ASK
ME

REGISTER
NOW

AUDREY SARAH (MAHASISWA MBA) MENGUNJUNGI FORUM MAHASISWA ADMINISTRASI BISIS INDONESIA DI UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG.

01/13/2020 00:00:00

 

Agenda

:

SCoBA dan Rapat Pembentukan Panitia Forum Mahasiswa Administrasi Bisnis Indonesia

Hari, tanggal pelaksanaan

:

Kamis, 14 November 2019

Jam pelaksanaan

:

08.00 – 21.30 WIB

Lokasi

:

Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya

Jalan MT. Haryono No. 163, Ketawanggede, Kec. Lowokwaru, Malang, Jawa Timur 65145

Delegasi

:

Audrey Sarah Kristina

Magister Bisnis Administrasi Batch 5

 

SCoBA (SEMINAR AND CONFERENCES ON BUSINESS ADMINISTRATION)

Di tahun perdananya, SCoBA mengangkat tema “Enhancing Startup Ecosystem in Indonesia” dengan asumsi bahwa tumbuh dan perkembangan startup di Indonesia membutuhkan identifikasi ekosistem yang melibatkan seluruh aspek yang berkesinambungan. Pada kesempatan ini, rangkaian kegiatan diikuti oleh seluruh mahasiswa pascasarjana Administrasi Bisnis Universitas Brawijaya, dan delegasi dari Unika Atma Jaya Jakarta, Universitas Indonesia, Unika Parahyangan Bandung, dan Universitas Padjajaran Bandung. Tema yang disebutkan diharapkan mampu memberikan pemahaman dari perspektif praktek bisnis di segala jenjang profesi mahasiswa pascasarjana. Bapak Prof. Dr. Bambang Supriyono, M.S. selaku Dekan Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya, memberikan sambutan tentang pentingnya pemahaman tentang dunia kerja bisnis lebih lanjut dan dampaknya bagi pengetahuan administrasi bisnins, khususnya pada jenjang pascasarjana. Dilanjutkan pengantar oleh Ibu Tri Wulida Afrianty, S.Sos., M.Si, MHRM, Ph.D selaku Ketua Program Studi Magister Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya, yang menitikberatkan pada pentingnya penanaman akan penelitian berkelanjutan dan berkesinambungan sesuai dengan prospek bisnis di ranah kajian ilmiah.

Pelaksanaan SCoBA perdana menjadi bentuk kerja sama di bidang ilmu pengetahuan yang diharapkan dapat terus dikembangkan pada skala nasional. Dinamika bisnis yang diwarnai oleh demografi dan tren yang tidak lagi dibaca dengan mudah mendorong kreativitas dan pemikiran kritis dari akademisi untuk menganalisis. Hal ini diupayakan sehingga hasil akhir yang didapatkan tidak hanya pelajar dengan predikat pendidikan terbaik, tetapi juga memiliki kemampuan terbaik sesuai dengan kompetensinya untuk berkontribusi pada sektor bisnis dan ekonomi penempatannya.

 

Seminar

Pembahasan tentang ekosistem startup menghadirkan praktisi sebagai panelis dengan berbagai (variasi) persepktif. Sebagai keynote speaker, Bapak Dr. Ir. Hari Santoso Sungkari, M.H. selaku Deputi Infrastruktur BEKRAF pada Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, mengungkapkan bahwa ekonomi kreatif pada dasarnya adalah aktivitas yang menghasilkan suatu nilai tambah dan kekayaan intelektual. Di antara industri kreatif, startup merupakan salah satunya, yang memiliki tujuan menciptakan pengalaman bagi konsumen atau pasarnya. Namun startup bukan suatu instansi yang memiliki pola dan budaya menetap, melainkan mengarah pada khalayak, bukan hanya karena startup berawal dari pemberdayaan media telekomunikasi, tetapi juga memperhitungkan masyarakat sebagai salah satu pengambil keputusan. Ketika masyarakat adalah komunitas, maka ekosistem ekonomi baru bergantung pada keberlangsungannya.

