ASK
ME

REGISTER
NOW

Disadvantaged Children and Humanitarian Intervention by Faith-Based Organization in Indonesia, 1900 - Present

12/12/2022 12:00:00 AM

Penelitian ini adalah hasil kerjasama antara Unika Atma Jaya dengan Radboud University Nijmegen (The Netherlands), yang bertopik Disadvantaged Children and the Humanitarian Intervention by Faith-Based Organizations in Indonesia 1900-present.  Untuk itu dilakukan penelitian di lingkungan Perhimpunan Vincentius Jakarta, karena track recordnya lebih dari 165 tahun dalam mengelola panti asuhan di Indonesia. Pada saat ini, Perhimpunan Vincentius Jakarta (PVJ) mengkoordinir pengelolaan 4 panti asuhan: Vincentius Putra (Vitra), Vincentius Putri (Vitri), Desa Putera (Destra) dan Pondok si Boncel.

 

Pendekatan penelitian kualitatif digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Konteks dan perkembangan sejarah terutama pada periode sekitar 1900-an dilakukan melalui desk review. Untuk menggali benang merah pengelolaan panti oleh PVJ, dilakukan KII (Key Informan Interview) dan FGD (Focus Group Discussion).  KII dilakukan terhadap para pimpinan panti, pengasuh dan para alumni. FGD dilakukan terhadap para penghuni panti.

 

Beberapa temuan kunci dalam penelitian ini adalah Disadvantaged children yang dilayani oleh PVJ semula adalah korban penjajahan dan perang, yang seturut perkembangan jaman, berubah menjadi anak-anak yang terlantar karena kondisi keluarga mereka, apakah itu ketidak utuhan orang tua, ataukah kemiskinan. Disadvantaged children yang dilayani pada dasarnya adalah sama, yaitu anak-anak yang mengalami masalah sosial berat dalam keluarga mereka. Sumber penyebab masalah sosial tersebut lah yang berbeda seturut konteks jamannya.

 

Penyelenggaraan panti serta sarana dan prasarananya merupakan karya kolaboratif beberapa organisasi keagamaan Katolik. Panti-panti dan sekolah-sekolah pendampingnya, dikelola masing-masing secara terpisah oleh organisasi yang berbeda, namun memiliki komitmen dan pengalaman kuat dalam bidang masing-masing.  PVJ berperan sebagai penyatu dan pendukung organ-organ/ komunitas keagamaan lain yang kompeten dalam penyelenggaraan layanan bagi anak-anak tersebut.

 

Care and protection yang diberikan oleh PVJ sebagai organisasi keagamaan bersifat holistic. Hal ini merupakan ciri khas utama pelayanan PVJ, yang terwujud dalam bentuk penggabungan prasarana pengasuhan dengan pendidikan formal di satu tempat. Kemandirian, tanggung jawab, penataan hidup melalui pengaturan kegiatan keseharian, kemampuan interaksi dan hidup saling menolong, dan relasi dengan Sang Pencipta merupakan pondasi kehidupan yang menjadi tujuan pendidikan di panti. Anak dikembangkan potensinya seoptimal mungkin, disertai pelatihan berbagai keterampilan yang mungkin berguna di kemudian hari, yang tidak hanya menjadi penguat identitas diri, tetapi juga merupakan bekal untuk hidup.

 

Layanan PVJ melalui panti-panti nya yang lebih menekankan education daripada shelter, memberikan dampak besar dalam kehidupan para alumninya. Pada tataran kesenangan, pada umumnya responden alumni merasa lebih senang tinggal di panti daripada di rumah mereka sendiri. Pada tataran lebih dalam, mereka merasa memperoleh pondasi hidup yang kuat selama masa muda mereka di panti. Panti PVJ memberikan ‘home’ pengganti yang lebih dari yang mereka bayangkan.

 

Tantangan dalam memberikan ‘care and protection’ semakin jelas dengan membaiknya kebijakan Negara dalam perlindungan anak, antara lain dengan dibentuknya KPAI dan diratifikasinya CRC (Convention of Rights of Child) oleh pemerintah Indonesia. Pengasuh panti perlu dibekali pemahaman atas hak-hak dasar anak, sekaligus pula berbagai metode serta kiat untuk menangani pelbagai tingkah laku/ karakter anak yang berbeda-beda.

 

Kesadaran akan kerentanan psikologi khas anak panti disertai semakin tegas dan jelasnya hak-hak dasar anak, perlu diwujudkan kedalam suatu sistim preventif dan protektif pengelolaan perlindungan dan pemeliharaan anak di panti. Peraturan, pengaturan fasilitas serta kegiatan panti, perlu dibuat semakin ‘ramah anak’. Pimpinan, pengasuh, bahkan pengurus PVJ perlu diberikan pemahaman mengenai hak-hak dasar anak. Perlu dikembangkan suatu mekanisme pengawasan agar tidak terjadi penyalah gunaan posisi pengawas atau pengasuh pada anak (child abuse). Pengembangan kebijakan ‘whistle blower’, misalnya, dapat menunjukkan komitmen penyelenggara panti dalam hal perlindungan hak dasar anak.

Kekeluargaan, yang menjadi salah satu ciri khas panti-panti PVJ, secara tidak langsung merupakan pondasi terbentuknya keluarga atau komunitas besar yang terdiri dari para anak panti, para pengasuh dan pimpinan panti. Komunitas ini melembaga melalui panti dan jejaring alumni, yang bersifat inklusif dan lintas jaman dan bahkan lintas benua, berkat kemajuan teknologi komunikasi digital. Terbentuknya komunitas berbasis jejaring semacam itu tentu memberikan kontribusi positif pada kohesi di masyarakat.

 

Humanitarian intervention bagi anak-anak yang kurang beruntung karena memiliki masalah sosial berat dalam keluarga mereka perlu diukur dari care and protection yang lebih holistik, yang tidak hanya memberikan tempat penampungan (shelter) atau bahkan keluarga (home), tetapi yang terbaik adalah sekaligus disertai dengan pendidikan. Bagaimanapun, pendidikan merupakan kegiatan amat penting bagi anak-anak yang sedang berada dalam masa pembentukan diri mereka sebagai manusia.