ASK
ME

REGISTER
NOW

Media dan Komunikasi Politik dalam Demokrasi

10/02/2013 00:00:00

Media massa sangat berpengaruh pada kemajuan demokrasi suatu negara. Sebab proses komunikasi politik yang melibatkan media dalam pembangunan demokrasi suatu negara dipengaruhi oleh tidak hanya faktor internal media itu sendiri, tetapi juga faktor eksternal seperti para aktor politik dan masyarakat pemilih. Aktor politik yang cenderung mengejar kepentingan sesaatnya, akan cenderung memanfaatkan media untuk mengontrol opini public dengan mempresentasikan pesan dan simbol-simbol yang mendukung kepentingannya.

 

Pemikiran itu merupakan hasil diskusi yang terungkap dalam kuliah umum yang diselenggarakan oleh Prodi Komunikasi Unika Atma Jaya Jakarta, pada Senin, 30 September 2013, dengan tema “Media and Political Communication in Democracy”, yang menghadirkan pembicara tamu dari Prancis, Prof. Jacques Gerstle (Profesor Emiritus di Departemen Ilmu Politik, Universitas Paris I Pantheon Sorbonne).

Menurut Prof. Jacques Gerstle, media memiliki dua peran penting dewasa ini. Pertama, sebagai ruang publik (public sphere) yang telah mengalami evolusi dalam bentuk modernnya seperti televisi. Kedua, sebagai sarana komunikasi politik yang dapat dimanfaatkan oleh para aktor-aktor politik terlebih ketika berkompetisi dalam pemilu.

 

 

 Suasana Kuliah Umum

 

Oleh karena itu, komunikasi politik modern sangat ditopang oleh media televise dan pengukuran agregat opini public lewat survei. Hasil survei yang diberitakan lewat televise dapat membaca dampak yang menguntungkan bagi aktor politik tertentu, tetapi bisa juga kurang menguntungkan bagi yang lainnya. Intinya, pencitraan dalam komunikasi politik para elit dewasa ini terbentuk dari perpaduan antara hasil survey dan kekuatan media televisi.

 

Dalam salah satu tulisannya Mediatizing the Economy and Manufacturing Presidential Popularity (2007-2010) ,bersama Abel Francois, Professor Jacques Gerstle menjelaskan bahwa popularitas adalah inti dari komunikasi politik dalam pemilu. Popularitas biasanya tinggi pada awal-awal hasil pemilihan, dan mulai menurun terus-menerus pada tahun-tahun berikutnya. Professor Gerstle mengusung suatu model untuk pengukuran popularitas presiden dengan melihat variabel-variabel penting, yaitu: economic conjuncture, international crisis, dan

scandals.  

 

Dalam kuliah umum ini juga muncul pertanyaan-pertanyaan kritis dari peserta, diantaranya bagaimana strategi partai politik atau kandidat dalam memenangkan pemungutan suara kelompok tertentu (focused group), serta seberapa besar peran tim sukses kandidat dalam memenangkan seorang kandidat presiden dalam pemilu

 

 

 

Prof. Jacques Gerstle (Profesor Emiritus di Departemen Ilmu Politik, Universitas Paris I Pantheon Sorbonne)

 

Diskusi public ini diselenggarakan di Ruang Multimedia Unika Atma Jaya. Dihadiri oleh sekitar 100 mahasiswa yang sebagian besar merupakan mahasiswa prodi Komunikasi. Disamping itu juga hadir perwakilan dari Kedutaan Prancis di Jakarta dan beberapa dosen dari prodi Komunikasi. Acara ini dibuka oleh dekan Fiabikom, Dr. A. Prasetyantoko dan dipandu dengan sangat baik oleh Dr. Rory Hutagalung (Salvatore).