Hakekatnya, industri kreatif memiliki pasar yang sama dengan segmentasi yang berbeda, menggunakan fasilitas dan/atau infrastruktur yang sama, sehingga menimbulkan kompetisi serentak. Jika dikaji dengan perspektif instansi, Kementerian Pariwisata Republik Indonesia pada masa Menteri Arief Yahya, telah dibentuk suatu nilai kerja yang disebut ‘ABCGM’, yakni konsep kerja pembangunan nasional yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan sebagai pengambil keputusan yang bersifat musyawarah dan mufakat. Nilai kerja tersebut terdiri dari Academic, Business, Community, Government, dan Media—sehingga memperlihatkan bahwa suatu bentuk kesinambungan dalam bisnis dan ekonomi tidak hanya berlandskan pada institusi atau individu tertentu, melainkan seluruh agen sosial yang turut mempengaruhi kesatuan ekosistem. Sebagai penyelenggara ekosistem bisnis, pemerintah memiliki peran dengan signifikansi sebagai regulator, fasilitator, sekaligus evaluator dalam suatu periode penyelenggaraan bisnis. Pada masalah pemberlakuan pajak, misalnya, pemerintah perlu memperjelas bagaimana startup dan bisnis daring (dalam jaringan) memiliki etika bisnis yang baik dan aplikatif. Industri kreatif baru tersebut tidak dapat diikat dengan peraturan, karena proses inti bisnis dan perekonomian hanya dilakukan oleh pihak luar yang mendaftarkan diri sebagai bagian dari keanggotaan, sehingga yang cocok diterapkan adalah etika. Terkait pajak, perusahaan pemilik infrastruktur adalah instansi yang berkenaan dengan peraturan perpajakan sebagai suatu badan usaha (memiliki hukum atau legalitas), sementara para pelaku bisnis dikenakan pajak perorangan sebagaimana mestinya. Namun polemik ini masih perlu dikaji lebih jauh, sehingga hasil akhirnya tidak hanya memperhitungkan sisi baik bagi instrumen hukum di ranah pemerintah, tetapi juga keseimbangan bagi perusahaan dan keadilan bagi pelaku bisnis.

Pada perspektif pelaku bisnis, Ibu Viona Ong, S.T., M.IM selaku District Head of Go-Jek Malang menegaskan bahwa melaksanakan bisnis yang sesuai dengan peraturan pemerintah tetapi juga tetap bertujuan mencapai performa terbaik membutuhkan keahlian sumber daya manusianya untuk mampu mengenali pola kebutuhan pasar. Nawacita Jilid II nantinya diperkirakan adalah tentang menciptakan lapanan kerja yang merupakan lanjutan dari Nawacita Jilid I tentang sistem integrasi promosi, pariwisata, dan investasi. Bagi pelaku bisnis, bentuk kontribusi yang diharapkan dari pihak masyarakat, terutam akademisi ialah membangun link and match dengan cara mengembangkan soft skill dan peka terhadap isu maupun berita. Banyak generasi muda yang siap kerja dan memandang startup sebagai karir tujuan yang tetap, tetapi banyak dari mereka yang kurang memahami dinamika dan kesiapan kerja yang sesungguhnya. Karena bisnis berorientasi pada menghasilkan pendapatan, tetapi wirausaha menghasilkan suatu standar yang cenderung bersifat umum, startup dan industri kreatif baru menciptakan ekpektasi terhadap calon pekerjanya. Hal ini tidak diterapkan dalam pendidikan, tetapi ditekankan pada karakter individu. Rekrutmen Go-Jek misalnya, agar masyarakat mampu memenuhi ekpektasi tersebut, dibentuk institusi Go-Academy sebagai suatu inkubator yang bertujuan membentuk suatu calon pekerja yang tidak hanya cakap bekerja, tetapi mampu menanamkan nilai perusahaan sehingga siap dalam mendukung bisnis perusahaan. Untuk mereka yang sudah merupakan pekerja atau dikenal sebagai Go-Troops, perusahaan membentuk suatu program kerja yang dikenal sebagai Performance Improvement Plan melalui Human Resources Department dengan tujuan mempertajam dan mengasah performa pegawai sebagai bagian dari kontribusinya untuk perusahaan. Selain itu, toleransi dengan industri di luarnya yang secara tidak langsung mendukung daya beli dan siklus bisnis perlu ditingkatkan.

