ASK
ME

REGISTER
NOW

Analisis Situasional Panti Asuhan Perhimpunan Vincentius Jakarta

6/20/2014 12:00:00 AM

Tim Peneliti

Clara R.P. Ajisuksmo

Dhevy Setya Wibawa

Nilla Sari Dewi Iustitiani

Hanlie Muliani

Herry Pramono

 

Menyongsong hari jadi Perhimpunan Vincentius Jakarta (PVJ) yang ke 160 tahun, dan dengan mempertimbangkan adanya perubahan di masyarakat, sangat penting bagi PVJ untuk merefleksikan kembali arah aktivitas dan bentuk program yang akan dikembangkan. Sehubungan dengan hal tersebut PVJ, membutuhkan data dan informasi yang dapat dijadikan bahan dasar untuk menetapkan tujuan dan pengembangan program yang sesuai dengan tuntutan jaman.

 

Tujuan penelitian. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran situasi dan kondisi empat panti asuhan yang berada di bawah naungan PVJ, Panti Asuhan Vincentius Putra (PA Vitra), Vincentius Putri (PA Vitri), Desa Putra (PA Destra) dan Pondok Si Boncel (PA Boncel). Secara spesifik penelitian ini dimaksudkan untuk a) mengidentifikasi secara sosial demografis anak-anak yang berada di empat panti asuhan tersebut (i.e. jenis kelamin, usia, pendidikan, rasa/etnik, agama, keberadaan orang tua, latar belakang tinggal di panti, dsb.) ; b) mengidentifikasi secara sosial budaya anak-anak yang berada di empat panti asuhan tersebut (i.e. minat, pola aktivitas waktu luang, jejaring sosial, dsb.) ; c) mengidentifikasi konsep diri dan aspirasi pendidikan anak ; d) memperoleh gambaran pola pendampingan para pengasuh di empat panti asuhan tersebut ; e) mengidentifikasi secara sosial demografis dan sosial budaya alumni panti; f) melakukan benchmarking dengan beberapa panti asuhan di Jakarta lainnya yang dianggap cukup baik sebagai dasar analisis prediksional PVJ di masa yang akan datang.

 

Metode penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode campuran antara kuantitatif dan kualitatif. Untuk penelitan kuantitatif, dilakukan survei dengan menggunakan kuesioner, sedangkan untuk penelitian kualitatif dilakukan Focus Group Discussion (FGD; ada 21 FGD) dan Key Informan Interview (KII; ada 12 KII).

 

Karakteristik anak. Dari keempat panti asuhan secara keseluruhan ada 409 anak yang tinggal di panti yang dilibatkan dalam penelitian ini, dengan rincian 252 anak berjenis kelamin laki-laki dan 157 anak berjenis kelamin perempuan. Rincian jumlah anak berdasarakan panti asuhan adalah  Vitra 123 anak (semua laki-laki), Vitri 121 anak (semua perempuan), Destra 78 anak (semua laki-laki), dan Si Boncel 87 anak (52 laki-laki dan 35 perempuan). Selain itu, juga ada 12 anak peserta program home care yang menjadi responden dalam survei, dengan rincian 5 anak laki-laki dari PA Vitra, 5 anak perempuan dari PA Vitri, dan 2 anak (1 laki-laki dan 1 perempuan) dari PA Destra.

 

Agama yang paling banyak dianut anak adalah agama Katolik (64.1%), dan Kristen Protestan (22.7%). Meskipun jumlah sedikit, ada anak yang beragama Islam (10.5%), Budha (2.2%) dan Hindu (0.5%). Untuk masing-masing panti juga ditunjukkan bahwa agama Katolik mendominasi agama yang dianut anak (Vitra 77.2%; Vitri 67.8%; tra 61.5% dan Boncel 42.5%). Jumlah anak PA Boncel yang beragama Islam paling banyak yaitu 24.1% dibandingkan ketiga panti yang lain. Di Destra, jumlah anak yang beragama Islam 15.4% (n=12), sedangkan di Vitri yang beragama Islam ada sebanyak 5% (n=6) dan di Vitra ada sebanyak 3.3% (n=4). Demikian pula halnya dengan anak yang beragama Budha, di Destra lebih banyak (6.4%) dibandingkan di Vitra (1.6%; n=2) dan di Vitri (1.7%; n=2).


