Sebagai peneliti
di bidang biosains, saya meyakini bahwa kekayaan hayati Nusantara menyimpan
potensi luar biasa untuk dikembangkan, tidak hanya dalam konteks kuliner tetapi
juga untuk inovasi di bidang Kesehatan. Salah satu rempah yang menjadi
perhatian saya dalam beberapa tahun terakhir adalah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC).
Andaliman dikenal luas sebagai “lada Batak” dan
menjadi bumbu utama dalam berbagai masakan khas Batak. Ciri khas rempah ini
terletak pada sensasi pedas yang berpadu dengan rasa getir dan aroma lemon yang
menyegarkan. Namun, andaliman bukan sekadar bumbu dapur. Dalam budaya
masyarakat Batak, rempah ini juga digunakan untuk mengawetkan makanan, bahkan
untuk mengatasi keluhan kesehatan ringan seperti sakit perut atau sakit gigi.
Saat menjalani studi doktoral di Yonsei University,
Korea Selatan, saya sempat mengajukan andaliman sebagai topik disertasi.
Sayangnya, proposal tersebut ditolak karena aroma andaliman dinilai terlalu
kuat dan tidak sesuai dengan preferensi masyarakat Korea yang menyukai aroma
lembut. Meskipun demikian, pengalaman tersebut justru memperkuat keyakinan saya
akan pentingnya memperjuangkan potensi rempah lokal di tanah air.
Kini, bersama tim dari Pusat Riset Rempah Nusantara
di Fakultas Biosains, Teknologi, dan Inovasi (FBTI) Unika Atma Jaya, saya
kembali mengangkat andaliman sebagai objek riset utama. Fokus kami adalah
mengeksplorasi kandungan senyawa bioaktif dalam andaliman yang berpotensi
dimanfaatkan sebagai bahan aktif dalam produk topikal, khususnya untuk membantu
meredakan peradangan dan nyeri sendi.
Andaliman hanyalah satu dari sekian banyak rempah
Indonesia yang menyimpan kekayaan ilmu pengetahuan di dalamnya. Sayangnya,
eksplorasi terhadap sumber daya lokal sering kali masih terkendala minimnya
perhatian dan dukungan. Padahal, melalui riset yang berkelanjutan dan
kolaboratif, kita dapat mendorong lahirnya inovasi berbasis keanekaragaman
hayati yang mampu menopang kemandirian bangsa, baik dalam bidang pangan,
kesehatan, maupun teknologi.
Bagi saya pribadi, meneliti rempah seperti
andaliman bukan sekadar soal ilmiah, tetapi juga bentuk kontribusi untuk
menjaga, mengangkat, dan memajukan warisan alam dan budaya bangsa.
Dosen Fakultas Biosains, Teknologi, dan Inovasi (FBTI) Universitas Katolik Indonesia (Unika) Atma Jaya