ASK
ME

REGISTER
NOW

Pengembangan Bisnis Dodol Mangrove Hasil Usaha Rumahan Sebagai Panganan Hiegienis

7/27/2017 12:00:00 AM

   

Pusat Pemberdayaan Masyarakat (PPM) bersama dengan dosen-dosen Fakultas Ekonomi, dan Fakultas Teknobiologi melakukan kegiatan pengabdian masyarakat dalam bentuk pelatihan pengembangan bisnis dodol mangrove. Kegiatan ini merupakan tindak lanjut pelatihan kewirausahaan pembuatan dodol pidada, yang telah dilakukan pada April 2017 lalu. Kegiatan dilaksanakan pada Sabtu,  6 Mei 2017 di Kediaman ibu Siti Hodijah, Kp. Biyambong, Desa Pantai Mekar, Kecamatan Muaragembong. Peserta kegiatan ini adalah para ibu rumah tangga di Kampung Beting, Desa Pantai Bahagia, berjumlah 22 orang (dari target 25 orang).

   

Sebagai fasilitator pada kegiatan ini, adalah Dr. Vivitri Dewi Prasasty dengan materi mengenal panganan hiegienis layak konsumsi dan layak jual, Yussi Ramawati, S.E., M.M. dengan materi pengemasan dan Francisca Hermawan, S.E., M.M dengan materi pemasaran.

   

Setelah selesai pelatihan, kegiatan dilanjutkan dengan melakukan monitoring dan evaluasi terhadap hasil pelatihan yang dilaksanakan pada 26 Juli 2017. Hadir pada pertemuan itu sepuluh ibu yang membantu produksi dodol. Dalam monitoring dan evaluasi tersebut, ditemukan beberapa hal. Pertama, hasil penjualan dan produksi meningkat. Kedua, wilayah penjualan bertambah hingga keluar Beting, seperti ke Batam, ketika Ramadhan, dodol dijual via kenalan atau teman. Ketiga, pemasaran selain mulut ke mulut juga melalui sarana daring . Keempat, label “Lintang Jaya” berganti menjadi nama yang diambil dari nama anak “Salmah” bahkan berencana nama pembuatnya, yaitu “Mak Unah”. Kelima, kemasan sudah berkembang tidak lagi dengan mika, tetapi plastic dan toples. Keenam, para ibu sudah memerhatikan kebersihan alat dan bahan. Ketujuh, dodol sudah dibungkus dengan ikatan yang  warna-warni.

   

Sedangkan Kekurangan yang ditemukan adalah sebagai berikut. Pertama, nama merek dodol berganti-ganti belum konsisten sehingga dapat membingungkan banyak orang. Kedua, pemasaran dodol masih didominiasi oleh pengolah dodol (satu orang). Ketiga, bentuk dodol masih terlalu kecil dan bentuknya kadang tidak sama besar ada yang bulat dan kotak. Keempat, jika ditempelkan pada mika, label kurang rekat sehingga mudah lepas. Kelima, selain ibu Maunah, para ibu masih kurang tergerak untuk memproduksi sendiri karena kekurangan alat dan ketiadaan pohon mangrove pidada.

(laban Eka Jaya / PPM)