ASK
ME

REGISTER
NOW

Peran Gereja Katolik Indonesia Dalam Menangani Migran Pencari Suaka

12/12/2022 00:00:00

Secara umum, pengungsi adalah seseorang atau sekelompok orang karena alasan tertentu terpaksa meninggalkan daerah asal mereka menuju wilayah lain baik di negaranya sendiri, maupun ke negara lain. Fenomena pengungsi merupakan suatu persoalan yang akan selalu ada dalam perkembangan peradaban manusia, karena persoalan pengungsi berlatar belakang naluriah manusia untuk mencari kehidupan yang lebih baik, baik dari aspek ekonomi, politik, keamanan dan sebagainya .

 

Berdasarkan data UNHCR di Indonesia, jumlah pencari suaka yang mendaftarkan diri di UNHCR pada tahun 2008 ada 385 orang, meningkat di tahun 2009 menjadi 3.230 orang, lalu tahun 2010 menjadi 3.905 orang. Fenomena peningkatan jumlah pencari suaka terus berlanjut di tahun 2011 yaitu sebanyak 4.052 orang, tahun 2012 ada 7.223 orang, dan di tahun 2013 berjumlah 8.332 orang. Sampai dengan akhir Desember 2017, sebanyak 13.840 pengungsi terdaftar di UNHCR secara kumulatif dan datang dari Afghanistan 55%), Somalia 11%, dan Iraq 6%. Permasalahan pengungsi dan pencari suaka di Indonesia merupakan permasalahan yang pelik. Indonesia belum meratifikasi Konvensi Jeenewa 1951 dan Protokol 1967, sehingga Indonesia tidak mempunyai kewajiban dalam menangani permasalahan pengungsi. Selain itu Indonesia juga tidak bisa menjamin hak dan kehidupan para pengungsi. Penanganan masalah pengungsi di Indonesia menjadi tanggung jawab penuh UNHCR sedangkan untuk pencari suaka menjadi tanggung jawab IOM.

 

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan rekomendasi pastoral bagi Gereja Katolik Indonesia dalam menjawab permasalahan pengungsi (refugee) dan pencari suaka (asylum seeker). Sedangkan untuk tujuan khusus dari penelitian ini antara lain: 1) memperoleh gambaran mengenai karakteristik para pengungsi dan pencari suaka; 2) memperoleh gambaran tentang kendala / permasalahan yang dihadapi para pengungsi dan pencari suaka; 3) memperoleh gambaran mengenai kemampuan para pengungsi dan pencari suaka dalam menyelesaikan permasalahannya atau bertahan hidup dan kontribusinya kepada sesama pencari suaka maupun masyarakat sekitar; 4) memperoleh gambaran tentang peran Gereja Katolik sebagai pewarta kabar sukacita dan pengharapan bagi sesama yang menderita khususnya para pengungsi dan pencari suaka.

 

Pengumpulan data dilakukan dengan cara FGD (Focus Group Discussion) dan KII (key informant interview). FGD dilakukan terhadap para pengungsi dampingan JRS di Cisarua, Bogor. Sedangkan untuk KII dilakukan kepada para perwakilan masing-masing lembagan sosial Gereja Katolik yang mempunyai keprihatinan dan pelayanan untuk para pengungsi (refugee) dan pencari suaka antara lain JRS (Jesuit Refugees Service), LDD (Lembaga Daya Dharma) KAJ, dan PPM (Pusat Pengabdian Masyarkat) UNIKA Atma Jaya.

 

Temuan kunci dalam penelitian ini adalah kehadiran lembaga sosial kemanusiaan Gereja Katolik Indonesia memberikan sebuah harapan bagi para pengungsi dan pencari suaka. Peran Gereja dalam menangani permasalahan pengungsi dan pencari suaka di Indonesia tidak bisa menggantikan peran pemerintah, karena secara yuridis dan prosedur birokrasi pemerintahlah yang memiliki wewenang dalam hubungan internasional. Dalam hal ini peran Gereja lebih terarah pada pastoral kemanusiaan. Kehadiran lembaga-lembaga tersebut sebagai simbol gerakan moral dan gerakan iman dalam berpartisipasi secara karitatif dan melakukan pemberdayaan serta advokasi untuk menyuarakan hak-hak para pengungsi dan pencari suaka kepada UNHCR. Dalam pelayanannya kepada para pengungsi dan pencari suaka, tantangan terbesar yang dihadapi adalah persoalan isu kristenisasi. Persoalan isu kristenisasi itu justru datang dari tanggapan masyarakat Indonesia, dan bukan dari para pengungsi dan pencari suaka. Para pengungsi dan pencari suaka menerima dengan baik segala bentuk pelayanan dan bantuan yang diberikan oleh lembaga-lembaga itu. Segala bentuk tantangan yang dihadapi semakin memperteguh iman dan karya pelayanan Gereja. Keberadaan pengungsi dan pencari suaka sebagai gambaran kehadiran Kristus yang menderita merupakan peluang bagi Gereja dalam melayani Kristus.