ASK
ME

REGISTER
NOW

Resiliensi Peserta Didik Pasca Pandemi

1/11/2021 12:00:00 AM

Pandemi Covid-19 yang belum terselesaikan hingga saat ini telah mengubah kebiasaan manusia, khususnya dalam bidang pendidikan. Salah satu dampak yang begitu nyata, murid tidak dapat bersekolah/kuliah seperti sebelumnya untuk mencegah penyebaran Covid-19. Selain itu, murid juga dituntut untuk beradaptasi dengan teknologi atau biasa dikenal dengan Pendidikan Jarak Jauh (PJJ).

 

Seperti yang di lansir KPAI, pembelajaran jarak jauh (PJJ) selama penutupan sekolah telah menyebabkan kegagalan proses pembelajaran. Antara lain disebabkan keterþatasan alat/gawai, jaringan internet dan aplikasi/media pembelajaran, kesiapan guru dan murid, interaksi guru-murid yang tak memadai terkait dengan materi belajar, serta ragam penugasan yang tidak menimbang kondisi murid.

 

Beberapa masalah tersebut memunculkan banyak kekhawatiran terkait dengan masa depan pengelolaan dan pelayanan pendidikan. Menjawab permasalahan tersebut, Unika Atma Jaya Bersama Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) menyelenggarakan seminar online bertajuk “Resiliensi Dunia Pendidikan” bersama Prof. drh. Aris Junaidi, Ph.D. selaku Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemdikbud dan Penny Handayani, M.Psi., Psikolog selaku Dosen Psikologi Unika Atma Jaya, Senin (4/1/21).

 

Dalam sambutan pembuka acara, Rektor Unika Atma Jaya Dr. Agustinus Prasetyantoko mengatakan, pada masa Covid-19 ini, kita dihadapkan oleh dua pilihan yaitu menunggu situasi kembali normal atau melakukan perubahan-perubahan. Ia juga mengatakan pada sektor pendidikan, khususnya Unika Atma Jaya telah melakukan perubahan-perubahan yang terjadi dalam beberapa aspek, seperti metode pembelajaran yang dilakukan secara blended learning dan perbaikan kurikulum sesuai dengan situasi saat ini.

 

“Sekarang ini, kita memiliki dua pilihan, yang pertama adalah kita menunggu situasi kembali normal dan yang kedua itu yaitu perubahan-perubahan apa yang sebaiknya kita lakukan. Unika Atma Jaya sendiri telah melakukan metode blended learning dan melakukan perubahan yang sangat penting dalam hal kurikulum sesuai dengan situasi yang berubah ini. Salah satu programnya yaitu Early Learning Program yang memberikan kesempatan siswa-siswa SMA/SMK belajar seputar dunia perkuliahan di berbagai program studi sesuai minat mereka,” kata Rektor Unika Atma Jaya.

 

Rektor Unika Atma Jaya, Dr. A. Prasetyantoko.

 

Dr. A. Prasetyantoko juga mengatakan “Dalam situasi yang serba tidak pasti ini, kita sendirilah yang harus memastikan dan kepastian itu berupa beberapa perubahan yang memang secara nyata harus dilakukan. Inovasi-inovasi itu kita lakukan di lingkungan kita masing-masing tentu saja dengan konteks yang berbeda-beda tetapi semangatnya tetap sama yaitu bagaimana kita menyesuaikan dengan kebutuhan peserta didik.”

 

Senada dengan Rektor Unika Atma Jaya, Prof. drh. Aris Junaidi, Ph.D mengatakan bahwa Kemdikbud masih mendorong institusi untuk melakukan blended learning serta  mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran siswa. Hal ini dilakukan untuk memprioritaskan kesehatan dan keselamatan peserta didik. Ia juga mengatakan bahwa kebijakan ini akan terus ditingkatkan sesuai dengan perkembangan yang terjadi. Institusi pendidikan didorong untuk menyusun dan menetapkan standar operasional prosedur protokol kesehatan pada lingkungan sekolah atau kampus.

