ASK
ME

REGISTER
NOW

Bedah Buku ‘Memorialisasi Tragedi 1998’: Langkah Pemulihan dan Rekonsiliasasi Bangsa

12/9/2024


 

JAKARTA – Universitas Katolik Indonesia (Unika) Atma Jaya bersama dengan Frans Seda Foundation (FSF) menyelenggarakan acara Bedah Buku bertajuk “Memorialisasi Tragedi Mei ‘98”. Acara ini bertujuan untuk mengupas buku karya Chrismanto Purba, seorang penulis yang menyoroti isu sosial, hak asasi manusia, serta dampak dari tragedi 1998 terhadap masyarakat Indonesia. Acara berlangsung pada Selasa (10/09/2024), di Perpustakaan Lt. 3, kampus Semanggi, Unika Atma Jaya.

 

Acara dibuka dengan sambutan oleh Managing Director Frans Seda Direction, Stefanus Ginting, yang menyatakan "Kami terus berupaya agar acara rutin ini semakin bermakna. Tujuan utamanya adalah untuk mensosialisasikan Frans Seda Collection kepada masyarakat luas. Secara khusus, kami menyampaikan apresiasi kepada penulis buku ini”, ujar Stefanus.

 

Buku karya Chrismanto Purba mengangkat perspektif yang komprehensif mengenai tragedi 1998, menyoroti aspek historis dan kemanusiaan yang mendalam, serta menawarkan refleksi terhadap langkah-langkah ke depan dalam upaya pemulihan bangsa. Diskusi buku ini menjadi bagian dari upaya kolektif dalam mengenang dan mengambil pelajaran dari peristiwa bersejarah yang hingga kini terus membayangi memori kolektif bangsa Indonesia.


 

"Saya menulis buku ini dengan harapan dapat memberikan sumbangsih kecil berupa pemahaman saya terhadap tragedi tersebut, sekaligus mengenang pernghormatan terhadap reformasi dan sebagai hadiah khusus untuk Komnas Perempuan”, ujar Chrismanto.

 

Thung Ju Lan, Ph.D., Peneliti Senior Pusat Penelitian Kemasyarakatan & Kebudayaan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), menegaskan bahwa pentingnya memorialisasi tragedi 1998. “Penting sekali memorial tragedi 98. Kalau kita mau maju, kita harus memajukan kemampuan berpikir dari intelektual. Harapan saya, generasi muda saat ini jangan hanya berpikir praktis, tetapi juga harus kritis dan berani berpikir jauh ke depan. Mereka harus mampu memaknai sejarah dan mengambil pelajaran dari peristiwa masa lalu untuk menciptakan perubahan yang lebih baik. Hanya dengan cara ini, bangsa ini bisa melangkah maju dan menghindari pengulangan kesalahan di masa lalu,” ujarnya.


 

Dr.iur. Asmin Fransiska, S.H., LL.M., Anggota Pendiri Perkumpulan Gagasan dan Semangat Frans Seda, Dekan Fakultas Hukum Unika Atma Jaya, menanggapi, "Jangan pernah memaafkan apa yang dilakukan imperialisme/kolonialisme, mereka membentuk hukum yang bisa menghilangkan kelompok-kelompok tertentu. Sistem yang mereka ciptakan menindas dan meminggirkan, serta menciptakan ketidakadilan yang berdampak panjang hingga generasi-generasi berikutnya. Hukum yang mereka buat bukanlah untuk melindungi, melainkan untuk memperkuat kekuasaan dan mengekalkan penindasan. Oleh karena itu, kita harus terus waspada dan tidak  membiarkan sejarah kelam ini terulang, dengan selalu memperjuangkan keadilan dan hak-hak asasi manusia."

 

Acara ini juga menjadi wadah bagi diskusi yang lebih luas mengenai bagaimana tragedi ini seharusnya dikenang oleh generasi muda, serta peran institusi pendidikan dalam menjaga nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan tetap hidup di tengah masyarakat. Dengan dihadiri oleh berbagai kalangan, mulai dari akademisi, mahasiswa, hingga aktivis, acara ini diharapkan  dapat menjadi momentum refleksi bersama atas peristiwa-peristiwa yang telah membentuk perjalanan sejarah bangsa.


 

Unika Atma Jaya dan FSF berharap melalui kegiatan bedah buku seperti ini, semakin banyak masyarakat yang tergerak untuk memahami pentingnya memorialisasi sebagai bagian dari rekonsiliasi dan pemulihan bangsa pasca-tragedi.