
Jakarta - Gagal bukan berarti berhenti. Kalimat itu seolah merangkum perjalanan Zefanya Aldriana Eunike, alumni Ilmu Komunikasi Unika Atma Jaya (UAJ). Perempuan yang akrab disapa Zefanya ini bekerja sebagai reporter, salah satu stasiun berita nasional terkemuka.
Saat di bangku SMA, Zefanya menaruh harapan besar untuk berkuliah di universitas negeri. Jurusan Ilmu Komunikasi menjadi incarannya. Namun, nasib berkata lain, ia tidak lolos seleksi. “Tentu sedih, tapi aku pikir hidup terus berjalan,” kenangnya.
Ia kemudian mencari alternatif. Dalam pencariannya, nama UAJ muncul sebagai salah satu kampus swasta terbaik dengan jurusan Ilmu Komunikasi berakreditasi A. Singkat cerita setelah menjalani proses pendaftaran, ia diterima sebagai mahasiswa UAJ, dan langkah barunya pun dimulai di kampus yang berlokasi di kawasan Semanggi itu.

Sejak awal kuliah, Zefanya memilih untuk tidak hanya fokus pada pembelajaran di kelas. Ia bergabung dalam Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi (HIMAKOM) dan Senat Mahasiswa FIABIKOM. Dari kegiatan organisasi, ia belajar memimpin dan berani berbicara di depan publik. “Dulu saat pengenalan kampus, kami diingatkan supaya jangan cuma kuliah,” katanya.
Minatnya di dunia media pun semakin kuat ketika bergabung dengan A-Radio, unit kegiatan mahasiswa bidang penyiaran. Di A-Radio, ia belajar membuat program siaran, mengatur waktu tayang, dan mengasah kemampuan berbicara. “UAJ kasih banyak ruang untuk berkembang,” ucapnya.
Kendati demikian, ilmu di kelas juga terasa hidup. Banyak dosen yang merupakan praktisi, sehingga teori selalu disandingkan dengan pengalaman nyata di lapangan. Salah satu pengalaman yang membekas adalah kunjungan ke CNN Indonesia. Ia dan teman-temannya melihat langsung proses produksi berita di ruang redaksi dan studio siaran. Pengalaman itu membuatnya semakin yakin akan pilihannya bekerja di media.
Bagi Zefanya, UAJ juga mengajak mahasiswa melihat sisi lain dunia komunikasi melalui kunjungan ke Wunderman Thompson, agensi pemasaran global. Sehingga, Zefanya memahami bahwa komunikasi tidak berhenti pada penyiaran, tetapi juga mengenai strategi, riset, dan bagaimana pesan diterima publik dengan tepat.
Tahun 2022 menjadi titik balik dalam hidupnya. Ia mengikuti program pertukaran pelajar ke Westfälische Hochschule Gelsenkirchen di Jerman. Jurusan yang diambilnya, Journalism and Public Relations, memperluas cara pandangnya terhadap dunia komunikasi. “Mahasiswa di sana berani sekali berpendapat. Aku belajar banyak soal kepercayaan diri,” ujarnya.

Sepulang dari Jerman, tekadnya bekerja di dunia media semakin kuat. Ia sempat menjadi On-Air Producer di JAK 101 FM, lalu berpindah ke Smooth 99.5 FM sebelum akhirnya bergabung dengan Kompas TV.
Pengalaman kuliah di Ilmu Komunikasi UAJ, menurutnya, menjadi fondasi penting dalam perjalanan itu. “Pembelajaran di UAJ sangat relevan dengan dunia kerja,” katanya. Ia menilai, para dosen yang juga praktisi membuat teori tak berhenti di ruang kelas, melainkan hidup lewat pengalaman nyata
Pada akhirnya, Zefanya menyadari bahwa, gagal masuk universitas negeri bukan akhir segalanya. “Di Unika Atma Jaya, aku justru menemukan versi terbaik diriku. Kalau kamu mau berkembang, UAJ tempat yang tepat!” tutup Zefanya.
(DEL)