ASK
ME

REGISTER
NOW

Art Therapy: Menemukan Diri di Balik Kanvas

5/1/2024 12:00:00 AM

Unit Kegiatan Mahasiswa WELCOME (We Love Counseling and Mental Health), dari Fakultas Psikologi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, mengadakan seminar dan workshop dengan tema art therapy (terapi seni) pada tanggal 20 April 2024 di Kampus Semanggi Unika Atma Jaya. Acara ini diramaikan oleh mahasiswa dari seluruh fakultas dan masyarakat umum.


Acara dimulai pukul 10.30 WIB, di Hall C, dengan sebuah galeri yang menampilkan karya-karya seni oleh mahasiswa. Salah satu karya yang dipamerkan adalah Relationship between Feathers and Life Cycle oleh Elizabeth Hezvin Aracella Saragih yang menceritakan tentang indahnya kehidupan berbagai individu. Ada banyak karya lain yang ditampilkan dengan cerita mereka masing-masing, misalnya ada yang menggambarkan sebuah mangkuk lontong sayur padang. Setelah melewati seni yang dipajang, ada perpindahan lokasi ke Sport Hall, di mana kegiatan seminar dan workshop yang akan dilaksanakan.


Tak lama setelah pembukaan galeri, seminar acara yang berjudul “Palette of Possibilities: A Palette of Our Self” dimulai dengan sambutan oleh Stephanie dan Eifel selaku kedua MC dengan jargon “Healing in a fun way” dan diteruskan oleh Penny Handayani, M.Psi., Psikolog selaku dosen pembimbing WELCOME, Michelle Christy Handoyo selaku ketua WELCOME, dan Tabiya Hanania selaku ketua acara. MC kemudian lanjut memperkenalkan narasumber Anette Isabella Ginting, M.Psi., Psikolog, atau yang sering dipanggil "Kak Anet". Kak Anet ialah seorang konselor sekaligus pemilik akun Instagram “psychologist.for.everyone” yang digunakan untuk mempromosikan art therapy kepada netizen Indonesia.


Kak Anet mengawali sesi dengan menekankan pentingnya mengekspresikan emosi bagi kesejahteraan manusia. Kak Anet menganalogikan emosi dengan memori pada handphone; semakin banyak emosi yang dipendam, maka semakin lambat individu mengambil keputusan. Kak Anet lalu menyarankan beberapa cara untuk mengekspresikan emosi dengan sehat, salah satunya melalui art therapy atau membuat karya seni.


Kak Anet menjelaskan bahwa walaupun art therapy paling dikenal dengan cara menggambar atau melukis, nyatanya art therapy melibatkan segala bentuk seni, termasuk menulis, memahat, dan menari. Terlebih, art therapy tidak memerlukan kemampuan berseni, melainkan keberanian untuk mengekspresikan diri. Proses art therapy mencakup tiga tahap, yaitu menyadari, mengekspresikan, dan memaknai. Individu perlu sadar akan emosi yang dirasakannya terlebih dahulu, sebelum dapat mengekspresikannya melalui seni. Setelah menciptakan seni, tahap selanjutnya adalah untuk memberikan makna terhadap seni tersebut. Kak Anet juga menekankan bahwa selain melakukan art therapy, penting bagi individu untuk mengetahui kapan meminta bantuan dari orang lain.


Setelah memberikan materi di seminar, Kak Anet memandu peserta untuk mempraktekkan art therapy dalam sesi workshop, yakni Self Discovery Through Art, dengan menggunakan alat-alat seperti kanvas, palet, kuas, dan cat air. Peserta diarahkan untuk merenungkan apa yang sedang mereka rasakan pada saat itu dan melukiskan perasaan tersebut di kanvas. Banyak peserta terlihat menikmati kegiatan melukis dan menghasilkan karya dengan berbagai rupa dan warna. Setelah selesai melukis, Kak Anet memberikan peserta kata-kata afirmasi untuk menghadapi emosi dalam lukisan. Kak Anet juga  mendorong mereka untuk memberi dukungan terhadap satu sama lain. Menjelang akhir acara, peserta dipersilakan untuk membagikan hasil lukisan mereka ke depan panggung sebelum acara ditutup dengan sesi doa dan penyerahan goodie bag. Secara menyeluruh, acara art therapy WELCOME telah memberikan kesan emosional yang kuat bagi semua peserta yang hadir.












Oleh: 


Penulis:

Andika Fadhila Surataruna (2021)

Thomas Wijaya (2023)


Editor:

Ariellah Sharon Mohede (2021)

Laurentius Purbo Christianto