Dr. dr. Yuda Taruna Sp.S, memaparkan mengenai Lansia dan Demensia : Faktor Risiko dan Perawatan dalam `the Atma Jaya’s Outlook for Development 2022’
Institute of Public Policy, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, 20/12, meluncurkan `the Atma Jaya’s Outlook for Development 2022’. Outlook ini mengambil tema `Kesejahteraan Warga Lanjut Usia: Tantangan Kebijakan Kini dan Nanti’ dalam empat dimensi, yakni kesehatan, teknologi, psikososial, dan hukum. Outlook ini juga ditulis oleh 5 penulis yaitu Dr. dr. Soegianto Ali, M.Med.Sc, Dr. dr. Yuda Taruna Sp.S, Dra. Eunike Sri Tyas Suci, Ph. D., Psikolog, Nova Eka Budiyanta S.Pd., M.Pd., M.T., dan Putri Purbasari R.M., S.H., M.H. (20/12)
Jakarta, 22 Desember 2021 – Saat ini Indonesia telah memasuki negara aging society atau berpenduduk tua. Berdasarkan fakta ini tentu membuat lansia di Indonesia juga menghadapi sejumlah tantangan dalam menjalankan kehidupannya. Diperlukan perhatian khusus dari berbagai pihak untuk bisa mewujudkan kesejahteraan warga lanjut usia.
Melihat realita ini, Unika Atma Jaya sebagai institusi pendidikan memberikan perhatian khusus kepada warga lansia dengan kontribusi nyata yang diharapkan dapat mengembangkan kesejahteraan masyarakat. Tercatat di tahun 2021, Unika Atma Jaya telah memberikan 4500 vaksinasi Covid-19 kepada lansia. Di penghujung tahun ini, Institute of Public Policy,Unika Atma Jaya meluncurkan `the Atma Jaya’s Outlook for Development 2022’yang mengambil topik utama mengenai kesejahteraan lansia.
Webinar pembukaan Outlook dibuka oleh Wakil Rektor Bidang Penelitian dan KerjasamaUnika Atma Jaya, Yohanes Eko Adi Prasetyanto, S.Si. Ia menyebut Outlook ini menjadi kiprah dan kepedulian Unika Atma Jaya atas isu-isu yang berkembang di tengah masyarakat.
“Outlook ini diharapkan dapat menjadi sumber gagasan dan pemikiran bagi kebijakan mengenai warga lanjut usia,” terang Yohanes Eko.
Outlook Atma Jaya merekam isu kesehatan kontemporer tentang lansia. Meski lansia diprioritaskan dalam program vaksinasi untuk mengatasi pandemi COVID-19, capaiannya masih di bawah yang diharapkan, bahkan tertinggal dari capaian di kelompok umur 12-17. Hingga 18 Desember 2021 vaksinasi pertama bagi lansia baru menjangkau 60 persen populasi lansia, sedangkan vaksinasi kedua 39 persen.
“Pemerintah perlu lebih aktif lagi. Bukan menunggu datang ke pusat layanan, tapi mengunjungi lansia ke tempat tinggalnya. Program vaksinasi lansia dengan kunjungan langsung ke rumah perlu ditingkatkan agar vaksin dapat menjangkau sasarannya,” ungkap Dr. dr. Soegianto Ali, M.Med.Sc, Kepala Program Studi Magister Biomedik.
Selain vaksinasi, menurut Dr. dr. Yuda Turana, Sp. S hal penting yang perlu disadari banyak pihak adalah fenomena dimensia alzheimer di kalangan lansia. “Dimensia alzheimer pada lansia tidak hanya merupakan isu kesehatan, tetapi juga sosial dan ekonomi,” terang dr. Yuda.
Kegiatan ini menunjukkan estimasi kasus demensia di Indonesia beberapa tahun lalu sekitar 1,2 juta pasien dan diperkirakan akan melonjak menjadi lebih dari tiga kali lipat pada tahun 2050.
