Dosen S1 Bioteknologi Unika Atma Jaya Turut Mengembangkan Teknologi Diagnostik Penyakit Tuberculosis
4/6/2023 12:00:00 AM
TBC di Indonesia masih memiliki kapasitas teknologi diagnostik yang terbatas dan tidak merata di semua laboratorium. Diperlukan upaya lebih masif untuk meningkatkan kapasitas diagnostik TBC ini. Data Global TB Report 2022 menunjukkan Indonesia sebagai negara dengan beban TBC tertinggi kedua di dunia (969.000 kasus), berkontribusi terhadap 9,2% kasus TBC global. Pada 2022, kasus TBC di Indonesia mencapai 717.941 kasus, meningkat 61,98% dari tahun sebelumnya (443.235 kasus). Tingkat keberhasilan pengobatan TBC pada 2022 juga turun menjadi 85% dari 86% pada tahun sebelumnya.
Dosen Fakultas Teknobiologi Unika Atmajaya, Irvan Faizal, dalam webinar "Perkembangan Aplikasi untuk Diagnostik Tuberkulosis" yang diadakan BRIN pada tanggal 27 Februari 2023, mengungkapkan bahwa pengembangan tes diagnostik untuk penyakit, termasuk TBC, memerlukan produksi antigen sebagai langkah menuju kemandirian nasional dalam produksi bahan baku dan mengurangi ketergantungan pada antigen impor. Menurut Irvan, Atmajaya dapat memulai penelitian diagnostik TB berbasis bioinformatika, desain platform diagnostik, formulasi, pengujian, produksi, dan komersialiasi. Prinsip pemilihan platform diagnostik harus memenuhi kriteria ASSURED (Affordable, Sensitive, Specific, User-friendly, Rapid, Equipment-free, dan Easy Delivered) dan tentunya halal. Lateral Flow Immunoassay (LFA) berbasis protein/DNA menjadi pilihan banyak karena cepat, mudah, murah, dan hasil tes dapat dilihat langsung oleh mata atau dengan bantuan smartphone.
Irvan juga menyebut pengembangan tes diagnostik cepat berbasis reaksi loop-mediated isothermal amplification (LAMP) sebagai alternatif yang tidak memerlukan infrastruktur lab yang rumit dan dapat digunakan di PoCT (Point-of-Care Test). Riset diagnostik penyakit infeksius harus terintegrasi dengan aspek komersialisasi dan industrialisasi agar hasil riset dapat diproduksi massal dan digunakan secara luas oleh masyarakat. Tes cepat ini juga memiliki potensi untuk menjadi alternatif pengganti mikroskop sputum-smear dalam mendeteksi TB, malaria, dan penyakit tropis terabaikan lainnya. Irvan juga mencatat bahwa saat ini, produk tes cepat TB didominasi oleh perusahaan farmasi luar negeri, namun sedang dikembangkan kit deteksi cepat kompleks Mycobacterium tuberculosis (MTB) berbasis LAMP yang memiliki keunggulan waktu hasil deteksi yang cepat dan persyaratan biosafety yang lebih rendah.
Riset diagnostik penyakit infeksius harus memperhatikan aspek komersialisasi dan industrialisasi untuk meningkatkan kemandirian nasional dan manfaat bagi masyarakat. Tes diagnostik cepat ini memiliki potensi besar untuk menggantikan metode konvensional dan menjadi alat yang lebih praktis dan efektif dalam memerangi penyakit infeksius seperti TBC. Namun demikian, masih diperlukan pengembangan lebih lanjut dan kerjasama antara institusi akademik, industri farmasi, dan pemerintah untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam konteks ini, riset diagnostik harus terus didorong untuk menghasilkan solusi yang inovatif, terjangkau, dan dapat diterapkan secara luas dalam masyarakat. Kemandirian nasional dalam produksi bahan baku dan penggunaan teknologi diagnostik akan membantu Indonesia menghadapi ancaman penyakit infeksius dan memajukan industri farmasi dalam negeri.
Sumber:(IF, disarikan dari berbagai sumber)