“SCL tidak berarti lebih ringan daripada teaching satu arah”
Pandemi Covid-19 yang sedang melanda negeri ini membuat beberapa aktivitas mau tak mau membutuhkan beberapa penyesuaian agar tetap dapat berjalan dengan maksimal, tak terkecuali dalam bidang pendidikan. Memasuki era new normal, diperlukan adaptasi dan inovasi dalam membentuk program belajar mengajar yang efektif. Salah satunya adalah metode Student-Centered Learning (SCL). Untuk itu Unika Atma Jaya bersama MKS KAJ menyelenggarakan webinar Student Center Learning di Masa New Normal bersama Dosen Program Studi Farmasi FKIK, Elisabeth Rukmini, Ph.D. dengan dihadiri beberapa peserta yang mayoritas sebagai tenaga pendidik diberbagai sekolah dan instansi pendidikan menggunakan media aplikasi tatap muka daring Zoom.
Tips Ragam Metode SCL Melalui Microsoft TEAMS oleh Elisabeth Rukmini, Ph.D
SCL merupakan metode pembelajaran yang menempatkan peran siswa sebagai subjek pembelajaran. Metode ini memungkinkan siswa belajar lebih aktif, mandiri dan menerapkan serta memahami materi belajar sesuai dengan kemampuan individu masing-masing. Melalui platform Mentimeter, selain memaparkan beberapa materi presentasi, Elisabeth mencoba untuk lebih interaktif dengan peserta webinar yang hadir dengan memberikan beberapa pertanyaan seputar penerapan metode SCL melalui sistem daring.
Menurutnya, metode SCL tetap dapat dilaksanakan dengan maksimal jika pengajar setidaknya menerapkan tiga pokok utama yakni berpikir sembagai pembelajar, maksudnya sebagai pengajar dituntut untuk mau terus belajar dan inovatif. Kemudian manfaatkan sumber yang beragam untuk diterapkan dalam proses pembelajaran dan yang terakhir menerapkan meaningful learning ketika menerapkan metode SCL. Melalui platform Mentimeter, Elisabeth memberikan lima pernyataan mengenai kekhawatiran peserta selama menerapkan metode SCL melalui sistem daring. Mayoritas responden menjawab, mereka khawatir jika siswa tidak belajar dengan sungguh-sungguh, kemudian diikuti dengan pernyataan tidak dapat memastikan tujuan belajar tercapai, tidak dapat membuat materi interaktif, belum familiar dengan alat online learning, dan terakhir merasa terlalu tua untuk siswa mereka yang dinilai lebih canggih.
Contoh Rancangan Teamwork via Microsoft TEAMS oleh Elisabeth Rukmini, Ph.D
Kembali soal berpikir sebagai pembelajar, ada dua hal yang ditekankan Elisabeth dalam presentasinya yakni Multiple Intelligence dan Implikasi. “Kita sebagai pengajar perlu berpikir sebagai pembelajar juga, memahami tentang multiple intelligence bahwa setiap orang memiliki intelegensia yang beragam dan konsep implikasi dimana pada setiap pribadi memiliki cara mendapatkan informasi, mencerna, menaggapi beragam implikasi dengan cara yang berbeda-beda pada setiap masing-masing individu,” ujarnya. Selain itu, ia memperkenalkan tiga prinsip desain SCL yakni dasar rancangan, scaffolding/bantuan/jembatan, dan meaningful learning.
Saat masa penerapan physical distancing (pembatasan sosial), Elisabeth menekankan kepada peserta agar selama menerapkan metode SCL secara daring tetap melakukan hal-hal seperti; membaca, menulis, merancang, brainstorming, bersosialisasi, berjejaring, bertemu dengan media lain, berkelompok, menghasilkan produk, mencapai target, meingkatkan hasil, mencapai tujuan. Ia juga mencontohkan beragam metode SCL yang dapat diterapkan walau harus melalui sistem daring sekalipun. Misalnya, presentasi online, podcast, teater, drama, choir, online group discussion, online assessment, product visual, dan sebagainya. (SG)
Contoh Penerapan Flipped Classroom oleh Elisabeth Rukmini, Ph.D
Contoh Penerapan Assigment Kelas Lanjut oleh Elisabeth Rukmini, Ph.D