Lulus dari Universitas Katolik Indonesia (Unika) Atma Jaya di tahun 2017, Jacklyn melanjutkan studinya di Oxford University. Studi diluar negeri ini punya tugas mulia, ia akan kembali ke Indonesia untuk memperbaiki kualitas hidup dan kesehatan bangsa.
Memperkaya ilmu bagi dirinya demi membantu banyak orang, kalimat sarat makna tersebut menggambarkan Fidelis Jacklyn Adella, alumni S1 UNIKA Atma Jaya dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) tahun 2017. Mulai tahun 2021 hingga saat ini ia sedang menempuh pendidikan lanjutannya di Oxford University, Inggris.
Seperti kebanyakan orang pada umumnya, perempuan yang akrab disapa Jacklyn ini juga mengalami proses panjang mencari dan akhirnya menemukan cita-cita untuk masa depannya. Masuk kuliah dan duduk sebagai mahasiswa di Unika Atma Jaya membuat keinginannya semakin kuat untuk menjadi seorang dokter.
Sumpah Dokter, Auditorium Klara Asisi, kampus Pluit Unika Atma Jaya, 2017
“Selama studi S1 di Unika Atma Jaya, dukungan dari lingkungan kampus yang besar membuat saya merasa nyaman dan aktif sebagai mahasiswa kedokteraan. Dari awal sebelum masuk kuliah saya percaya FKIK termasuk salah satu yang terbaik di Jabodetabek, “ ungkapnya.
Benar saja, Jacklyn termasuk mahasiswa aktif dalam berorganisasi dan mengikuti banyak kegiatan. Salah satunya ia mengikuti kegiatan ekstrakulikuler Asian Medical Students’ Association (AMSA). Menurutnya, belajar itu penting namun mengikuti kegiatan pendukung dapat membantunya memperoleh ilmu-ilmu praktik dan terjun langsung dalam mengembangkan soft skills.
“Soft skills yang saya dapatkan seperti teamwork, leadership, public speaking, self confidence, hingga pengalaman-pengalaman lainnya. Saya juga menjadi bagian dari pengurus dalam organisasi AMSA dan dipercaya sebagai ketua organisasi atau representatif, “ ujarnya menambahkan.
Layaknya panggilan hidup, Jacklyn menjadi seorang dokter bukanlah tanpa alasan. Ia memiliki perhatian lebih pada kesehatan masyarakat di daerah kecil maupun berkonflik. Bahkan dirinya memiliki impian untuk mengikuti Medecins Sans Frontieres (MSF) atau perkumpulan dokter lintas batas yang melayani kemanusiaan di wilayah rawan konflik, epidemi serta memiliki perhatian khusus terhadap wilayah potensi pandemi seperti ebola.
Bahkan hingga saat ini ia memiliki jejaring yang luas sehingga mengenal banyak dokter di berbagai negara seperti Hongkong, Filipina, Malaysia, United Kingdom dan negara lainnya berkat keaktifannya dalam organisasi dan kegiatan selama kuliah. Kebanggaan Jacklyn tidak berhenti sampai di posisi tersebut, di tahun 2014 ia memperoleh penghargaan Mahasiswa Prestasi (Mawapres) atas nilai-nilai akademiknya yang membanggakan.
Namun, tidak dipungkiri selama perjalanan proses perkuliahan ia sempat merasa lelah dan tidak bersemangat saat berkegiatan di rumah sakit. Dari pagi hingga malam, waktunya ia habiskan di sana sampai mendapat giliran untuk berjaga pada shift malam. Ia juga harus pintar membagi waktu untuk istirahat sehingga Jacklyn menyewa kos dekat kampus agar menghemat waktu di jalan dan memperoleh banyak waktu untuk beristirahat.
Kepaniteraan ilmu kesehatan anak di RS Atma Jaya, Jakarta, 2015
Setiap pengalaman dan perjalanan kuliah di Unika Atma Jaya, membuatnya semakin matang dalam meraih impiannya menjadi seorang dokter. Sembari mengingat momen-momen yang pernah dilalui, ia seakan ingin memberi pesan pada dirinya sendiri saat dulu duduk sebagai mahasiswa Unika Atma Jaya.