Status Ayah kandung dan Ibu kandung. Lebih dari separuh anak yang diteliti (n=197; 61.2%) mengatakan bahwa ayah kandungnya masih ada, dan sebanyak 21.7% (n=70) mengatakan bahwa ayah kandungnya sudah meninggal. Yang cukup memprihatinkan ada 17.1% (n=55 yang mengatakan tidak tahu apakah ayah kandungnya masih ada atau sudah meninggal.

 

Jumlah anak yang mengatakan bahwa ayah kandungnya masih ada lebih banyak di Vitri (n=82; 67.8%), dibandingkan di Destra (n=46; 59%) dan Vitra (n=69; 56.1%). Sedangkan jumlah anak yang mengatakan ayah kandungnya sudah meninggal lebih banyak di Vitra (n=32; 26%), dibandingkan di Destra (n=17; 21.8) dan Vitri (n=21; 17.4%). Jumlah anak yang tidak tahu apakah ayah kandungnya masih ada atau sudah meninggal paling banyak di Destra (n=15; 19.2%, dibandingkan di Vitra (n=22; 17.9%) dan di Vitri (n=18; 14.9%). Sehubungan dengan Ibu kandung, lebih dari separuh anak mengatakan bahwa ibu kandungnya masih ada (n=246; 77.1%), dan sebanyak 12.2% (n=39) yang mengatakan bahawa ibu kandungnya sudah meninggal, serta 10.7% (n=34) yang mengatakan “tidak”tahu” apakah ibu kandungnya sudah meninggal atau masih ada.

 

Bila dilihat di masing-masing panti asuhan, maka jumlah anak yang ibu kandungnya masih ada paling banyak di Destra (n=61; 80.3%).  Sedangkan di Vitri ada sebanyak 96 anak (80%) dan di Vitra ada 89 anak (72.4%) yang mengatakan bahwa ibu kandungnya masih ada. Jumlah anak yang ibunya sudah meninggal paling banyak dijumpai di Vitra (n=16; 13%), di mana di Vitri lebih sedikit yaitu 12.5% atau 15 anak dan di Destra ada 8 anak atau 10.5%. Untuk status ibu yang tidak diketahui oleh anak, apakah sudah meninggal atau masih ada, paling banyak dijumpai di Vitra (n=18;14.6%) daripada di Destra (n=7; 9.2%) dan di Vitri (n=9; 7.5%).

 

Jumlah saudara kandung. Lebih dari separuh anak-anak yang terlibat dalam penelitian ini mempunyai saudara kandung berkisar 0-3 orang (n=212; 70.5%). Ada 81 anak (26.9%) yang mempunyai saudara kandung 4-6 orang. Namun demikian, meskipun sedikit, ada anak yang mempunyai saudara kandung lebih dari 7 orang (n=8; 2.6%). Jumlah anak yang mempunyai saudara kandung antara 0-3 orang paling banyak dijumpai di Vitri (n=89; 79.5%), (di Vitra n=75; 63.6%; dan di Destra n=48; 67.5%). Jumlah anak yang mempunyai saudara kandung 4-6 orang paling banyak dijumpai di Destra (n=23 ;32.3%) (di Vitra n=36; 30.5% dan di Vitri n=22; 19.6%). Jumlah anak yang mempunyai saudara kandung lebih dari 7 dijumpai di Vitra (n=7; 5.8% dan di Vitri n=1; 0.9%).

 

Urutan kelahiran. Secara keseluruhan lebih dari separuh anak adalah anak pertama dan kedua (n=206; 65.8%). Ada 14 anak (5.1%) yang merupakan anak ke 4-7. Bila dibandingkan antar panti, maka jumlah anak yang merupakan urutan pertama dan kedua paling banyak dijumpai di Vitri (n= 81; 69.3%) yang kemudian diikuti oleh Desa  Putra (n= 50; 65%) dan Vitra (n= 75; 63%)

 

Tujuan pulang bila libur. Lebih dari separuh (n=229; 73.9%) anak yang mengatakan bahwa mereka pulang ke rumah orang tua mereka bila libur.  Namun adapula yang pulang ke rumah tante/bibi (n=19; 6.1%), rumah nenek/kakek (n=13; 14%), dan rumah paman/Oom (n=6; 1.9%). Adapula yang mengatakan bahwa bila libur mereka tidak pulang dan tetap tinggal di panti (di Vitra 3 anak dan di Destra 3 anak). Selain itu, ada pula yang mengatakan bahwa bila libur mereka pulang ke tempat lain selain rumah orang tua atau nenek/kakek atau bibi atau paman, yaitu ke rumah: a) donator; b) ibu pengasuh; c) orang tua angkat; d) saudara; e) kakak tiri; dan f) tempat kos.

