Secara
umum tujuan dari
penelitian ini adalah mendapatkan gambaran peran orang muda Katolik di
Keuskupan Tanjungkarang dalam merawat toleransi dan kebinekaan. Secara khusus
penelitian ini bertujuan untuk:
1)
Menggambarkan pengetahuan, sikap,
dan bentuk-bentuk peran orang muda Katolik di Keuskupan Tanjungkarang dalam
mengimplementasikan Ensiklik Fratelli Tutti yang dikategorikan dalam empat
dimensi.
2)
Menggambarkan peran Gereja dalam
mempromosikan toleransi dan membangun persaudaraan.
Hasil dari penelitian ini bahwa Keuskupan
Tanjungkarang mempromosikan toleransi kepada umat di wilayahnya, misalnya
mewartakan ajaran sosial Gereja dan homili saat sakramen ekaristi. Pengalaman
dan wawasan pastor terkait toleransi memegang peran penting terhadap pesan yang
disampaikan kepada umat. OMK berharap pastor dapat menyampaikan homili atau
khotbah secara lebih interaktif, mau turun dari altar dan menyapa sehingga umat
bisa lebih fokus atau tertarik untuk mendengarkan. Bacaan Injil yang menjadi
acuan homili juga sebaiknya diinterpretasi sesuai dengan situasi kehidupan
sehari-hari.
Gereja di wilayah Keuskupan
Tanjungkarang juga secara nyata melaksanakan kegiatan yang mengutamakan prinsip
kemanusian di atas perbedaan. Beberapa contoh kegiatan yang pernah dilakukan
adalah vaksinasi gratis bekerja sama dengan kepolisian setempat, donor darah,
dan aksi sosial pada momen hari raya. Dialog antarumat beragama juga dilakukan
untuk membangun persepsi, visi, dan misi bersama.
Gereja menyadari adanya berbagai
pandangan dan asumsi dari umat terhadap kelompok tertentu. Gereja berusaha
merangkul umat untuk tidak mudah terprovokasi dan berprasangka buruk. Contoh
cara yang dilakukan adalah memberikan informasi yang tepat dari sumber yang
kredibel. Begitu pula jika ada kesalahpahaman atau penolakan dari lingkungan
sekitar, strategi yang dilakukan oleh Gereja adalah mencari orang yang bisa
menjembatani sehingga kepentingan Gereja bisa terlaksana tanpa mengorbankan
hubungan yang baik dengan masyarakat.
Hal penting yang perlu diperhatikan
oleh orang muda Katolik adalah keseimbangan antara hubungan vertikal dan
horizontal. Semakin dalam pengalaman imannya, maka mereka akan mampu memberikan
makna dalam perjumpaan dengan orang lain. Gereja mengarahkan orang muda untuk
memiliki cara hidup yang bisa menjadi kesaksian moderasi beragama, misalnya
saling menghargai dan memberikan ruang.
Sebagai upaya berkelanjutan untuk merawat toleransi, penting bagi Gereja Katolik untuk membangun jejaring dan bersinergi dengan pihak-pihak lain. Gereja tidak bisa bekerja sendiri dalam menciptakan situasi yang kondusif dan perdamaian di tengah masyarakat yang beragam. Gereja juga perlu bersinergi dengan organisasi massa Katolik untuk meningkatkan keaktifan orang muda dalam kegiatan lintas agama dan menciptakan duta toleransi di tengah masyarakat.