
Jakarta - Isu darurat literasi masih menjadi perhatian dalam beberapa tahun terakhir, khususnya dalam aspek rendahnya tingkat minat baca anak-anak di Indonesia.
Di tengah kegelisahan itu, Unika Atma Jaya menghadirkan solusi yang berbasis komunitas untuk bantu mengatasi isu tersebut. Hal ini diwujudkan melalui kerja sama dengan komunitas Suradita dalam program Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) bertema “Penguatan Peran Saung Baca Suradita untuk menunjang Literasi Transformatif Anak-anak di Desa Suradita, Kecamatan Cisauk, Tangerang.” Selama dua bulan, tim dari UAJ mendampingi komunitas literasi desa melalui pelatihan, pendampingan, dan penyediaan sarana belajar, yang puncaknya ditutup dengan Pentas Seni Generasi Muda Suradita pada Minggu, (9/11) di Amphitheater, Kampus BSD.
Dalam program ini, tim pelaksana terdiri atas Ketua Tim Pengabdian, sekaligus dosen Prodi Teknik Industri, Maria Magdalena Wahyuni Inderawati, S.Si., MM, PhD, Dosen Prodi Pariwisata, Titis Puspitarini, S.Sos., M.B.A, Dosen Prodi Teknik, Ir. Yanto, S.T., M.Sc., Ph.D, IPU. ASEAN Eng., serta Caecilia Ambar Winarsih, S.E., yang menjabat sebagai Kepala UPT Dormitory. Mereka sepakat bahwa literasi adalah pondasi perubahan, sejalan dengan pesan Nelson Mandela bahwa pendidikan merupakan “senjata paling ampuh untuk mengubah dunia.”

Sebagai Ketua Tim Pengabdian, Wati menjelaskan bahwa pendampingan berfokus pada dua hal, yakni peningkatan kapasitas para pengajar di komunitas literasi dan penyediaan sarana belajar yang lebih baik bagi anak-anak. “Sebagai perguruan tinggi, peran kami bukan hanya memberi bantuan material, tetapi juga membagikan ilmu pengetahuan dan cara berpikir. Melalui pelatihan dan pemberian media pembelajaran, kami ingin mendorong para pendamping agar lebih siap mengelola kegiatan literasi,” ujarnya.
Pada acara puncak, anak-anak Saung Baca Suradita menampilkan beragam kesenian, mulai dari puisi, tarian, hingga presentasi karya. Di atas panggung terlihat bahwa kegiatan membaca dan belajar bukan hanya soal rutinitas di ruang kelas, melainkan keberanian untuk tampil, berekspresi, dan menjadi lebih percaya diri.

Menutup rangkaian kegiatan, tim pelaksana menegaskan pentingnya keberlanjutan program. Mereka berharap inisiatif ini tidak hanya memperkuat jejaring kolaborasi antara perguruan tinggi dan komunitas, tetapi juga membuka ruang pembelajaran yang dapat terus tumbuh bersama warga Suradita.
(DEL/SAM)