 

Pengasuhan di rumah. Kuantitas waktu anak panti bersama dengan keluarga tidak terlalu banyak. Dalam sebulan mereka hanya bisa pulang ke rumah atau bertemu keluarga maksimal dua kali (sekitar 36 jam). Oleh karena itu mereka sangat berharap pertemuan dengan orangtua dan saudara berkualitas. Pada kenyataannya sebagian anak dapat menghabiskan waktu bersama keluarga dengan mengobrol, bersendagurau, curhat, dan nonton TV dengan orangtua, misa bersama keluarga atau membantu orangtua mengerjakan tugas di rumah. Akan tetapi banyak anak yang tidak merasakan suasana intim dalam keluarga karena berbagai alasan, antara lain orangtua bekerja, orangtua kurang memberi ruang dan waktu untuk dekat dengan anak mereka. Khususnya bagi anak panti yang sudah beranjak dewasa maka relasi dengan orangtua semakin berjarak dan anak cenderung menghabiskan waktu dengan main games, internet atau handphone.

 

Alasan tinggal di panti. Secara keseluruhan ada 61 anak (19.7%) yang mengatakan TIDAK TAHU mengapa mereka berada di panti, dan dari jumlah tersebut yang paling banyak adalah anak-anak yang berada di Vitra (n=28; 23.7%). Di Destra ada 15 anak atau 19.7% dan di Vitri ada 18 anak atau 15.7%).

 

Ada beberapa alasan mengapa mereka berada di panti. Ada 14.9 % yang mengatakan bahwa mereka berada di panti karena ayah dan ibu berpisah, dan tidak ada saudara yang merawat mereka. Ada 9.1% (n=28) yang mengatakan bahwa mereka berada di panti karena salah satu orang tua meninggal dunia dan tidak ada saudara yang merawat mereka. Namun ada juga yang mengatakan bahwa ayah dan ibu bekerja di luar kota/luar negeri dan tidak ada saudara yang merawat mereka (n=27 ; 8.7%). Meskipun jumlahnya sedikit, yaitu 2.9% (n=9) keberadaan mereka di panti adalah karena kedua orang tua meninggal dan tidak ada saudara yang merawat mereka.

 

Pengalaman yang menyenangkan selama di Panti. Pada umumnya anak mengatakan bahwa selama tinggal di panti, mereka mempunyai pengalaman yang menyenangkan (n=291 ; 93.9%). Namun demikian, ada anak yang mengatakan bahwa ada pengalaman yang TIDAK menyenangkan selama tinggal di panti yaitu 19 anak (6.1%). Jumlah yang paling banyak yang mengatakan ada pengalaman yang tidak menyenangkan selama tinggal di panti, dijumpai di Destra (n=6 ; 7.9%) di Vitri (n=8 ; 6.9%) dan di Vitra (n=5 ; 4.2%)

 

Konsep Diri. Konsep diri adalah kemampuan anak menilai tentang dirinya sendiri atau memahami penilaian orang lain terhadap dirinya. Pada umumnya anak panti melihat diri mereka tidak terlalu menonjol dalam bidang akademis, terutama kemampuan matematika. Dari tiga panti maka Vitra memiliki penilaian diri di bidang akademis lebih baik daripada anak panti Vitri dan Destra. Di sisi lain, mereka merasa memiliki kelebihan dalam bidang keterampilan lain seperti olah raga dan seni. Kelebihan dalam bidang keterampilan dirasakan oleh anak panti Vitri dan Vitra melalui berbagai kegiatan ekstrakurikuler yang difasilitasi panti. Selain itu, anak sudah memiliki kemampuan untuk menentukan masa depan (cita-cita) dan mampu menjelaskan cara yang akan ditempuh dan sikap yang harus dimiliki untuk mencapai cita-cita mereka. Dalam hal ini maka anak panti Vitri terlihat lebih baik (Baik) dibandingkan anak panti Vitra (Cukup) dan anak panti Destra memperlihatkan kurang baik (Kurang) kemampuan  pemahaman diri tentang cita-cita dan cara untuk mencapainya.

