Jakarta, 11 Januari 2024 – Semakin baik
Pendidikan Vokasi dan Pelatihan (Vocational Education and Training/VET)
di suatu negara, maka akan semakin baik pula tingkat perekonomian masyarakatnya
karena edukasi VET selaras dengan kebutuhan para pemberi kerja dalam hal
pengembangan keterampilan generasi muda.
Sayangnya, masih banyak isu yang
muncul mengenai pendidikan vokasi maupun vokasi di Tanah Air yang mengesampingkan
pendidikan tersebut menjadi sebuah pilihan bagi lulusan SMP dan SMA, jika
dibandingkan dengan pendidikan akademik di universitas.
Hal inilah yang mendorong Dekan
Fakultas Psikologi Universitas Katolik Indonesia (Unika) Atma Jaya, Dr. phil.
Juliana Murniati, M.Si., bersama dengan ketiga rekan almamaternya pada saat mengambil
doktoral di luar negeri, untuk menyelenggarakan workshop dan konferensi internasional
dengan judul Fostering Innovation and Sustainability in Vocational Education
and Training (VET) – Swiss-Indonesian Perspectives.
Kegiatan workshop dilaksanakan pada hari Selasa (09/01) dan dilanjutkan dengan kegiatan konferensi dua hari setelahnya, yakni pada Kamis (11/01), kedua kegiatan dihadiri oleh puluhan peserta yang berasal dari berbagai institusi di Indonesia, seperti para pemilik usaha/industri, perwakilan dari pendidikan vokasi, serta education expert untuk pendidikan vokasi.
Turut hadir Rektor Unika Atma Jaya, Prof. Dr. dr. Yuda Turana, Sp.S(K), serta Duta Besar Swiss untuk Indonesia, Olivier Zehnder, kedua orang penting tersebut menyatakan dukungan dan selamat atas terselenggaranya acara yang menjadi kolaborasi internasional antara dua negara, yakni Indonesia dan Swiss.
“Diselenggarakannya kegiatan ini
menandai adanya perluasan kolaborasi lain dalam hubungan kemitraan antara Swiss
dan Indonesia, hal ini juga untuk menyatukan visi dalam memperkuat sistem VET
di Indonesia,” ujar Prof. Dr. Dr. Yuda Turana, selaku Rektor Unika Atma Jaya.
Prof. Yuda juga menyampaikan harapannya agar melalui kolaborasi internasional ini dapat menjadi komitmen bagi kedua negara, khususnya Indonesia, untuk meningkatkan kesetaraan, kualitas, dan relevansi pendidikan vokasi dalam skala global, dan menjadikan pendidikan vokasi semakin dipandang sebagai komponen penting dalam sistem pendidikan yang memainkan peran penting dalam meningkatkan keterampilan negara untuk meningkatkan kemampuan kerja.
Selain itu menurut Olivier Zehnder,
Duta Besar Swiss untuk Indonesia juga mengatakan bahwa, pihak-pihak seperti
sekolah, sektor swasta, serta adanya dukungan dari pemerintah sangat diperlukan
agar dapat bekerja sama dalam upaya meningkatkan sistem VET tersebut.
“Kerja sama itu memungkinkan VET di Swiss dalam memenuhi kebutuhan dunia profesional dan mempersiapkan orang-orang untuk mendapatkan pekerjaan. Sekarang, dengan senang hati akan kami bagikan hal ini juga ke Indonesia. Apa yang kami terapkan di sini bukan sekedar berbagi apa yang kami ketahui, tetapi juga turut mengajak untuk menggabungkan kekuatan demi mengembangkan sistem VET yang lebih efektif dan bermanfaat bagi segala pihak“, ujarnya.
Workshop dan konferensi tersebut merupakan
kerja sama antara Unika Atma Jaya, Insight Web Academy (IWDemy) selaku pelaku
industri, serta Eastern Switzerland University of Applied Sciences (OST) dan seluruh
kegiatannya didanai oleh pemerintah
Swiss tersebut.
Kolaborasi antara Fakultas Psikologi
Unika Atma Jaya dengan OST melalui Prof. Dr. Stefan Kammhuber telah berlangsung
selama 25 tahun dan telah beberapa kali menjalankan kegiatan ilmiah bersama,
yang pada kegiatan kali ini turut menggandeng Ben Hueter dari IDM, Vocational Education Center, Thun, and member of
the Swiss Conference of VET Directors.
Berangkat dari stereotip terhadap siswa
pendidikan vokasi dengan label “kurang briliant, keluarga tidak mampu, tidak
termotivasi sekolah’, Dr. phil. Juliana Murniati, M.Si. hendak mengajak masyarakat
mengubah penilaiannya. Ini penting mengingat kebutuhan yang tinggi dari
masyarakat Indonesia akan tenaga terampil dan siap kerja. Lebih dari itu, “untuk
bisa mengadopsi keberhasilan pendidikan vokasi Swiss ke Indonesia, perlu
adaptasi budaya, dalam artian sistem pendidikan dan pola pikir masyarakatnya ke dalam konteks Indonesia”, ujar Murni.