ASK
ME

REGISTER
NOW

Pemberdayaan Masyarakat Daerah Terdepan-Terpencil-Tertinggal (3T) Berbasis Energi Terbarukan (Renewable Energy) Di Kabupaten Sumba Barat Daya

2/2/2022 12:00:00 AM


Dalam RIP2M terbaru tahun 2021-2024, PkM Unika Atma Jaya diarahkan untuk pencapaian keberlanjutan (sustainability), yaitu kontribusi civitas akademika secara berkelanjutan untuk tercapainya masyarakat yang terus bertumbuh dan berdaya. Hal ini merupakan pengejawantahan dari Sustainable Development Goals (selanjutnya disingkat SDGs) yang disahkan oleh Perserikatan Bangsa-bangsa pada tahun 2015 yang memuat kesepakatan dan rencana aksi global masyarakat dunia. SDGs memuat 17 tujuan dan 169 target untuk dicapai guna mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan. (https://SDGs2030indonesia.org). Dengan demikian, arah PkM Unika Atma Jaya menunjukkan pula komitmen Unika Atma Jaya sebagai bagian dari elemen bangsa dan anggota masyarakat dunia untuk secara aktif terlibat dalam pencapaian tujuan tersebut. Secara spesifik, program yang diusulkan ini menyasar pencapaian sustainibility melalui energi terbarukan dan ramah lingkungan (SDG 7) untuk memastikan akses energi yang affordable, dapat diandalkan, sustainable, dan modern, serta sebagai langkah nyata untuk merespon perubahan iklim (SDG 13).


Dalam pelaksanaannya pada 28 sampai 30 Januari 2022, Unika Atma Jaya mewujudkan program ini melalui dua komponen utama. Pertama, komponen teknis, hal ini dilakukan dengan pembangunan dan pengadaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan menyalurkannya kepada masyarakat. Kedua, komponen pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat di Weetabula-Sumba Barat Daya melalui serangkaian kegiatan untuk membantu masyarakat setempat mencapai kemandirian dalam bidang sosial dan ekonomi.

Progam ini dilaksanakan dengan kolaborasi bersama sesama anggota Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik (APTIK), secara khusus dengan STKIP Weetabula sebagai sesama anggota APTIK. Kolaborasi ini juga merupakan elemen yang penting dalam program ini untuk dua alasan. Pertama, dengan kolaborasi ini, maka akan dapat diwujudkan saling asah, asih, dan asuh dengan sesama anggota APTIK, yang melaluinya kedua lembaga akan saling belajar dan untuk meningkatkan kapasitas dalam bidang teknis dan pemberdayaan masyarakat sebagaimana digambarkan di atas. Kedua, kolaborasi ini secara praktis sangat berguna untuk dapat diimplementasikannya program dengan efektif  melibatkan masyarakat setempat sebagai mitra sekaligus penerima manfaat.


Untuk keperluan tersebut maka tim pemberdayaan masyarakat pertama-tama melakukan survei analisis kebutuhan (needs assessment) di desa Karune dengan teknik pengumpulan data  diskusi kelompok terarah (focused group discussion) terhadap kelompok ibu-ibu, kelompok bapak-bapak, dan kelompok remaja/pemuda. Untuk kelompok guru, karena peserta tidak memenuhi syarat, kami melakukan wawancara kelompok. Selain itu, kami juga melakukan wawancara tidak terstruktur kepada tokoh masyarakat dan wawancara semi terstruktur kepada Kepala Desa. Pada waktu wawancara dengan tokoh masyarakat, ia ditemani oleh anaknya yang adalah Sarjana dan juga dihadiri oleh masyarakat baik ibu-ibu, bapak-bapak, anak muda dan anak-anak.



(Pusat Pemberdayaan Masyarakat / PPM)