 

Aktivitas waktu luang anak di Panti. Anak panti memiliki beragam aktivitas waktu luang antara lain bekerja (istilah yang mereka gunakan) untuk merapikan keperluan diri sendiri dan panti, aktivitas doa (doa, misa, ziarah, pendalaman iman), belajar, dan aktivitas waktu luang yang dipilih secara sukarela. PA Vitra dan Vitri menyediakan beragam kegiatan ekstrakurikuler dengan pelatih atau sukarelawan. Kegiatan yang disediakan meliputi kegiatan seni (musik biola, flute, gitar, band, kolintang, angklung, menari, menjahit, kerajinan tangan, dan fotografi), bahasa (Inggris dan mandarin), olahraga (futsal, sepakbola, SSB, super skill), dan bimbel (akutansi), memasak (bersama) dan komputer. Selain itu, kedua panti ini memiliki kegiatan organisasi (OSIPA di Vitri dan kepanitiaan di Vitra) serta wirausaha (warung manjur di Vitri dan penjualan hasil foto dan CD lagu di Vitra).

 

Agak berbeda dengan kedua panti tersebut, PA Destra tidak menyediakan kegiatan ekstrakurikuler. Fasilitas lapangan yang luas digunakan anak panti untuk main bola, pingpong  atau sepeda, tetapi fasilitas yang ada juga tidak dapat dipergunakan dengan baik oleh anak, karena kurangnya perlengkapan yang ada (misal tidak ada bola). Kegiatan ekstrakurikuler sengaja tidak diadakan dengan alasan anak dianggap sudah terlalu lelah dengan kegiatan di sekolah. Perpustakaan disediakan di panti namun belum digunakan secara maksimal oleh PA Vitra dan Destra. Sedangkan untuk meningkatkan kebiasaan membaca, panti Vitri memberikan hadiah bagi anak yang sering membaca di perpustakaan. Akses komputer dan internet di ketiga panti hanya diberikan ketika anak ingin mengerjakan tugas sekolah dengan didampingi oleh pengasuh atau pimpinan panti. Khususnya anak PA  Destra diberi ijin untuk mengerjakan tugas sekolah dengan mengunjungi warung internet di luar panti.

 

Pola Pengasuhan di Panti. Pengasuh merupakan sosok yang berperan penting dalam pengasuhan anak di panti. Relasi antara anak dengan pengasuh di PA Vitri menunjukkan relasi yang tidak sebaik relasi anak dengan pengasuh pada panti Vitra dan Destra. Keluhan anak tentang pengasuh cukup kuat di panti Vitri ketimbang di panti Vitra dan Destra.

 

Beberapa keluhan anak antara lain pengasuh tidak bisa menjadi role model, antara lain karena antara yang dikatakan pengasuh tidak konsisten dengan sikap dan perilaku mereka; pengasuh membuat aturan yang diterapkan pada anak tetapi tidak diterapkan oleh pengasuh; pengasuh tidak adil dalam pembagian makanan atau pemberian sanksi. Pengasuh cenderung melakukan labelling pada anak sehingga anak merasa tidak nyaman dan merasa disudutkan dan sakit hati.

 

Dalam pengasuhan anak mengalami kekerasan verbal maupun fisik. Jenis kekerasan verbal antara lain mengancam, menghina, melabel, mengumpat, memarahi. Anak panti boncel tidak luput dari kekerasan verbal seperti diancam dan perlakuan kasar pengasuh. Demikian pula dengan anak di tiga panti lain dimana pengasuh sering menegur sikap atau perilaku anak yang kurang baik dengan mengaitkan dengan kondisi sosial ekonomi orangtua atau keluarga anak tersebut. Tidak jarang persoalan yang terjadi ketika anak di panti Si Boncel masih diungkit oleh pengasuh tatkala anak sudah berada di panti Vitri atau Vitra. Umpatan dengan menggunakan kata-kata kasar atau binatang sering diungkapkan oleh pengasuh ketika marah di panti Vitra dan Vitri. Sedangkan ungkapan kata terkait perilaku seksual diungkapkan oleh pengasuh di panti Vitra. Tidak mengherankan bahwa ungkapan kata-kata kasar juga dilakukan antar sesama anak panti.

 

Kekerasan fisik dan psikis pun dialami oleh anak di empat panti. Anak PA Boncel bisa mendapat perlakuan “ditutup mulutnya” apabila tidak berhenti menangis, pengasuh terbiasa memberikan barang (pakaian atau mainan) dengan cara dilempar ke anak yang dituju. Sedangkan bagi anak panti Vitra dan Destra maka pengasuh bisa memukul dengan tangan, rotan, sapu, kayu, jewer, cubit, tendang, jitak, gatak, tampar, atau tambahan pekerjaan rumah. Kekerasan seksual pernah terjadi di panti Vitra antar anak namun segera ditindak tegas dan kedua anak dipulangkan ke keluarga masing-masing.