 

Ia mengatakan tantangan tentu ada ketika pembelajaran dilakukan tidak selalu tatap muka. Namun, Kemdikbud akan terus meningkatkan penyediaan program atau bantuan ]sesuai kebutuhan peserta didik.

 

Prof. Aris juga menjelaskan kebijakan tersebut ada beberapa tahapan dalam kebijakan tersebut. “Pertama adalah institusi pendidikan harus melakukan persiapan dalam menerapakan pembelajaran daring atau luring dengan mendapatkan rekomendasi atau berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten atau kota setempat. Yang kedua bahwa perguruan tinggi ini hanya diperbolehkan menyelenggarakan kegiatan pembelajaran secara campuran (blended learning). Dan yang terakhir melakukan evaluasi terhadap pelaksaan tersebut.”

 

Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemdikbud, Prof. drh. Aris Junaidi, Ph.D.

 

Menganggapi kondisi seperti ini, Dr. Penny Handayani, M.Psi., Psikolog selaku Dosen Psikologi Unika Atma Jaya menjelaskan bahwa dampak Covid-19 ini sangat berpengaruh terhadap psikologis peserta didik. Beberapa diantaranya adalah transisi cara pembelajaran yang berbeda dengan cara pembelajaran di rumah dengan di sekolah, perasaan takut akan kegagalan akademis, prokrastinasi (menunda-nunda) dalam pengerjaan tugas, kesulitan dalam penyesuaian diri secara sosial, kesulitan menyeimbangkan kesehatan dan kehidupan sosial dengan aktivitas belajar, dan kurangnya memahami diri sendiri.

 

Oleh karena itu, Dr. Penny menjelaskan ada tiga strategi dalam membantu siswa membangun keberhasilan akademik. “Dalam meningkatkan perkembangan mental dan mengurangi tekanan psikologis peserta didik di masa pendemi ini, ada tig acara yaitu kenali diri, tentukan target dan kelola diri,” kata Dr. Penny.

 

Dosen Psikologi Unika Atma Jaya, Penny Handayani, M.Psi., Psikolog.

 

Pertama, kenali diri. Hal in bertujuan untuk menemukan kekuatan, kelemahan, sumber motivasi dan hal yang menghambat dalam diri peserta didik. “Peserta didik harus mengetahui kondisi fisik yang kuat/lemah, pelajaran yang dirasa mudah/sulit, keterampilan yang dikuasai/belum dikuasai dan gaya belajar yang sesuai/tidak sesuai. Selain itu, dukungan orang terdekat dan tidak menunda sesuatu juga menjadi faktor penting bagi peserta didik,” jelas Dr. Penny.

 

Kedua, tentukan target yang ingin dicapai. “Menentukan target dapat memberikan arah apa yang harus dilakukan, modal apa yang harus dimiliki, mana yang harus diprioritaskan. Selain itu, hal ini dapat memacu semangat dan motivasi untuk terus berusaha serta mendorong perkembangan diri menjadi lebih baik,” jelasnya.

 

Ketiga yaitu kelola diri. Ini merupakan salah satu faktor penting untuk mengontrol pikiran, emosi kesehatan, dan waktu. “Pengelolaan diri ini meliputi apa yang dipikirkan seperti hal positif/negativf, pengendalian emosi, pola kesehatan, dan manajemen waktu,” ujarnya.

 

Perubahan kebiasaan yang terjadi di masa Covid-19 ini tentu sangat berdampak ke segala aspek, baik adaptasi teknologi, tantangan pembelajaran, hingga psikologis peserta didik. Oleh karena ini perlu adanya resiliensi agar peserta didik bertahan, bangkit, dan menyesuaikan diri dengan kondisi yang sulit dan penuh tekanan dalam bidang akademik. (CTF)