JAKARTA – Universitas
Katolik Indonesia (Unika) Atma Jaya bersama dengan Frans Seda Foundation (FSF)
menyelenggarakan acara Bedah Buku bertajuk “Memorialisasi Tragedi Mei ‘98”.
Acara ini bertujuan untuk mengupas buku karya Chrismanto Purba, seorang penulis
yang menyoroti isu sosial, hak asasi manusia, serta dampak dari tragedi 1998
terhadap masyarakat Indonesia. Acara berlangsung pada Selasa (10/09/2024), di
Perpustakaan Lt. 3, kampus Semanggi, Unika Atma Jaya.
Acara dibuka
dengan sambutan oleh Managing Director Frans Seda Direction, Stefanus Ginting,
yang menyatakan "Kami terus berupaya agar acara rutin ini semakin bermakna.
Tujuan utamanya adalah untuk mensosialisasikan Frans Seda Collection kepada
masyarakat luas. Secara khusus, kami menyampaikan apresiasi kepada penulis buku
ini”, ujar Stefanus.
Buku karya
Chrismanto Purba mengangkat perspektif yang komprehensif mengenai tragedi 1998,
menyoroti aspek historis dan kemanusiaan yang mendalam, serta menawarkan
refleksi terhadap langkah-langkah ke depan dalam upaya pemulihan bangsa.
Diskusi buku ini menjadi bagian dari upaya kolektif dalam mengenang dan
mengambil pelajaran dari peristiwa bersejarah yang hingga kini terus membayangi
memori kolektif bangsa Indonesia.
"Saya menulis
buku ini dengan harapan dapat memberikan sumbangsih kecil berupa pemahaman saya
terhadap tragedi tersebut, sekaligus mengenang pernghormatan terhadap reformasi
dan sebagai hadiah khusus untuk Komnas Perempuan”, ujar Chrismanto.
Thung Ju Lan,
Ph.D., Peneliti Senior Pusat Penelitian Kemasyarakatan & Kebudayaan Badan
Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), menegaskan bahwa pentingnya memorialisasi
tragedi 1998. “Penting sekali memorial tragedi 98. Kalau kita mau maju, kita
harus memajukan kemampuan berpikir dari intelektual. Harapan saya, generasi
muda saat ini jangan hanya berpikir praktis, tetapi juga harus kritis dan
berani berpikir jauh ke depan. Mereka harus mampu memaknai sejarah dan
mengambil pelajaran dari peristiwa masa lalu untuk menciptakan perubahan yang
lebih baik. Hanya dengan cara ini, bangsa ini bisa melangkah maju dan
menghindari pengulangan kesalahan di masa lalu,” ujarnya.
Dr.iur. Asmin
Fransiska, S.H., LL.M., Anggota Pendiri Perkumpulan Gagasan dan Semangat Frans
Seda, Dekan Fakultas Hukum Unika Atma Jaya, menanggapi, "Jangan pernah
memaafkan apa yang dilakukan imperialisme/kolonialisme, mereka membentuk hukum
yang bisa menghilangkan kelompok-kelompok tertentu. Sistem yang mereka ciptakan
menindas dan meminggirkan, serta menciptakan ketidakadilan yang berdampak
panjang hingga generasi-generasi berikutnya. Hukum yang mereka buat bukanlah
untuk melindungi, melainkan untuk memperkuat kekuasaan dan mengekalkan
penindasan. Oleh karena itu, kita harus terus waspada dan tidak membiarkan sejarah kelam ini terulang, dengan
selalu memperjuangkan keadilan dan hak-hak asasi manusia."
Acara ini juga
menjadi wadah bagi diskusi yang lebih luas mengenai bagaimana tragedi ini
seharusnya dikenang oleh generasi muda, serta peran institusi pendidikan dalam menjaga
nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan tetap hidup di tengah masyarakat. Dengan
dihadiri oleh berbagai kalangan, mulai dari akademisi, mahasiswa, hingga
aktivis, acara ini diharapkan dapat
menjadi momentum refleksi bersama atas peristiwa-peristiwa yang telah membentuk
perjalanan sejarah bangsa.
Unika Atma Jaya
dan FSF berharap melalui kegiatan bedah buku seperti ini, semakin banyak
masyarakat yang tergerak untuk memahami pentingnya memorialisasi sebagai bagian
dari rekonsiliasi dan pemulihan bangsa pasca-tragedi.