 

Jejaring Sosial. Dinamika kehidupan di panti membuat anak panti memiliki kedekatan relasi dengan sesama anak panti. Sebagian anak panti yang telah tinggal di panti lebih dari tiga tahun membuat relasi antar anak panti semakin kohesif. Ketika liburan sekolah mereka saling berkunjung dan menginap di rumah keluarga teman dari panti. Mereka juga mengisi liburan dengan mengunjungi mal atau tempat hiburan dengan sesama anak panti. Jejaring sosial dengan teman sekolah terjalin tetapi kualitas hubungan tidak sedalam kualitas hubungan antar sesama anak panti. Khususnya anak panti Destra, mereka memiliki relasi dengan teman bermain warnet yang berada di dekat panti. Situasi yang dialami anak panti saat ini agak berbeda dengan situasi yang dialami oleh para alumni panti Vitri dan Destra dimana mereka diarahkan oleh pimpinan panti untuk aktif dalam kegiatan mudika dan Gereja sehingga aktivitas tersebut menjadi media mereka belajar bersosialisasi dengan masyarakat (di luar panti).

 

Bimbingan masa depan. Jejaring sosial anak panti didominasi oleh relasi dengan anak sesama panti dan sekolah. Kebutuhan hidup sehari-hari dan kebutuhan yang menunjang sekolah bisa didapat anak-anak selama mereka tinggal di panti. Situasi dan kondisi tersebut membuat anak panti kurang memahami kehidupan di masyarakat. Berdasarkan pengalaman alumni maka anak panti yang keluar dari panti menjadi tidak percaya diri dan cenderung berkumpul dengan anak sesama panti. Mereka kesulitan beradaptasi dengan kehidupan masyarakat di luar panti. Anggapan tentang anak panti juga menambah rasa tidak percaya diri mereka. Khususnya alumni anak panti Destra yang lulus dari SMK Grafika, mereka mudah diterima di lingkungan kerja karena kinerja dan kedisiplinan mereka. Bagi anak panti Vitri yang memperoleh bimbingan dari lembaga yang dipimpin Bapak Chandra, semisal pelatihan teknik membuat CV, lamaran kerja, dan wawancara menjadi bekal yang dirasakan bermanfaat oleh alumni panti Vitri. Wejangan, arahan, dan bantuan untuk mencari beasiswa atau lapangan kerja diberikan oleh para pimpinan mereka. Selain itu bantuan finansial (bulan pertama setelah keluar panti) juga diberikan oleh pimpinan panti.

 

Manajemen Panti. Perilaku pengasuh yang kurang profesional bisa disebabkan oleh beberapa hal antara lain latar belakang pendidikan yang tidak memadai, penghasilan yang diperoleh tidak memadai dan tidak adanya pelatihan yang memberikan pengetahuan dan cara yang tepat dalam mengasuh anak pada usia tertentu. Pengamatan pada empat panti lain yaitu panti Abhimata, Daarul Aitam, Dharma Pembangunan dan Dorkas memberikan beberapa hal positif yang bisa menjadi acuan untuk menyempurnakan situasi dan kondisi panti di bawah PVJ. Beberapa hal yang dimaksud yaitu kriteria anak yang dibantu, adanya peraturan dan ketegasan dalam realisasi peraturan yang ada, kualitas pengasuh, peraturan yang memberi peluang anak bersikap partisipatif (dalam memberikan masukan pada peraturan panti), psikolog, fasilitas perpustakan dan media komputer bagi anak, pengasuh yang profesional, unit bisnis untuk mendukung keberlanjutan panti, tes kesehatan, dan home care. Untuk mampu menjalankan pengelolaan panti yang sesuai dengan situasi saat ini maka perlu adanya keterbukaan akan metode dan tenaga SDM yang dapat menunjang suasana panti yang lebih sehat.

