Asta Dewanti (Konselor AdaDiKamu Mindfullness Journey) yang menyoroti kesadaran mental dalam menghadapi pandemi Covid-19 guna beradaptasi terhadap dinamika dan perubahan yang ditimbulkan khususnya bagi pimpinan dan tenaga pendidik di 30 sekolah SMA yang berasal dari kawasan Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, Lampung dan Pangkalpinang.
Jakarta, 31 Maret 2022 – Universitas Katolik Indonesia (Unika) Atma Jaya menggelar acara ‘Virtual Coffee Break’ bersama puluhan pimpinan Sekolah Menengah Atas Swasta (SMA) untuk membahas perlunya kesadaran mental (mental awareness) para siswa SMA untuk mempersiapkan diri saat menjalani perkuliahan secara online di perguruan tinggi agar tetap mampu menunjukkan prestasi akademik secara konsisten.
Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Kerjasama Unika Atma Jaya, Dr. Yohanes Eko Adi Prasetyanto S.Si di Jakarta, Jumat (1/4) mengatakan, kerjasama antara dunia perguruan tinggi dengan mitranya seperti sekolah menengah atas perlu terus dijaga termasuk dalam situasi pandemi seperti saat ini, mengingat begitu banyak perubahan dan penyesuaian yang harus dilakukan siswa didik dan para orang tuanya dalam menjalani proses belajar mangajar, termasuk persiapan mental siswa SMA menjelang kuliah di perguruan tinggi.
Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Kerjasama Unika Atma Jaya Jakarta Dr. Yohanes Eko Adi Prasetyanto memberikan pemaparan tentang pentingnya memperhatikan faktor kesadaran mental bagi siswa agar tetap memiliki mental yang stabil.
“Unika Atma Jaya memang menyoroti pentingnya memperhatikan faktor kesadaran mental bagi siswa agar tetap memiliki mental yang stabil mengingat perkuliahan online memunculkan perasaan stress tambahan dan kecemasan yang meningkat sebagai konsekuensi dari siuasi pandemi yang tidak saja mengubah cara belajar tetapi juga menciptakan sejumlah keterbatasan ruang gerak,” kata Eko.
Dalam acara ‘Virtual Coffee Break’ yang digelar secara hybrid pada Kamis (31/3) di Kampus Atma Jaya Semanggi Jakarta, sedikitnya hadir secara virtual 30 SMA yang berasal dari kawasan Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, Lampung dan Pangkalpinang. Acara tersebut merupakan rangkaian aktivitas Dies Natalis kampus yang akan genap berusia 62 tahun pada 1 Juni 2022.
Tampil sebagai pembicara adalah Asta Dewanti (Konselor AdaDiKamu Mindfullness Journey), dan Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Kerjasama Unika Atma Jaya, Dr. Yohanes Eko Adi Prasetyanto S.Si.
Asta Dewanti mengatakan, kesadaran mental sangat diperlukan dalam menghadapi pandemi Covid-19 yang membutuhkan kemampuan penyesuaian diri yang cukup guna beradaptasi terhadap dinamika dan perubahan yang ditimbulkan serta tidak perlu khawatir, karena perubahan merupakan hal yang alami.
“Sebenarnya kita hanya perlu menjadi teman, menemani murid-murid di sekolah. Kalau Bapak dan Ibu menjabat sebagai Kepala Sekolah berarti juga perlu untuk menemani rekan-rekan sejawat untuk bisa mengenali, menerima, dan berproses bersama-sama dengan utuh. Yang kita lakukan hanyalah dengan menjadi teman untuk diri sendiri dahulu,” lanjut Asta.
Asta yang juga seorang psikolog mengatakan, guru, siswa dan orang tua perlu memahami tentang kesadaran diri atau “self-awareness”, yaitu tindakan dimana kita melihat diri kita sendiri secara utuh, tidak menghakimi diri sendiri, dan melakukan segala sesuatu sesuai porsinya. Dengan demikian akan lebih mudah dalam menentukan tujuan hidup karena sadar dengan apa yang terjadi dan juga lebih nyaman dalam berkomunikasi.
“Perlunya Bapak dan Ibu kepala sekolah dan guru terutama guru Bimbingan dan Konseling mengenali dan menolong diri sendiri dulu baru menolong orang lain. Kita perlu memahami perubahan itu dengan utuh baru kita bisa bantu orang lain untuk memahami perubahan itu dengan utuh juga”, ungkap Asta.
Pimpinan Sekolah Menengah Atas Swasta (SMA) yang mengikuti kegiatan ‘Virtual Coffee Break’ yang digelar secara hybrid pada Kamis (31/3) untuk membahas perlunya kesadaran mental (mental awareness) para siswa SMA untuk mempersiapkan diri saat menjalani perkuliahan secara online di perguruan tinggi agar tetap mampu menunjukkan prestasi akademik secara konsisten.
Ia melanjutkan, ada beberapa indikator untuk mengetahui apakah seseorang sehat secara psikologi dan fisik, yaitu jernih dalam melihat sesuatu, tenang, dan lega atau terbebas dari hambatan psikologis dalam melakukan sesuatu. Ia pun mengajak para pimpinan sekolah mulai berlatih “mindfulness”, yakni menyadari apapun yang sedang dikerjakan sekarang, bisa dimanifestasikan dalam bentuk kegiatan “journaling”, seperti bercerita, berlatih nafas, melepas ekspektasi, dan memaafkan.