercaya. Padahal, pengetahuan tentang kesehatan reproduksi adalah bagian penting dari tumbuh kembang yang sehat. Baik secara fisik, psikologis, maupun sosial.


Lebih dari Sekadar Organ Reproduksi

Kesehatan reproduksi tidak hanya berbicara tentang organ tubuh semata. Tetapi juga memahami cara kerja tubuh, perubahan yang terjadi selama masa pubertas, membangun relasi yang sehat, membuat keputusan yang bertanggung jawab, dan menghargai diri sendiri.


Baik laki-laki maupun perempuan di usia remaja, perlu memahami bahwa tubuh harus dijaga dan dihormati. Mereka juga berhak mendapat informasi yang benar agar tidak mudah terpengaruh oleh tekanan sosial atau informasi keliru yang beredar, terutama di era digital seperti sekarang.


Pemahaman ini juga akan membekali para remaja dengan keterampilan hidup di tengah dunia yang semakin kompleks seperti kemampuan mengenali batasan diri, menghargai batasan orang lain, serta memahami resiko dari perilaku yang tidak sehat secara seksual maupun emosional.


Keluarga: Pilar Pertama Edukasi

Salah satu elemen penting dalam edukasi kesehatan reproduksi remaja adalah peran keluarga. Orang tua merupakan sosok yang paling dekat dengan anak, sayangnya orang tua merasa sulit untuk membicarakan topik-topik seperti ini. Seharusnya keluarga menjadi ruang yang aman bagi remaja, tempat di mana mereka bisa bertanya tanpa takut dihakimi serta belajar tanpa merasa malu. Edukasi bukan berarti “mendorong” anak untuk melakukan sesuatu, melainkan membekali mereka agar mampu membuat pilihan yang tepat.


Komunikasi yang terbuka antara orang tua dan anak bukan hanya untuk mempererat hubungan, tetapi juga membentuk kepercayaan diri remaja untuk menjaga tubuh dan martabatnya. Orang tua tidak perlu menjadi pakar, yang terpenting adalah mau mendengarkan dan membuka ruang dialog. Bahkan sebuah kalimat sederhana seperti, “kalau kamu ada pertanyaan tentang tubuhmu, kamu boleh cerita ya,” sudah bisa membuat perbedaan besar.


Mengedukasi dengan Empati

Pendidikan kesehatan reproduksi yang baik seharusnya tidak menakut-nakuti atau menghakimi. Seharusnya dilakukan dengan empati, kejelasan informasi, serta pendekatan yang relevan dengan usia dan konteks sosial remaja.


Dalam lingkungan pendidikan, termasuk di sekolah dan kampus, para pendidik memiliki peran besar dalam mendampingi remaja dalam memahami kesehatan reproduksi secara menyeluruh. Tidak sedikit remaja yang masih membawa stigma atau rasa takut untuk bertanya karena belum pernah mendapatkan ruang aman untuk berdiskusi. Oleh karena itu, penting bagi institusi pendidikan untuk menciptakan suasana yang mendukung keterbukaan tanpa prasangka.


Mari Memulai Percakapan

Topik kesehatan reproduksi tidak hanya untuk salah satu jenis kelamin saja, bukan pula hanya satu fase kehidupan. Hal ini merupakan bagian dari perjalanan menjadi manusia seutuhnya. Sudah saatnya kita berhenti menghindar dan mulai membuka percakapan, baik di tengah keluarga, ruang kelas, maupun ranah publik lainnya.


Kesehatan reproduksi yang baik berawal dari pengetahuan, diteruskan dengan sikap yang bertanggung jawab, dan diperkuat dengan dukungan lingkungan. Semua ini dimulai dari satu hal yang sederhana, yaitu keberanian untuk mulai berbicara.

 

Dr. Agustinus Prasetyantoko

 Oleh dr. William, Sp.And