 

Kesimpulan. Data survei memperlihatkan bahwa anak yang tinggal di panti bisa disebabkan karena beragam alasan. Ragam alasan tersebut memperlihatkan situasi kondisi dan tantangan yang dihadapi keluarga saat ini berbeda dengan situasi 30 tahun yang lalu. Saat ini, anak acapkali menjadi korban atas kemiskinan ekonomi maupun sosial sehingga anak mengalami penelantaran. Panti merupakan salah satu lembaga yang mampu memberikan suasana aman untuk berlindung dan tumbuh kembang bagi anak yang yatim/piatu/yatim piatu atau miskin atau terlantar sehingga anak bisa memperoleh hak yang salah satunya adalah pendidikan.

 

Konsep diri yang terbentuk pada anak panti tidak lepas dari pengaruh eksternal (lingkungan keluarga, pimpinan, pengasuh, dan teman panti, guru dan teman sekolah) serta stimulasi melalui berbagai kegiatan aktivitas waktu luang, wawasan, dan lain-lain. Pengasuh sebagai tokoh yang berperan dalam kehidupan sehari-hari di panti, idealnya menjadi pendamping sekaligus role model bagi anak. Sehingga sikap dan perilaku pengasuh bisa menjadi tauladan bagi anak panti. Fakta yang dijumpai dimana kualitas pengasuh, antara lain pengetahuan, sikap dan perilaku pengasuh yang tidak mendukung mereka menjadi pengasuh yang baik.

 

Waktu luang yang dikelola dengan berbagai kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan organisasi bagi anak panti memberi pengalaman dan bermanfaat bagi pengembangan diri anak bahkan menjadi modal bagi anak panti setelah mereka berada di masyarakat. Pendidikan dan kegiatan ekstrakurikuler yang mereka peroleh menjadi modal sosial dan budaya bagi anak panti. Berdasarkan studi banding di beberapa panti dan kajian data sekunder maka pengelolaan di empat panti masih ada beberapa hal yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan khususnya tentang manajemen dan kualitas pengasuh serta tenaga profesional pendukung lainnya.

 

Rekomendasi. Berikut adalah rekomendasi yang dapat diberikan sehubungan dengan hasil penelitian ini.

  1. Berdasarkan data yang melatarbelakangi anak tinggal di panti pada studi ini, serta melihat adanya perubahan fenomena atas masalah yang dihadapi anak di Jakarta saat ini, antara lain semakin meningkat jumlah keluarga yang retak dan berakibat pada anak dan masalah tumbuh kembangnya, maka PVJ perlu mengkaji ulang tentang karakteristik anak yang bisa dibantu dan diterima di panti. Panti bisa menjadi salah satu tempat yang aman bagi tumbuh kembang anak.

 

  1. Agar anak panti mengalami tumbuh kembang yang baik secara fisik dan psikis, maka kualitas pengasuhan menjadi esensial. Untuk itu perlu dilakukan pelatihan baik bagi pengasuh maupun anak agar anak tidak mendapat perlakuan salah dari pengasuh.  Pelatihan yang dimaksud antara lain terkait materi Konvensi Hak Anak (KHA), perkembangan anak, pendampingan yang tepat, child friendly tenaga profesional, pengasuhnya, psikolognya, pekerja sosial, dsb.

 

  1. Kegiatan ekstrakurikuler perlu dipertahankan karena terbukti bermanfaat dan menunjang tumbuh kembang anak. Oleh karena itu, bagi panti yang belum menyelenggarakan kegiatan ekstrakurikuler dan organisasi disarankan untuk merealisasi bai anak asuh mereka. 

 

  1. Unit bisnis merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang keberlanjutan panti. Oleh karena itu unit bisnis yang ada di beberapa panti bisa menjadi contoh untuk bisa direalisasi sebagai salah satu unit di PVJ.

 

  1. PVJ bisa melibatkan alumni dalam mendukung membentuk citra yang positif tentang alumni panti serta pengembangan jaaringan sosial bagia anak panti dan alumni.

 

  1. Berdasarkan studi banding di beberapa panti maka pengelolaan panti yang ideal perlu mempertimbangkan pengelolaan yang profesional antara lain mempekerjakan karyawan secara profesional dan faktor kesejahteraan karyawan yang memadai serta mendatangkan tenaga profesional lain seperti psikolog. Dengan demikian pengelolaan panti akan menjadi lebih berkualitas.

 

  1. Berdasarkan kajian data sekunder maka fasilitas yang disediakan bagi anak panti perlu disetarakan dengan standar yang dikeluarkan oleh standar nasional pengasuhan kementerian sosial yaitu fasilitas yang mendukung tumbuh kembang anak baik jasmani maupun rohani.