“Fokus, fokus dan fokus. Saya merasa, waktu di luar kuliah bisa dipakai untuk melakukan revisi-revisi materi pembelajaran atau menjalankan aktivitas organisasi. Lebih baik saya fokus mendengarkan dan memahami saat kelas sedang berlangsung, hal itu meminimalisir revisi yang menghabiskan diluar jam kuliah, “ ungkap kandidat MSc in International Health and Tropical Medicine di University of Oxford.
Sumba Membuat Mimpi Kian Nyata
Dikenal gigih, keinginannya semakin kuat saat Jacklyn berkuliah di Unika Atma Jaya dan mendapat kesempatan untuk Internship di wilayah Sumba, NTT. Selama 3.5 tahun, perempuan muda, cerdas dan humanis ini mampu menjawab tantangan dan kesulitan selama di Sumba. Ia jadikan semua pengalaman menjadi motivasi dalam menyembuhkan masyarakat di Sumba dengan lebih baik.
Tidak hanya itu, ia menceritakan pengalamannya ketika ke Sumba sebagai seorang dokter setelah lulus dari Unika Atma Jaya. Ia melanjutkan profesinya sebagai seorang dokter selama satu tahun melalui program internship dokter Indonesia yang diwajibkan oleh pemerintah Indonesia. Berbanding terbalik dengan banyak lulusan dokter yang ingin menjalankan internship di kota-kota besar, ia justru sudah lama memilih menjadi dokter di daerah berkekurangan. Ia menjalani program ini mulai dari bulan September 2017 hingga 2018.
dr.Jacklyn ssat mengajar ilmu klinis malaria untuk kelas mikroskopis malaria di Sumba Foundation Malaria Microscopy Training Center, Sumba Barat
Suka duka pun mengiringi langkahnya, kesulitan dan tantangan membuatnya semakin gigih dalam bertugas di sebuah puskemas dan rumah sakit di daerah Sumba. Dimana pada saat itu banyak pasien anak-anak yang mengalami paru-paru basah dan perlu penanganan darurat dan cepat. Alat kesehatan yang saat itu masih kurang dan sistem penanganan yang minim menjadi kendala.
Salah satu contohnya saat ia menangani pasien dengan cidera kepala, tentu pasien perlu menjalani CT Scan agar mengetahui letak pendarahannya dan tindaklanjut yang harus dilakukan dokter. Namun, di rumah sakit tempatnya bertugas tidak ada CT scan. Hal tersebut membuat paisen yang mau menjalani CT scan harus dikirim ke kota yang jaraknya kurang lebih 4 jam perjalanan.
Hal itu semakin mendorongnya untuk memperkaya ilmunya demi totalitas dalam membantu menyembuhkan masyarakat. Merasa perlu berkarya di luar lingkup rumah sakit, setelah menyelesaikan program internship, ia melanjutkan bekerja di Sumba di sebuah LSM yang berfokus pada kontrol malaria dan program kesehatan masyarakat lainnya.
Setiap kesulitan dan tantangan yang ada justru dijadikannya semangat untuk terus fokus dalam mengobati dan menyembuhkan para pasien di Sumba. Cita-citanya sebagai seorang dokter di daerah kekurangan terus memberinya motivasi bagi dirinya untuk mempelajari lebih banyak cara mengobati pasien. Bahkan, setelah menyelesaikan perkuliahannya di Oxford University, Jacklyn berencana untuk kembali ke Sumba untuk meneruskan pengalaman dan mimpinya sebagai seorang dokter di daerah.
“Jangan takut untuk mengejar cita-cita! Kebingungan hanyalah sementara daripada hanya takut untuk memulai. Seperti tujuan hidup, setelah saling menemukan, jangan mudah menyerah dan berhenti mengejar cita-cita. Nikmati setiap proses menemukan cita-cita, pasti nantinya akan mendapat yang terbaik, ” tutup Jacklyn sembari memberikan semangat.
Fidelis Jacklyn Adella, M.D.
Alumni FKIK Unika Atma Jaya 2017 - Kandidat MSc in Internasional Health and Tropical Medicine 2022 University of Oxford