Bangsa ini baru saja memperingati satu momen penting bagi
perjalanan sejarah Indonesia, yakni Hari Kebangkitan Nasional, pada Selasa 20
Mei 2025. Momen ini merupakan saat penting bagi generasi muda. Seperti
ditegaskan oleh Bung Karno, generasi muda adalah pengguncang dunia. Mereka
adalah harapan bangsa dan tulang punggung bagi negara. Sebagai harapan bangsa
dan tulang punggung negara, generasi muda perlu belajar dari sejarah perjuangan
bangsa dan mengambil makna darinya.
Sebagaimana tercatat dalam berbagai literatur sejarah bangsa ini,
seperti yang dituliskan oleh Yudi Latif (2023), kala itu Bangsa Indonesia
berada dalam kungkungan penjajahan Belanda. Berada dalam kungkungan berarti
berada dalam situasi ketidakberdayaan dan inferioritas, sebuah kondisi yang
dialami rakyat Indonesia di berbagai penjuru Nusantara. Namun apakah situasi
inferioritas dan ketidakberdayaan ini pantas untuk dipertahankan?
Anak-anak muda, baik yang mengenyam pendidikan di luar negeri
maupun di dalam negeri, menyadari sepenuhnya bahwa situasi keterkungkungan itu
tidak layak untuk dibiarkan. Mereka tidak tega melihat bangsanya terus-menerus
berada dalam belenggu penjajah. Sebaliknya, semangat mereka justru bangkit dan
komitmen mereka kuat untuk menggulingkan “batu wadas“ inferioritas dan
ketidakberdayaan, lalu menggantikannya dengan “batu permata” yang berharga.
Sebuah simbol nyata dalam membuka jalan bagi masa depan bangsa Indonesia yang
cerah, yaitu semangat kebangkitan.
Dalam mewujudkan cita-cita luhur tersebut, mereka membuat strategi
jitu dengan mendirikan organisasi sosial politik seperti Indische Partij dan
Indonesische Vereeniging. Melalui organisasi ini, mereka menghimpun
kekuatan dan merajut rasa kebersamaan yang kokoh sebagai sesama anak bangsa,
serta melakukan langkah-langkah konkret demi masa depan Indonesia. Para
generasi muda saat itu sadar bahwa kekuatan, strategi, dan kebersamaan
merupakan modal utama bagi kebangkitan bangsa untuk mewujudkan cita-cita luhur,
yakni merdeka dan terbebas dari kungkungan penjajah.
Dari tokoh-tokoh seperti EFE Douwes Dekker, HOS Tjokroaminoto,
Soetomo, Wahidin Soedirohoesodo, Ki Hajar Dewantara, dan tokoh yang lain,
generasi muda perlu belajar tentang kepedulian pada bangsanya, perlunya
semangat yang berkobar-kobar untuk menyumbangkan tenaga dan ilmunya bagi tanah
airnya, dan kesadaran bahwa generasi muda adalah tumpuan bagi masa depan
Indonesia.
Tidak dapat generasi dipungkiri bahwa Indonesia Emas 2045 akan hidup di tengah gempuran teknologi digital dengan berbagai jenis, dampak, dan implikasinya. Dalam menghadapi situasi tersebut, generasi muda perlu membekali diri dengan berbagai kemampuan sedari dini seperti yang disebutkan Bernard Merr sebagai future skills. Kemampuan ini merupakan modal yang sangat penting untuk membentuk generasi yang tangguh dan berdaya saing menghadapi berbagai dampak dan implikasi teknologi digital. Semoga!
Ditulis oleh: Kasdin Sihotang, Drs., M.Hum.