ASK
ME

REGISTER
NOW

Unika Atma Jaya Soroti Identitas dan Literasi dalam Penggunaan Media Sosial

3/16/2022 12:00:00 AM

Program Studi Ilmu Komunikasi Unika Atma Jaya kembali menggelar Kolokium Communication Talk Series ke-17 dengan tema “Media Sosial: Identitas dan Literasi” secara hybrid bersama para akademisi, dosen, dan mahasiswa dari berbagai universitas, (16/3). 

 

Jakarta, 16 Maret 2022 – Media sosial merupakan  salah satu wujud perkembangan teknologi yang telah mendominasi berbagai aktivitas di seluruh dunia dan tidak dapat dipungkiri bahwa media sosial juga turut berperan dalam kehidupan keseharian seluruh masyarakat. Kehadiran media sosial berperan sebagai sarana komunikasi, menjalankan profesi, dan sarana penyebaran informasi secara digital yang pada akhirnya memicu berbagai aspek, baik positif maupun negatif bagi sekitar kita.

 

Mengacu pada fenomena  tersebut, Kolokium Prodi Ilkom Communication Talk Series #17 mencoba menjawab tantangan dari aspek positif dan negative dari media sosial yang perlu  dipahami dan diantisipasi guna mempertahankan keutuhan dan ketahanan masyarakat.

 

Ketua Program Studi (Kaprodi) Ilmu Komunikasi Unika Atma Jaya, Dr. Y. M. Dorien Kartikawangi, M.Si. mengungkapkan, “Topik ini merupakan bagian yang perlu dikaji, tidak hanya secara konseptual, namun juga diperlukan implementasinya di kehidupan karena merupakan bagian yang krusial dalam Sustainable Development Goals, dalam hal ini edukasi dan ketahanan masyarakat.”

 

Senada dengan itu, sebagai seorang yang mengkaji berbagai fenomena sosial yang tumbuh dan berkembang di masyarakat, Dekan Fakultas Administrasi Bisnis dan Ilmu Komunikasi (FIABIKOM) Dr. Yohanes Eko Widodomenerangkan bahwa tema kolokium ini sangat relevan dan sesuai dengan kebutuhan atau masalah pada saat ini. Kecakapan masyarakat dalam menanggapi aspek-aspek tersebut perlu dipahami dan diterapkan oleh masyarakat itu sendiri, guna menghindari adanya penyebaran informasi yang tidak benar serta kesalahpahaman.

 

 

Menjawab hal ini, Dosen Prodi Ilkom Unika Atma Jaya, Andina Dwifatma, M.Si. yang juga Ph.D. Student di Monash University, Australia,menuturkan, “Sosial media merupakan platform yang digunakan untuk memenuhi keinginan masing-masing individu agar dapat saling berhubungan, termasuk kaum muslim kota di Indonesia, yang kemudian membentuk identitasnya.”

 

Berkaitan dengan literasi, pengguna media sosial yang mengunggah perkembangan di sekitarnya dan menggunakan berita tersebut untuk hiburan dapat memicu perdebatan apabila kebenarannya belum dibuktikan. Menurutnya, diperlukan pengguna sosial media yang semakin bijak.

 

Selain itu, Lisa Esti Puji Hartanti, M.Si. selaku Dosen Prodi Ilmu Komunikasi dan Ph. D. Candidate di University of Vienna, Austria, turut menegaskan pendapatnya melalui penelitiannya yang berjudul “Ifluencer Media Sosial di Indonesia; Kajian Kurikulum Edukasi Non-Formal Media Literasi”.

 

“Dari segi akademis, content creator hanya seseorang yang merancang konten, namun apabila orang tersebut memiliki engagement yang tinggi pada hasil kontennya dan diminati oleh publik, maka Ia dinamakan Influencer. Semoga kurikulum kita dapat membentuk banyak influencer yang mampu menyajikan konten yang edukatif , “ ungkap Lisa.

 

Konsep influencer ini dibuktikan melalui tampilan video yang memperlihatkan adanya perdebatan saat Pilpres 2014 pada media Twitter, di mana pada platform tersebut terjadi pembentukan kubu. Kubu-kubu tersebut saling menebarkan berita yang subjektif, hoax, hingga publikasi yang mengandung kebencian. Insiden ini semakin berlanjut saat Pilpres 2019 setelahnya.

 

“Ketiklah pendapatmu sendiri karena influencer memiliki pengaruh untuk memperkuat opini yang kita percayai dan memicu radikalisasi. Pendidikan influencer itu penting, “ saran Lisa.

 

Kedua narasumber tersebut menekankan bahwa sebagai pengguna media sosial, kita perlu memandang suatu hal dengan dua sudut pandang yang berbeda agar dapat melihat keseluruhan permasalahan secara objektif.

 

Media sosial dapat membentuk apa yang kita pikirkan dan apa yang kita lakukan. Itu bisa menjadi suatu habit. Penting untuk be mindful terhadap apa yang kita baca, bukan hanya dari konsumen tapi dari produsen juga perlu mengetahui relevansi berita dengan realitanya. Apa yang dipublikasi di media bisa menjadi cultural teacher, terutama karena media sosial mudah diakses kapanpun,“ tutup Adinda Nindyacandra, M.A., moderator sekaligus Alumni Prodi Ilkom Unika Atma Jaya.

 

 

Program Studi Ilmu Komunikasi Unika Atma Jaya berharap rangkaian kegiatan Communications Talk Series dapat terus diselenggarakan dan menjadi salah satu wadah serta sarana yang mampu memperkaya pemahaman para akademisi dan masyarakat terhadap perkembangan dunia ilmu komunikasi.