ASK
ME

REGISTER
NOW

03/21/2022 00:00:00
Terima Rekor Muri, Dosen FPB Unika Atma Jaya Soroti Kesehatan Mental Masyarakat Selama Pandemi Covid-19

Salah satu dosen Fakultas Pendidikan dan Bahasa Universitas Katolik Indonesia (Unika) Atma Jaya, Dominikus David ‘Raxel’ Biondi Situmorang, S.Pd., M.Pd., M.Si., CT., CPS., CBNLP. menyoroti kesehatan masyarakat selama pandemi dengan teori yang diciptakannya. Melalui pencapaian besar ini menghantarkannya mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) pada tanggal 14 Maret 2022.

 

Jakarta, 21 Maret 2022 – Permasalahan kesehatan mental telah menjadi masalah kesehatan yang belum terselesaikan di tengah-tengah masyarakat, terlebih di masa pandemi COVID-19, permasalahan kesehatan jiwa akan semakin berat untuk diselesaikan. Dampak dari pandemi COVID-19 ini tidak hanya terhadap kesehatan fisik saja, namun juga berdampak terhadap kesehatan jiwa dari jutaan orang, baik yang terpapar langsung oleh virus maupun pada orang yang tidak terpapar.

 

Dikutip dari laman Kemkes, Plt. Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes dr. Maxi Rein Rondonuwu mengatakan saat ini masyarakat masih berjuang mengendalikan penyebaran virus COVID-19, tapi di sisi lain telah menyebar perasaan kecemasan, ketakutan, tekanan mental akibat dari isolasi, pembatasan jarak fisik dan hubungan sosial, serta ketidak pastian.

 

Kondisi ini mendorong salah satu dosen Fakultas Pendidikan dan Bahasa Universitas Katolik Indonesia (Unika) Atma Jaya, Dominikus David ‘Raxel’ Biondi Situmorang, S.Pd., M.Pd., M.Si., CT., CPS., CBNLP. dalam menyoroti kesehatan masyarakat selama pandemi dengan teori yang diciptakannya sendiri. Melalui pencapaian besar ini yang menghantarkannya mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) pada tanggal 14 Maret 2022.  

 

Teori ini adalah “Rapid Tele-Psychoherapy” yang dapat dianalogikan dengan Analogi Rapid Test yang digunakan untuk mengetahui kondisi kesehatan kita, apakah kita positif terpapar COVID-19 atau tidak. Pada sisi dunia konseling, psychotherapy dapat dikatakan sebagai alat konseling untuk mengetahui kondisi kesehatan kita.”

 

Melalui penelitiannya tersebut, ia berhasil menjadi orang pertama dan satu-satunya yang berasal dari Indonesia sebagai pemilik artikel yang berhasil tembus dan terpublikasi ke Jurnal Internasional Bereputasi terindex Scopus Q1 milik Cambridge University Press, yaitu Palliative and Supportive Care dengan “Rapid Tele-Psychoherapy”Pencapaian ini dapat dikatakan sebagai pencapaian yang sangat membanggakan karena teori psychotherapy ini umumnya dikerjakan atau disusun oleh seorang doktor atau bahkan yang sudah bergelar profesor.

 

Tidak dapat dipungkiri, menurut salah satu situs dokter spesialis jiwa memapar pembaca dengan beberapa pertanyaan tentang kesehatan jiwa. masyarakat yang mengalami masalah kesehatan mental ini sebagian besar berumur kurang dari 30 tahun.  Usia ini merupakan masa produktif yang seharusnya masyarakat paling  berkarya pada usia tersebut. Dari total orang yang depresi itu 48 % berpikir untuk bunuh diri atau ingin melukai diri dan orang lain. Sebagian yang bermasalah tersebut juga mengalami trauma psikologis.

 

Didorong hal tersebut, Dominikus David ‘Raxel’ mengembangkan teori miliknya dengan mengkombinasikan antara media jarak jauh yang digunakan dalam mengatasi trauma seseorang, seperti video call, dapat digunakan sebagai alat untuk tele-konseling atau tele-psychotherapy. Trauma yang dimaksud adalah kondisi orang selalu merasa waspada secara terus-menerus, merasa sendirian, merasa ditinggalkan serta merasa terisolasi saat pandemi.

