ASK
ME

REGISTER
NOW

Pengembangan Model Pendidikan Multikulturalisme Untuk Anak Usia Sekolah: Menggunakan Seri Pustaka Anak Nusantara

10/5/2006 12:00:00 AM

(Laporan Penelitian, 2006)
Penulis: Murniati Agustian, Maria G. Da Cunha, Syarief Darmoyo, dan M. Tri Warmiyati

Abstrak:
Penelitian aksi ini bertujuan untuk mengembangkan suatu model pendidikan multikulturalisme dengan mengintegrasikan buku seri PAN dengan kurikulum sekolah di sekolah dasar. Dalam model ini siswa diperkenalkan kekayaan ragam budaya anak-anak di propinsi Jambi dan Maluku sehingga siswa memiliki sikap toleransi, solider, empati, musyawarah, egaliter, mau mengungkapkan diri, dan adil.

Desain yang digunakan dalam pengembangan model ini adalah modifikasi model Dick & Carey (1996) dan Atwi Suparman (1997). Ada tiga tahap kegiatan dalam pengembangan model yaitu persiapan, implementasi, dan evaluasi. Implementasi dan evaluasi dikelompokkan menjadi 4 putaran. Setiap putaran melibatkan 2 SD yang terdiri atas 1 SD Negeri dan 1 SD Swasta berbasis agama. Pada setiap akhir putaran dilakukan evaluasi model, berdasarkan evaluasi model direvisi untuk putaran kedua. Begitu selanjutnya sampai putaran ke-empat.

Pengembangan model pendidikan multikultural dilakukan selama 10 bulan, melibatkan 8 sekolah (4 SD negri dan 4 SD swasta berbasis agama), 16 orang guru dan 409 siswa. Syarat minimal sekolah yang terlibat adalah: kepala sekolah mendukung, guru inovatif, dan sekolah mempunyai peralatan VCD dan TV monitor.

Hasil dari pre test siswa terlihat bahwa sebagian besar siswa (99%) tidak mengetahui kehidupan anak suku dalam di Propinsi Jambi dan kehidupan anak-anak di pengungsian kota Tual, Propinsi Maluku. Sebagian kecil siswa yang mengetahui diduga melihat dari siaran televisi. Dari hasil post test terlihat jelas bahwa pengetahuan anak meningkat sesuai dengan apa yang diharapkan dalam model. Nilai-nilai multikultural yang harus dikembangkan seperti toleransi, empati, solider, pengungkapan diri, dan keadilan jelas terungkap dari post tes siswa.

Buku pedoman yang dikembangkan dengan menggunakan Seri PAN, mudah dipahami dan dapat diintegrasikan dengan semua bidang studi sehingga bisa menjadi tema dalam model pembelajaran tematik.
Strategi pembelajaran yang dibuat sangat menarik dan bermanfaat bagi guru dan siswa. Selama ini pembelajaran dilakukan dengan cara yang konvensional terutama untuk ilmu-ilmu sosial. Hanya pelajaran IPA yang memiliki media yang menarik sehingga anak-anak kurang berminat pada pelajaran IPS. Dengan model ini siswa melihat secara kongkrit, aktif bermain dan diskusi dalam kelompok sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan.
Buku pedoman bagi fasilitator anak dapat dipahami dan digunakan untuk memandu diskusi. Pelatihan fasilitator sebaya membuat anak lebih berani, percaya diri, dan bisa menjadi contoh bagi teman-temannya.
Pelatihan anak dengan metode bermain, menonton VCD dan diskusi dapat membuat anak lebih berani tampil di depan umum, percaya diri, dapat menghargai orang lain, dan dapat melihat kekurangan diri.
Event sangat efektif untuk membentuk kerja sama siswa, mengekspresikan perasaan siswa, dan siswa dapat memberikan apresiasi terhadap karya orang lain.
Nilai-nilai yang diajarkan dalam model pendidikan multikultural ini dapat diterapkan oleh siswa dalam kegiatan sehari-hari.

Guru yang terlibat dan siswa yang menjadi fasilitator sebaya menyarankan agar model ini diterapkan juga kepada siswa di sekolah lain agar siswa di SD yang lain dapat menghargai temannya yang berasal dari suku lain, dan mengetahui bahwa di Indonesia terdapat bermacam-macam suku bangsa, sehingga tidak terjadi lagi konflik antar agama atau suku.

Berdasarkan hasil pengembangan model maka tim peneliti merekomendasikan bahwa model ini dapat dijadikan acuan untuk pendidikan multikulturalisme di sekolah dasar. Oleh karena itu model ini sebaiknya disosialisasikan dan diterapkan di sekolah dasar yang lain dengan prioritas di daerah konflik dan berpotensi konflik. Sosialisasi dan pelatihan untuk sekolah dasar lain dapat dilakukan melalui Departemen Pendidikan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, atau Dinas Pendidikan, atau kelompok kerja guru.