
Jakarta - Self-acceptance, semakin banyak dibicarakan di kalangan muda. Tekanan akademik, dinamika keluarga, dan tuntutan sosial membuat proses menerima diri tidak selalu berjalan mudah. Refleksi inilah yang menjadi dasar pementasan Teater Narada VII, teater musikal garapan Himpunan Mahasiswa Psikologi (HIMAPSI) Unika Atma Jaya (UAJ) yang dipentaskan di Gedung Kesenian Jakarta, Jumat (28/11).
Pada kesempatan ini, Wakil Rektor Bidang Akademik, Kemahasiswaan, dan Sumber Daya Manusia, Dr. Yohanes Eko Adi Prasetyanto, S.Si, menyampaikan apresiasinya terhadap keberlanjutan tradisi Narada serta partisipasi mahasiswa Psikologi UAJ dalam membangun karya seni yang inspiratif. Ia juga menyambut hadirnya calon mahasiswa UAJ angkatan 2026 yang turut menonton pertunjukan tersebut.

“Narada sudah memasuki pementasan ketujuh, dan ini menjadi kebanggaan serta contoh kegiatan kemahasiswaan yang baik dan menginspirasi kita semua. Selamat menikmati pertunjukan sore hari ini, dan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat,” tutur Eko.
Sebagai ruang berekspresi, Narada (Nada dan Rasa dalam Drama) hadir untuk mewadahi mahasiswa Psikologi UAJ dalam mengembangkan kreativitas sekaligus mengaplikasikan pengetahuan yang mereka pelajari di kelas. Melalui proses produksi, mahasiswa berlatih bekerja sama, membangun komunikasi yang efektif, dan mengelola dinamika tim dalam sebuah karya yang memadukan unsur seni dan psikologi.
Tahun ini, Narada membawakan karya bertajuk “Nada di Ujung Senja”, yang mengisahkan perjalanan seorang anak perempuan bernama Nada. Ketika konflik di rumah membuatnya kehilangan tempat untuk kembali. Namun, perjumpaannya dengan lingkungan baru justru membuka ruang kehangatan yang selama ini ia cari. Melalui alur cerita, musik, dan penampilan para pemain, pementasan ini mengajak penonton menelusuri kembali makna rumah, relasi, dan proses memahami diri.

Pertunjukan ini juga disaksikan oleh 11 mahasiswa UAJ angkatan 2026 yang hadir untuk mendukung kakak tingkat mereka serta mengenal lebih dekat kegiatan kreatif di Fakultas Psikologi. Kehadiran mereka menambah semangat dalam suasana pementasan dan menunjukkan keterlibatan generasi baru dalam aktivitas kampus.
Di balik pertunjukkan yang memukau, perjalanan produksi Narada berlangsung lebih dari sepuluh bulan. Mahasiswa belajar tentang regulasi emosi, komunikasi antar tim, manajemen organisasi, hingga membangun bonding, seluruh keterampilan yang sebelumnya mereka pelajari di kelas kini mereka alami secara nyata. Semua proses itu dirawat hingga akhirnya lahirlah sebuah karya yang tidak hanya menyentuh, tetapi juga merefleksikan perjalanan manusia menuju penerimaan diri.
Dengan demikian, “Nada di Ujung Senja” menghadirkan pesan bahwa setiap perjalanan menuju penerimaan diri memiliki ritme tersendiri. Pertunjukan ini mengingatkan bahwa ruang untuk bertumbuh dapat muncul di berbagai situasi, termasuk yang tidak terduga.
(DEL)