Jakarta, 15 Juli
2025 – Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Administrasi Bisnis dan
Ilmu Komunikasi (FIABIKOM), Universitas Katolik Indonesia (Unika) Atma Jaya
bekerja sama dengan Indonesia Corruption Watch (ICW) menggelar acara pemutaran
karya video antikorupsi bertajuk “Creative Voices: Light, Camera,
Integrity!” pada Senin (14/7) di Ruang Resonansi – Rumah Belajar ICW,
Jakarta.
Kegiatan ini
merupakan tindak lanjut dari kuliah tamu bertema “Merancang Narasi, Membangun
Kepercayaan Publik: Ilmu Komunikasi dalam Praktik Profesional” yang sebelumnya
digelar oleh Prodi Ilmu Komunikasi bersama ICW. Dalam kuliah tamu tersebut,
mahasiswa diajak memahami strategi komunikasi dalam advokasi antikorupsi dan
pentingnya media dalam membentuk opini publik yang kritis terhadap praktik
koruptif.
Melalui pembelajaran berbasis proyek, mahasiswa dari Kelas Konten Kreatif ditugaskan untuk memproduksi video bertema antikorupsi sebagai bagian dari penilaian akhir semester. Mereka mengangkat isu-isu sosial seperti ketimpangan, kerusakan lingkungan, privatisasi akses air, hingga persoalan UU Cipta Kerja, lalu menerjemahkannya ke dalam narasi visual yang komunikatif, edukatif, dan reflektif.
Ketua Program
Studi Ilmu Komunikasi, Dr. Nia Sarinastiti, M.A., menegaskan bahwa kegiatan ini
merupakan wujud nyata integrasi antara pembelajaran akademik dan advokasi
sosial. Ia menekankan pentingnya membentuk mahasiswa komunikasi yang tidak
hanya andal secara teknis, tetapi juga memiliki kepekaan terhadap isu-isu publik.
“Kami percaya
mahasiswa komunikasi tidak hanya dibentuk untuk menjadi komunikator yang andal
secara teknis, tetapi juga peka terhadap persoalan publik. Lewat karya-karya
ini, mereka menunjukkan bahwa media dapat menjadi ruang untuk menyuarakan
nilai, integritas, dan harapan,” tutur Dr. Nia.
Sementara itu,
Sigit Wijaya, perwakilan dari Indonesia Corruption Watch (ICW), menyoroti
pentingnya kesinambungan inisiatif seperti ini dalam membangun kesadaran publik
sejak dini, terutama di kalangan generasi muda. Menurutnya, pendekatan edukatif
yang dikemas secara kreatif mampu menjangkau audiens yang lebih luas dan
menyentuh isu korupsi dari perspektif yang lebih segar.
“Mahasiswa
memiliki potensi besar dalam menyuarakan isu antikorupsi dengan pendekatan yang
kreatif dan relevan bagi generasi mereka. Kami melihat karya-karya ini bukan
hanya sebagai tugas kuliah, tetapi sebagai bentuk partisipasi nyata dalam
gerakan antikorupsi,” ungkap Sigit.
Sebagai bagian
dari rangkaian acara, diselenggarakan pula talkshow dengan tema yang
sama, menghadirkan dua narasumber, yaitu Eva Nurcahyani, Staf Divisi Edukasi
ICW dan Gloria Fransisca Katharina Lawi, Editor in Chief di Prohealth.id.
Dalam paparannya,
Eva menekankan pentingnya peran generasi muda dalam kampanye antikorupsi di era
digital, khususnya melalui produksi konten, pemanfaatan media sosial, serta
kampanye publik yang kuat secara naratif dan visual. Sementara Gloria mengulas
dampak berlapis dari korupsi terhadap kelompok rentan, terutama perempuan dan
anak, serta bagaimana ketidakadilan dalam akses layanan dasar sering kali
diperburuk oleh praktik koruptif.
Kegiatan ini tidak
hanya menjadi ruang apresiasi terhadap karya mahasiswa, tetapi juga refleksi
kolektif tentang pentingnya membangun kesadaran kritis terhadap korupsi sejak
dini. Sebagai bentuk penghargaan, ICW juga memberikan apresiasi kepada karya
terbaik dan berkomitmen menayangkan beberapa video pilihan di kanal digital ICW
dan Prodi Ilmu Komunikasi Unika Atma Jaya.
Dengan semangat kolaboratif
antara dunia akademik dan masyarakat sipil, Unika Atma Jaya dan ICW menegaskan
bahwa suara antikorupsi bisa datang dari mana saja, termasuk dari ruang kelas
dan karya kreatif mahasiswa. Ini menjadi bukti bahwa pendidikan, bila
dijalankan secara partisipatif dan kontekstual, mampu melahirkan perubahan
sosial yang nyata.