JAKARTA – Universitas
Katolik Indonesia (Unika) Atma Jaya menutup rangkaian Bangga Fest 2025 dengan
menggelar Panggung Indonesia, sebuah pertunjukan budaya yang menjadi
acara puncak dari keseluruhan rangkaian. Acara ini diselenggarakan pada Sabtu
(14/06/2025) di Amphitheatre, Ruang Terbuka Hijau, Unika Atma Jaya, dan dihadiri oleh Komunitas Atma Jaya, alumni, serta masyarakat umum
yang turut merayakan keberagaman budaya dalam suasana terbuka dan inklusif.
Sebagai bagian
dari perayaan Lustrum XIII Unika Atma Jaya, Panggung Indonesia dihadirkan tidak
semata sebagai hiburan, melainkan sebagai ruang kolaboratif yang mempertemukan ekspresi
seni, refleksi ekologis, dan pemaknaan budaya di tengah dunia yang terus
berubah. Pertunjukan ini sekaligus menjadi simbol penutup yang menyatukan
seluruh semangat dan pesan Bangga Fest dalam satu panggung yang inklusif dan
transformatif.
Berbagai
penampilan budaya dari elemen kampus dan komunitas turut mewarnai acara ini,
mulai dari Paduan Suara Gita Swara Jaya, Seni Tari Mahasiswa/i Psikologi
(STAMP), Komunitas Perempuan Menari, hingga Lenong, dan Gambang Kromong “Apa
Adanya”. Seluruh pertunjukan dikurasi untuk merepresentasikan nilai-nilai lokal
dalam bentuk yang kontekstual dan dekat dengan generasi muda.
Lebih dari sekadar
pertunjukan, Panggung Indonesia menghadirkan perjumpaan budaya yang hidup,
tetapi juga dimaknai sebagai bagian dari identitas bersama. Penonton diajak
untuk merenungkan kembali peran budaya dalam memperkuat solidaritas dan
keberlanjutan sosial.
Salah satu rangkaian
kegiatan yang mendapat sambutan hangat adalah apresiasi finalis “Karyamu!
Ngonten”, sebuah kompetisi konten kreatif yang mengangkat tema budaya dan
lingkungan. Para peserta berasal dari latar belakang yang beragam, mulai dari
mahasiswa hingga komunitas muda kreatif. Karya-karya yang ditampilkan menyoroti
isu-isu penting dengan cara yang inovatif, membumi, dan komunikatif.
Juri tamu
“Karyamu! Ngonten”, Okki Sutanto, yang dikenal sebagai penulis sekaligus
kreator konten, mengungkapkan apresiasinya atas karya-karya finalis yang
ditampilkan dalam sesi apresiasi kompetisi konten kreatif tersebut. Menurutnya,
kreativitas para peserta menjadi kekuatan utama dalam menyampaikan isu budaya
dan lingkungan secara segar dan komunikatif.
“Semua karya yang
masuk punya kekuatan tersendiri, bukan hanya visual yang menarik, tetapi juga
pesan yang kuat dan relevan. Saya terkesan bagaimana para peserta mampu
mengemas isu budaya dan lingkungan dengan cara yang segar, personal, dan mudah
dicerna. Ini menunjukkan bahwa kreativitas bisa menjadi jembatan untuk
membangun kesadaran dan perubahan,” ujar Okki.
Keterlibatan
generasi muda dalam kompetisi ini menegaskan semangat Bangga Fest sebagai ruang
partisipatif yang mendorong transformasi sosial. Unika Atma Jaya membuka
peluang untuk tidak sekadar menjadi penonton perubahan, tetapi tampil sebagai
aktor utama yang menyuarakan nilai-nilai keberlanjutan melalui karya kreatif.
Selain itu,
rangkaian Bangga Fest 2025 yang mencakup kegiatan Arung Edukasi Ciliwung, lokakarya,
pasaria (pop-up market kuliner dan kriya), serta seminar inspiratif,
mempertegas identitas kegiatan ini sebagai gerakan kolaboratif lintas disiplin
yang menyatukan seni, edukasi, kepedulian terhadap lingkungan, dan partisipasi
sosial.
Dalam
pelaksanaannya, kegiatan ini mendapat dukungan dari berbagai pihak mulai dari
alumni, komunitas budaya, seniman muda, hingga mitra lembaga swasta dan
pemerintah yang bersama-sama merayakan semangat keberagaman dan solidaritas.
Melalui Panggung
Indonesia, Unika Atma Jaya menegaskan peran strategisnya sebagai institusi
pendidikan tinggi yang tidak hanya menanamkan ilmu pengetahuan, tetapi juga
memperkuat nilai-nilai budaya dan keberlanjutan lingkungan sebagai fondasi
menghadapi tantangan masa depan.