ASK
ME

REGISTER
NOW

Belajar Arti Perdamaian dari Kosta Rika

12/11/2025 12:00:00 AM


Jakarta, 3 Desember 2025 – Kosta Rika, sebuah negara di Amerika Tengah yang berani mengambil keputusan untuk menghapus militernya sebagai institusi permanen. Keputusan ini menjadi inspirasi global dan menjadi topik utama dalam forum publik yang digelar oleh International Office (IO) Universitas Katolik Indonesia (Unika) Atma Jaya (UAJ).


Acara bertajuk “Moving Towards a Global Culture of Peace: The Costa Rica Experience” merupakan hasil kerja sama dengan Kedutaan Besar Kosta Rika yang diadakan di Gedung Yustinus Lt.14, Kampus Semanggi pada Selasa (3/12). Forum ini menghadirkan Charge d’Affaires Embassy of Costa Rica, Francisco José Masís Holdridge sebagai pembicara utama dan Kepala Bidang Kemahasiswaan Fakultas Hukum (FH) UAJ, Dr. Nugroho Adipradana, S.H., M.Sc., sebagai pembicara sekaligus perwakilan dari Indonesia. 


Acara dibuka dengan sambutan dari Rektor Unika Atma Jaya, Prof. Dr. dr. Yuda Turana, Sp.S(K), yang menegaskan bahwa penghapusan militer Kosta Rika bukan hanya momen sejarah, tetapi juga pengingat bahwa perdamaian adalah pilihan yang harus diperjuangkan bersama. Ia menekankan bahwa nilai-nilai perdamaian, dialog, dan pelayanan terhadap sesama sejalan dengan identitas Atma Jaya sebagai institusi pendidikan yang mengedepankan martabat manusia dan cinta kasih.

”Pilihan Kosta Rika menghapuskan militernya dan berinvestasi dalam pendidikan dan pengembangan manusia mencerminkan keyakinan bahwa perdamaian dibangun melalui manusia, bukan kekuatan!” tegas Yuda.


Dalam sambutannya, Francisco José Masís Holdridge menyoroti 40 tahun hubungan diplomatik antara Indonesia dan Kosta Rika. Menurutnya, kedua negara ini telah berbagi nilai yang sama dan perdamaian adalah nilai yang paling penting diantaranya.


Pada sesi materi, Francisco membawa peserta menelusuri perjalanan Kosta Rika sejak awal kemerdekaan hingga keputusan bersejarah pada tahun 1948. Ia menjelaskan bahwa usai perang saudara, pemerintah mengambil langkah berani yaitu menghapus militer secara konstitusional dan mengalihkan anggaran negara ke pendidikan, kesehatan, budaya, dan infrastruktur.


Francisco menjelaskan bahwa keputusan yang diambil berdampak sangat besar. Investasi pada manusia memperkuat indeks pembangunan, memperpanjang usia hidup, serta mendorong transformasi ekonomi dari agrikultur menuju layanan, pariwisata, teknologi, hingga peralatan medis. Ia mengutip temuan Development Observatory bahwa kebijakan damai ini telah meningkatkan hampir 90% pertumbuhan ekonomi Kosta Rika selama 77 tahun terakhir. 


Francisco juga menyoroti semboyan dan nilai yang ada di Indonesia seperti Bhinneka Tunggal Ika, Pancasila, dan gotong royong yang menunjukkan bahwa meskipun Indonesia memiliki banyak perbedaan, masyarakatnya tetap bersatu dan menjadikan perbedaan itu sebuah kekuatan. 

Violence is contagious, but peace is contagious too” pesan Francisco.


Sesi dilanjutkan dengan paparan Dr. Nugroho Adipradana, S.H., M.Sc., yang menjelaskan perspektif Indonesia dalam membangun perdamaian melalui prinsip Bhinneka Tunggal Ika. Ia memaparkan bahwa semboyan nasional tersebut bukan sekadar kata, melainkan sebuah dasar penting yang membentuk Indonesia memahami keberagaman. 

Dalam penjelasannya, Adi menguraikan sejarah dan makna filosofis Bhinneka Tunggal Ika, serta tantangan yang dihadapi Indonesia dalam menghadapi keberagaman. Tantangan ini dipaparkan olehnya dengan menunjukkan berbagai konflik besar yang pernah terjadi di Indonesia seperti konflik Sampit, konflik Ambon, hingga kerusuhan Mei 1998.


Seluruh rangkaian diskusi ini ingin membuka kembali kesadaran bahwa perdamaian bukanlah keadaan pasif, tetapi pilihan aktif yang harus digerakkan bersama. Baik di Kosta Rika maupun Indonesia, nilai-nilai kemanusiaan, dialog, dan perdamaian menjadi fondasi penting dalam membangun dan memberikan ruang bagi masyarakat untuk tumbuh dalam harmoni.


Melalui forum ini, Unika Atma Jaya membuka ruang dialog lintas budaya dan lintas disiplin untuk berkolaborasi dan membagikan pengalaman serta pandangan. Harapannya, semangat yang dibagikan pada forum ini dapat menginspirasi untuk terus tumbuh dalam lingkungan yang damai dan saling menghargai.

(STV)