 

Bahkan, kondisi dimana kecemasahan dan ketakutan akibat PHK, penghasilan menurun, ada yang usahanya gulung tikar dan bahkan berakibat sampai ke naiknya angka perceraian di sejumlah wilayah meningkat menjadi perhatian khusus padanya.

 

Uniknya, dosen tetap Program Studi Bimbingan dan Konseling ini menggunakan kolaborasi apik dari bidang seni seperti musik yang digunakan sebagai konseling sebagai salah satu treatment yang diberikan. Pemanfaatan kecintaan seseorang terhadap musik dapat menjadi terapi yang sama dengan replika konseling yang sebenarnya. Metode ini dinamakan music counseling atau music therapy.

 

“Biasanya musik yang digunakan adalah tipe musik yang easy listening untuk menenangkan proses konseling yang dilakukan. Konseling dengan menggunakan musik ini digunakan sembari proses menanyakan beberapa pertanyaan teknik mendasar yang terdiri dari dua jenis, yakni scaling question dan miracle question. Pertanyaan-pertanyaan ini secara tidak sadar akan memicu seseorang untuk memikirkan solusinya dan bertindak, “ jelas Raxel terkait isi teori Psychotherapy yang dibuatnya.

 

Penggunaan teknik musik ini dapat digunakan oleh seseorang dengan mengganti lirik dari lagu yang disukai dengan lirik yang dapat memotivasi dirinya ketika sedang merasa cemas. Raxel juga menjelaskan bahwa lirik motivasi ini dapat digunakan secara berulang secara mandiri. Lirik yang diciptakan juga dapat diubah secara independen, sehingga apabila music therapy ini berhasil, seseorang tidak perlu mencari tenaga-tenaga profesional secara terus-menerus.

 

“Teori yang saya ciptakan akan digunakan untuk mengajak para mahasiswa bimbingan skripsi saya untuk mempraktikkan dan membuktikan teori ini, sehingga teori ini dapat semakin efisien dalam membantu masyarakat Indonesia, “ ungkap Raxel yang juga sebagai Kepala Bidang Kemahasiswaan Fakultas Pendidikan dan Bahasa UNIKA Atma Jaya

 

Kesempatan bagi para mahasiswa UNIKA Atma Jaya untuk mempelajari dan mempraktikkan teori ini diharapkan dapat melanjutkan penelitian Raxel sebagai langkah untuk menguatkan teori psychotherapy yang telah disusun. Selain itu, beliau juga berencana melanjutkan penelitian teori tersebut sebagai langkah untuk memperkuat karya tulis yang telah ada.

 

Menariknya, ia juga menerima penghargaan lainnya dalam dunia internasional, yakni menjadi orang pertama dan satu-satunya orang yang berasal dari Indonesia yang menjadi Advisory Board di Jurnal Internasional terindex Scopus Q1 milik Elsevier, yaitu Heliyon Psychology. Tentu segala perjalanan tidak selalu mudah, ia memulai segalanya secara independen dengan membawa nama  pribadi hingga akhirnya diterima lamarannya di Jurnal Internasional terindex Scopus Q1 milik Elsevier, Heliyon Psychology.

 

 

“Saya bukan orang Eropa dan belum memiliki gelar doktor atau profesor pada saat itu, sehingga jurnal yang diberikan masih beberapa kali ditolak. Umumnya karya tulis yang dihargai adalah hasil karya dari orang yang sudah terkenal atau setidaknya berkolaborasi dengan orang-orang yang sudah terkenal agar dapat dilirik, “ ceritanya terkait perjuangannya untuk mempublikasikan tulisannya.

 

Seperti kata pepatah, setiap usaha pasti akan membuahkan hasil apabila tidak menyerah. Perjuangan untuk mempublikasikan hasil karya tulisnya akhirnya terwujudkan pada tanggal 17 Agustus 2021, bertepatan pada hari kemerdekaan Indonesia. Baginya nilai Atma Jaya “Untuk Tuhan dan Tanah Air” memberi suntikan semangat untuk terus berkarya baik di nasional maupun go-internasional khususnya bagi Fakultas Pendidikan dan Bahasa Unika Atma Jaya.