Jakarta – Program Studi (prodi)
Ilmu Komunikasi Universitas Katolik Indonesia (Unika) Atma Jaya berkolaborasi
dengan Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi (ASPIKOM) dan International
Communication Association (ICA) menyelenggarakan diskusi buku ”Exploring
Social Media and Politics in Southeast Asia” karya Prof. Merlyna Lim.
Kegiatan ini berlangsung secara hybrid dan dihadiri oleh berbagai
akademisi, praktisi dan mahasiswa dari Ilmu komunikasi pada Jumat (9/5/25).
Diskusi membahas buku ”Exploring
Social Media and Politics in Southeast Asia” yang mengkaji bagaimana
transformasi digital membuat sosial media bukan hanya sebagai ruang komunikasi
antar individu tetapi juga menjadi ruang kontestasi politik. Buku tersebut
berfokus pada dinamika politik negara-negara di asia tenggara serta peran media
sosial dalam politik.
Acara juga menghadirkan dua pembicara yang
memaparkan hasil riset mereka, Prof. Merlyna Lim (Professor and Canada
Research Chair in Digital Media and Global Network Society School of Journalism
and Communication Carleton University) dan Andina Dwifatma, Ph.D., dosen program
studi Ilmu Komunikasi Unika Atma Jaya.
Selain itu turut hadir Dr. Nia
Sarinastiti, M.A. selaku Kaprodi Ilmu Komunikasi Unika Atma Jaya dan ketua ICA
Indonesia. Dr. Nia Sarinastiti membuka acara dengan kata sambutan yang
memaparkan harapannya agar kerja sama yang dibentuk ini dapat terus berlanjut
untuk membangun komunitas yang dapat memberikan dampak kepada institusi dan
bangsa.
“Melalui relasi, hubungan, dan
kerja sama ini diharapkan dapat semakin membangun komunitas komunikasi yang bersama-sama
saling berbagi dan berdiskusi sehingga memberikan dampak berharga untuk
institusi komunikasi dan negara,” ujar Dr. Nia Sarinastiti.
Dalam sesi diskusi, Prof.
Merlyna Lim menyoroti bagaimana media sosial berkembang menjadi arena politik
yang kompleks di Asia Tenggara. Lebih lanjut, Prof Merlyna juga menjelaskan
bahwa media sosial tidak lagi hanya menjadi alat mobilisasi dan ekspresi
politik warga tetapi juga menjadi sarana untuk mengontrol dan membentuk opini
publik. Sedangkan daalam konteks media sosial, Prof. Merlyna memaparkan
berbagai peran yang menjalankan operasi media sosial seperti algoritma, buzzer
hingga budaya digital yang berkembang di tiap negara.
Andina Dwifatma sebagai
pembicara kedua yang berfokus pada salah satu bab dalam buku, fokusnya membahas
seberapa besar pengaruh media sosial dalam politik. Ia menjelaskan bahwa
euforia terhadap kekuatan media sosial sebagai alat politik perlu disikapi
dengan kritis, Andina juga menyoroti kelebihan buku yang memaparkan berbagai
studi kasus dari negara-negara di Asia Tenggara seputar media digital dan
politik.
Diskusi ini diharapkan dapat mendorong pemikiran
kritis dari para akademisi maupun sarjana komunikasi terhadap perkembangan
digital yang dinamis, sekaligus memperluas pemahaman dalam aspek media digital
dan politik.
Melalui diskusi buku ini, Prodi Ilmu Komunikasi Unika
Atma Jaya membuka ruang diskusi akademik yang relevan dengan situasi sosial
politik saat ini. Selain itu dengan adanya kolaborasi antara ketiga institusi, ICA,
ASPIKOM, dan Unika Atma Jaya, hal ini semakin menunjukkan komitmennya dalam
mewujudkan ruang diskusi yang terbuka dan didukung dengan analisis kritis.