ASK
ME

REGISTER
NOW

Dosen Atma Jaya Soroti Isu Lingkungan untuk Kampanye Berkualitas Menjelang Debat Cawapres 2024




JAKARTA – Debat Keempat Pemilu 2024 pada Minggu (21/01) mendatang, para kandidat Cawapres akan berdebat dengan tema Energi, Sumber Daya Alam, Sumber Daya Mineral, Pangan, Pajak Karbon, Lingkungan Hidup, Agraria, Masyarakat Adat. Melihat hal tersebut isu lingkungan menjadi pusat perhatian wacana politik dalam debat. Dengan meningkatnya krisis iklim global, kebutuhan akan kebijakan berkelanjutan menjadi semakin mendesak.

Pemimpin negara selanjutnya harus mampu menjawab tantangan tersebut dengan membentuk masa depan lingkungan hidup Indonesia, dengan fokus pada isu-isu utama seperti pemanasan global, pengurangan emisi gas rumah kaca, kendaraan listrik (EV), dan pengelolaan limbah.

Melihat pentingnya bagi publik terhadap isu yang berkembang, secara khusus bagi pemilih pemula, Dosen Fakultas Ilmu Administrasi Bisnis dan Ilmu Komunikasi (FIABIKOM) Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Salvatore Simarmata menyoroti masih kurangnya kampanye negatif berkualitas.

“Debat kali ini mungkin lebih beradab dari penggunaan diksi, dan mobilisasi pendukung di ruang online, namun dari sisi substansi menurun. Tahun 2019, kita masih membahas aspek yang substansial, baik substansi isu ideologis termasuk geopolitik, saat itu orang membicarakan posisi Indonesia dalam konteks Asia,” ungkap Salvatore Simarmata, saat ditemui di kampus III Unika Atma Jaya, BSD, Tanggerang Selatan.

Lebih lanjut Salvatore mengungkapkan kampanye negatif berkualitas adalah yang mengkritik kandidat lawan pada sisi kapasitasnya mulai dari kebijakan, kompetensi, kualitas memimpin, integritas diri, dan keberanian dalam mengambil keputusan untuk memajukan kepentingan publik.

Debat bertujuan mendidik pemilih agar dapat mengambil keputusan politik yang paling baik dalam mencapai perwujudan aspirasi mereka. Memiliki ciri-ciri penting seperti berbasis fakta, orientasi kebijakan, relevan, berguna, dan transparan.

Salah satu aspek penting dari kebijakan lingkungan hidup Indonesia adalah pengurangan emisi gas rumah kaca. Emisi global yang signifikan, sebagian besar disebabkan oleh deforestasi, degradasi lahan gambut, dan ketergantungan pada bahan bakar fosil. Kandidat Capres dan Cawapres pada Pemilu 2024 diharapkan menyajikan rencana komprehensif untuk melakukan transisi ke sumber energi yang lebih ramah lingkungan, mendorong praktik kehutanan berkelanjutan, dan membatasi emisi dari industri.

“Pendekatan capres dan cawapres masih terlalu pragmatis, karena melihat demografi pemilih secara tingkat pendidikan masih rendah,” ungkap Marhaeni Ria Siombo, Dosen Fakultas Hukum (FH) Unika Atma Jaya.

Marhaeni juga menjelaskan bahwa, pemahaman terhadap isu lingkungan harus terlihat sebagai calon pemimpin negara. Misalnya pemahaman dan komitmennya terhadap kebijakan transportasi listrik, dan bagaimana pandangannya terhadap 'carbon market' sebagai salah satu negara yang diperhitungkan dalam pengurangan emisi gas rumah kaca dikancah global.

Disisi lain, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan sampah, dengan polusi plastik yang menjadi perhatian utama. Pemilu 2024 memberikan kesempatan bagi para kandidat untuk mengusulkan solusi inovatif untuk pengurangan sampah dan praktik pengelolaan sampah berkelanjutan. Inisiatif seperti program daur ulang masyarakat, kampanye pengurangan sampah plastik, dan kebijakan yang mendorong dunia usaha untuk mengadopsi kemasan ramah lingkungan dapat memainkan peran penting dalam mengatasi masalah ini.

“Pengelolaan limbah masih dilihat sebelah mata, ini juga seharusnya menjadi isu yang diangkat oleh para kandidat pasangan Capres dan Cawapres pada debat nanti,” tambah Marhaeni.

Mengingat isu lingkungan hidup yang bersifat global, pemilu tahun 2024 juga memicu diskusi mengenai peran Indonesia dalam upaya internasional untuk memerangi perubahan iklim. Kandidat diharapkan untuk mengartikulasikan komitmen mereka terhadap tujuan iklim global, terlibat dalam kemitraan internasional untuk konservasi lingkungan, dan berpartisipasi dalam forum yang mengatasi tantangan lingkungan lintas batas.

Pemilu tahun 2024 harus menyajikan diskursus yang sehat untuk publik, pada debat keempat kali ini harus mampu meningkatkan kesadaran lingkungan dan pemahaman publik terkait kebijakan berkelanjutan. Peran aktif Indonesia dalam komitmen pengendalian perubahan iklim dimasa mendatang harus menjadi pokok debat keempat.

“Membudayakan retrospective voting dalam pemilu kita menjadi sangat penting. Selain mengedukasi publik dengan argumen kebijakan, masyarakat juga perlu diajak melihat visi misi para kandidat secara jelas, agar tidak terpolarisasi setiap kali pemilu berlangsung,” ucap Salvatore.

Para pemilih di Indonesia mengharapkan calon pemimpin bangsa dapat mengambil langkah berani menuju masa depan yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. Tidak hanya melakukan kampanye yang saling serang sehingga mengurangi substansi yang seharusnya disimak oleh publik.

Pentingnya pembangunan dan pengelolaan lingkungan hidup, menjadikan salah satu faktor utama dalam proses memilih calon pemimpin Indonesia yang tentunya akan berdampak jangka panjang terhadap kontribusi Indonesia untuk bersama memperjuangkan issue global melawan perubahan iklim.