ASK
ME

REGISTER
NOW

Bagaimana Upaya Indonesia Atasi Penyakit Alzheimer?


Jakarta, 26 Mei 2023 – Alzheimer merupakan penyakit yang mempengaruhi daya ingatan, emosi, perilaku, dan fungsi otak lainnya. Secara global lebih dari 50% orang terdiagnosi demensia adalah alzheimer, di Asia Pasific terdapat 26,9 juta penderita alzheimer dan sementara 1,2 juta orang di Indonesia menderita alzheimer. Ini mendorong Alzheimer Indonesia (ALZI) untuk terus berupaya membantu penderita alzheimer di Indonesia.

Direktur Eksekutif Alzheimer Indonesia (ALZI), Michael Dirk, dan Direktur Saintifik ALZI sekaligus guru besar Fakultas Kedokteran, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Prof. Dr. dr. Yuda Turana, Sp.S., berbincang bersama Jimmy Manan dalam podcast VoA Indonesia membahas bagaimana upaya mengatasi alzheimer di Indonesia.

Ledakan populasi lansia di Indonesia menjadi pemicu peningkatan penderita alzheimer. Dari 1,2 juta diprediksi pada 2030 akan bertambah hingga 2 juta penderita, dan pada 2050 bertambah 4 juta jiwa. ALZI berupaya terus dalam advokasi kepada pemerintah agar dilakukannya deteksi dini ataupun screening kognitif atau fungsi luhur untuk menekan laju pertumbuhan demensia di Indonesia.

Selain itu ALZI juga berupaya terus meningkatkan kesadaran masyarakat dengan berbagai kegiatan dengan kampanye, “jangan maklum dengan pikun”. Setiap tanda-tanda kepikunan harus disadari masyarakat, hingga dapat dilakukan penanganan yang tepat.

Melihat hal tersebut Prof. Yuda menyampaikan bagaimana penanganan demensia dilakukan. “Penanganan demensia tidak semata-mata dengan pendekatan farmakologi atau obat-obatan. Diperlukan pendekatan yang komprehensif untuk pasien dan pendampingnya dalam penanganan demensia.”

Mengatasi demensia secara farmakologi memang tidak banyak pilihan obat dibandingkan penyakit lain, baik di Indonesia dan dunia menggunakan obat-obatan yang sama dalam penanganan demensia. Obat-obatan yang ada saat ini bermanfaat untuk memperlambat progresifitas penyakit.

“ALZI telah melakukan berbagai kegiatan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat sejak 2013,” ungkap Michael, Direktur Eksekutif ALZI. Sejak itu terjadi peningkatan kesadaran masyarakat yang terlihat dari adanya peningkatan pengecekan fungsi otak pada 3 rumah sakit besar di Indonesia sebesar 300%.

Michael juga menyampaikan saat ini Kemenkes pun turut melakukan upaya preventif dengan layanan posyandu lansia. Sehingga masyarat dapat melakukan deteksi dini di puskesmas secara gratis melalui layanan BPJS.

“Pendekatan awal penanganan demensia dapat dilakukan dengan intervensi lingkungan terlebih dahulu. Ini merupakan pendekatan kombinasi yaitu dengan farmakologi dan non-farmakologi,” tambah Prof. Yuda, Direktur Saintifik ALZI sekaligus guru besar Fakultas Kedokteran, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.


Komunikasi Caregiver berperan penting untuk pasien demensia alzheimer. 

Prof. Yuda menegaskan pendekatan non-farmakologi ini penting selain penanganan secara farmakologi. Baik dengan intervensi lingkungan maupun dengan meningkatkan kompetensi pendamping (caregiver) atau sosok yang merawat pasien. Peranan pendamping dalam berkomunikasi dengan pasien sangat penting.

Selain lakukan deteksi alzheimer sedini mungkin, hal yang dapat dilakukan lainnya ialah menghindari faktor-faktor resiko atau prevention, khususnya pada fase mid-life. Terdapat dua faktor dalam prevention ini yaitu modifieble dan non-modifiebel, dimana hal yang dapat diubah atau modifiebel ialah gaya hidup.

Mengubah gaya hidup adalah solusi untuk melakukan prevention tersebut. Mengubah gaya hidup pada fase mid-life sangat disarankan untuk mengurangi resiko menderita demensia alzheimer.