Meskipun data nasional belum ada, data penelitian di Jogjakarta menunjukkan sekitar 20 persen lansia yang disurvei mengalami gangguan kognitif yang sudah mengganggu aktivitas hariannya. Selain itu, tercatat juga bahwa lebih dari 30 persen kasus demensia alzheimer disebabkan oleh faktor risiko gaya hidup, padahal gaya hidup ini dapat dimodifikasi. Riset Kesehatan Dasar terakhir yang dilakukan sebelum pandemi COVID-19 justru menunjukkan peningkatan berbagai faktor risiko demensia, seperti hipertensi, diabetes melitus, obesitas, merokok, dan kondisi inaktivitas.
Dalam hal teknologi bagi lansia, Outlook ini membawa kabar baik. Selain teknologi di bidang kesehatan terus membaik dalam hal deteksi dan pelaporan hasil, teknologi pemantau aktivitas lansia terus mengalami perbaikan. Saat ini telah berkembang teknologi Light Detection and Ranging (LiDAR). “Dengan sensor LiDAR ini aktivitas lansia dapat dipantau tanpa menampilkan 100 persen citra tubuhnya,” terang Nova Eka Budiyanta, S.Pd., M.Pd., M.T., dosen Fakultas Teknik Unika Atma Jaya.
Kegiatan ini juga membahas dimensi psikososial lansia. Dipaparkan dalam Outlook bahwa hingga saat ini lansia masih mendapat stigma negatif. Menjadi tua sering dikonotasikan sebagai lemah, sakit, dan mendekati liang kubur. Kata ‘jompo’ kerap digunakan oleh masyarakat untuk menegaskan konotasi negatif itu. Bahkan, ‘panti jompo’ juga dipandang sebagai `tempat pembuangan’. Padahal, ‘panti jompo’ sendiri amat potensial berperan sebagai tempat interaksi dan komunikasi di antara warga lansia yang sebaya. Selain itu, tempat dan fasilitas publik saat ini juga belum ramah lansia. Pada saat yang sama, ageism tak jarang disematkan pada lansia.
Ageism adalah diskriminasi negatif pada warga lansia. “Ageism sering ditemui di dunia kerja. Hanya karena seseorang berumur di atas 60 tahun, misalnya, ia tidak lagi diperbolehkan untuk bekerja. Padahal, yang diperlukan adalah apakah lansia mampu mengerjakan pekerjaan itu secara aman dan tanpa paksaan,” demikian dinyatakan oleh Dra. Eunike Sri Tyas Suci, Ph.D., Psikolog.
Secara khusus kegiatan ini menggagas tawaran ‘pengampuan parsial’ dari dimensi hukum. Berbeda dengan pengampuan maksimal yang membatasi gerak-gerak lansia--bahkan mencabut hak lansia--sebagai subyek hukum. Outlook ini menawarkan model pengaturan yang tetap menghargai lansia sebagai subyek hukum. Putri Purbasari R.M., S.H., M.H, dosen Fakultas Hukum Unika Atma Jaya menambahkan, Outlook ini jadi suatu model perlindungan hukum bagi warga lansia yang terukur. “Warga lansia sebagai penerima pengampuan diberi ruang kebebasan untuk memutuskan sendiri apa yang menjadi kehendaknya,” lanjutnya.
`the Atma Jaya’s Outlook for Development 2022’ dilakukan secara daring melalui Zoom
Outlook, menjadi bentuk kontribusi Unika Atma Jaya untuk masyarakat khususnya lansia. Kehadiran Outlook ini juga menjadi sebuah inovasi baru yang dapat digunakan sebagai acuan dalam membuat sebuah kebijakan mengenai lansia. Hal ini tentu menjadi perhatian kita bersama untuk peduli terhadap lingkungan sekitar termasuk mereka yang sudah memasuki masa lanjut usia. (FVA)