ASK
ME

REGISTER
NOW

Evaluasi Pembinaan Para Pembina. Seri Laporan Penelitian Keagamaan 94 (kerjasama dengan Komisi Kepemudaan KWI)

1/22/2007 12:00:00 AM

Penulis/Peneliti: Hubertus Ubur

Tahun: 1991

Karya tulis ini merupakan hasil kerjasama di bidang penelitian antara Bagian Penelitian Sosial Kegerejaan Pusat Penelitian Atma Jaya dan Komisi Kepemudaan Konprensi Waligereja Indonesia. Titik perhatiannya menyangkut pekan pelatihan pembina yang oleh Komisi Kepemudaan Konperensi Waligereja Indonesia diadakan di dan dalam kerjasama dengan keuskupan-keuskupan beberapa tahun belakangan ini (1991). Pertanyaan pokok yang hendak dijawab ialah apakah harapan pekan pelatihan terwujud setelah para pembina kembali ke tempat tugasnya masing-masing. Harapan pokok ialah bahwa pembina melakukan pembinaan, dan dalam membina mereka menerapkan metode yang di pekan pelatihan diperkenalkan dan diterapkan untuk pelatihan pembina itu sendiri.

Laporan ini juga memuat hasil pengamatan yang "amat mendatar" (oleh karena hanya berlangsung dalam waktu yang amat singkat) oleh pengumpul data lapangan (baca:keuskupan). Kesahihan dan keterandalan hasil pengamatan itu tentu saja masih bisa dipersoalkan. Namun semuanya dicatat sebagai bahan untuk kajian atau pengamatan lebih lanjut. Jadi hasil pengamatan sekarang kiranya tidak dipandang sebagai hasil final melainkan hasil sementara, meskipun ada gunanya.

Abstrak:
Gereja biasanya disebut umat Allah, kumpulan orang beriman. Sebagai demikian, ia mempunyai dua aspek atau unsur yakni unsur Ilahi (oleh karena menyangkut relasi dengan dunia supranatural) dan unsur insani atau sosial. Oleh karena itu Gereja juga tifak dapat melepaskan diri dari masalah hakiki seperti kesinambungan eksistensi. Ada berbagai upaya yang bisa ditemph untuk menjaga agar Gereja tetap berjalan terus. Salah satu di antaranya ialah upaya yang biasa disebut pembinaan generasi muda. Generasi muda perlu dipersiapkan dalam arti mereka perlu diperkenalkan dengan keyakinan-keyakinan kristiani dengan harapan bahwa mereka dapat membangun pandangan hidup sesuai dengan keyakinan-keyakinan tersebut, serta bertindak dalam setiap situasi menurut pandangan kristiani bersangkutan. Generasi muda perlu diberi kesempatan untuk belajar menjadi orang yang dewasa dalam iman kristianinya.

Visi pembinaan pun telah dikembangkan. Salah satu visi pokok ialah bahwa yang menjadi subyek dalam kegiatan pembinaan ialah muda-mudi itu sendiri.
Supaya para pembina atau pendamping itu bisa menjalankan fungsinya dengan baik, ia perlu dipersiapkan dengan baik pula. Kesadaran akan pentingnya persiapan para pembina itu sendiri telah mendorong Komisi Kepemudaan KWI untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan pembinaan para pembina. Bahkan telah dikembangkan metode khusus untuk pembinaan para pembina yang disebut metode pola proses.

Metode proses itu diterapkan dalam kegiatan pembinaan yang dikenal dengan nama Pekan Pelatihan Pembina.

Meski sudah banyak Pekan Pelatihan diadakan, dan metode pun sudah diperkenalkan, namun tetap muncul pertanyaan: apakah metode yang diterapkan itu sudah merupakan metode yang tepat dan bermanfaat, maka dari itu tetap perlu dipertahankan, ataukah perlu dicari metode baru yan lebih aplikabel dan adekuat untuk para pembina sehingga mereka lebih fungsional bagi pembinaan generasi muda Katolik?

Studi bertujuan untuk melihat (1) apakah para peserta Pekan Pelatihan menerapkan metode pola proses dalam pembinaan yang dijalankan di paroki, wilayah, stasi dan keuskupan tempat ia bekerja sebagai pembina. (2) apakah menurut pengalaman para peserta metode proses itu mudah diterapkan atau sebaliknya. Jika hambatan dialami, apakah hambatan-hambatan itu lebih bersifat metodis ataukah non-metodis, dalam arti hambatan yang datang dari luar metode.