ASK
ME

REGISTER
NOW

Proyek Pelatihan Capacity Building untuk Meningkatkan Kemitraan antara LSM dan Pekerja Seks di Bali, Sulsel, dan NTT: Laporan Proses Lokakarya, Sanur-Bali, 21-23 Desember 1998

1/22/2007 12:00:00 AM

Penulis/Peneliti: Lamtiur H. Tampubolon, Ph.D; Laurike Moeliono, MA

Tahun: 1999

Lokakarya (workshop) ini merupakan lanjutan dari kegiatan Rapat Sehari yang diadakan di masing-masing propinsi (NTT: Kupang, 20 November 1998, Sulsel: Ujung Pandang, 3 Desember 1998, dan Bali: Denpasar, 7 Desember 1998). Hasil dari Rapat Sehari tersebut adalah kesepakatan mengenai konsep partisipasi di antara LSM-LSM yang terlibat dalam proyek kerjasama antara PKPM Unika Atma Jaya dan Indonesia HIV/AIDS and STD Prevention and Care Project. Dalam konsep ini, kata kuncinya adalah kemitraan. Jadi, penekanannya adalah pada, menjadikan kelompok dampingan LSM yang bergerak di bidang HIV?AIDS, dalam hal ini pekerja seks: perempuan, gay, dan waria, mitra dari LSM terkait. Dengan demikian, yang diharapkan adalah adanya hubungan kesejajaran antara pekerja seks dan LSM, antara LSM dan APC (Assistant Project Coordinator) di masing-masing propinsi. Dengan adanya hubungan kesejajaran ini, pekerja seks, sebagai pihak yang paling berkepentingan, diharapkan dapat berperan sebagai pelaku kegiatan yang dapat mengambil keputusan sendiri. Berdasarkan pemikiran tersebut, pihak Atma Jaya mengadakan suatu Lokakarya untuk mempertemukan seluruh LSM yang terlibat dalam proyek kerjasama ini, agar terwujud suatu pemahaman bersama mengenai konsep partisipasi.

Adapun tujuan Lokakarya ini adalah:

  1. Memperkenalkan proyek: latar belakang, tujuan, kegiatan, hasil, dan indikator keberhasilan.
  2. Membahas secara holistik pentingnya pencegahan dan perawatan PMS dan HIV/AIDS di kalangan PS, serta permasalahan yang dihadapi dalam hal pencegahan dan perwatan tersebut: secara umum dan secara propinsi.
  3. Membahas tentang siapa saja, selain PS, yang harus dilibatkan dalam menghadapi issue tersebut di atas.
  4. Mengidentifikasikan faktor penghambat dan pendukung, dari pihak LSM dan PS, dalam usaha peningkatan partisipasi PS, khususnya dalam hal perencanaan dan pengelolaan proyek yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
  5. Mengidentifikasikan topik-topik dan metode pelatihan yang dapat, sebanyak mungkin, mengatasi kendala-kendala tersebut di atas.
  6. Merancang jadwal pelatihan TOT di tiap propinsi.