Di bidang perbankan, menurut Bapak Maswar Purnama, Regional CEO Bank Mandiri Region 7 Jawa 2, setiap pelaku bisnis, baik mereka yang hendak mendirikan startup maupun menjadi bagian dari eksisting harus memiliki karakter berani memulai. Masalah umum yang sering dihadapi oleh kebanyakan masyarakat adalah mengenai pendanaan. Dalam rangka mendukung keberlangsungan ekosistem bisnis, pada prakteknya, dunia perbankan telah lama memiliki beragam program pendanaan yang penilainnya cukup efektif, baik untuk bisnis skala besar maupun UKM.

Sementara di bidang akademik, institusi pendidikan perlu secara aktif mengembangkan pembahasan sebagai bahan ajar. Bapak Mohammad Iqbal, S.Sos, M.IB, DBA selaku Dosen Administrasi Bisnis Universitas Brawijaya mengungkapkan bahwa ketika suatu pengajaran berlangsung, kemampuan dan kapabilitas yang diberikan kepada mahasiswa sebagai pelaku bisnis sekaligus akademisi seharusnya tidak hanya sebatas teori dan konsep pemahaman, melainkan juga peningkatan kompetensi. Sejalan dengan esensi bisnis yang mengedepankan kompetensi serta karakter, pendidikan sebaiknya mampu untuk mengupayakan akselerasi yang menyeimbangkan pembelajaran ilmu bisnis. Sehingga pada akhirnya menghasilkan sumber daya manusia yang berkarakter, kompeten, dan mampu menentukan serta membentuk kesempatan bisnis yang berhasil dan berkelanjutan.

 

Konferensi

Penyelenggaraan konferensi mengusung sub tema (1) economics and finance, (2) good corporate communication, (3) human resource management, (4) leadership and organization, (5) marketing management, (6) management information system, (7) strategy and entrepreneurship, dan (7) supply chain and logistics management. Konferensi dihadiri oleh sebagian peserta seminar di sesi sebelumnya, dan pemateri berasal dari mahasiswa Universitas Brawijaya Malang, Universitas Katolik Parahyangan Bandung, dan alumni Tohoku University Japan. Mayoritas materi yang dibahas di setiap sub tema ialah tentang analisis studi kasus di tingkat tertentu, dengan orientasi pada penawaran alternatif dalam pemecahan masalah dan pengaruh kebijakan maupun dinamika tertentu terhadap kondisi bisnis perusahaan.

 

RAPAT PEMBENTUKAN PANITIA FORUM MAHASISWA ADMINISTRASI BISNIS INDONESIA

Pelaksanaan pembentukan panitia diawali dengan pengarahan dari Bapak Dr. Kusdi Raharjo, DEA selaku Pimpinan Asosiasi Ilmu Administrasi Bisnis Indonesia. Beliau mengungkapkan bahwa tujuan dari Forum adalah menjadi wadah bagi seluruh penyelenggaraan seminar dan konferensi dari masing-masing universitas yang mengadakan pembelajaran tentang administrasi bisnis. Sulitnya Universitas Brawijaya menghimpun seluruh sumber daya, sama seperti beberapa universitas lain, mendorong keinginan untuk bersinergi. Sehingga hasil akhir yang didapat nantinya tidak hanya keberhasilan peningkatan literasi melalui kegiatan ilmiah atau akademik, tetapi juga jaringan atau relasi kondusif dari seluruh almamater.

Dalam kesempatan ini, hadir 4 (empat) universitas dengan delegasinya, yakni Universitas Brawijaya Malang, Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta, Universitas Indonesia Depok, dan Universitas Katolik Parahyangan Bandung. Pada pertemuan perdana ini, setiap delegasi mengutarakan pendapat berdasarkan agenda yang telah disampaikan seminggu sebelumnya. Adapun agenda tersebut ialah tentang alasan mendirikan Lembaga, usulan nama Lembaga, tujuan dari Lembaga (dari perspektif mahasiswa), rencana kerja Lembaga, pembentukan panitia perispan pembentukan Lembaga, dan rencana kerja panitia persiapan pembentukan Lembaga. Pada urutan pertama, delegasi Unika Atma Jaya Jakarta memberikan jawaban atas usulan agenda, sebagai berikut.

Alasan pendirian Lembaga. Sebelum pendirian, perlu diperjelas seperti apakah bentuknya nanti. Namun akar dan identitas yang dibangun akan baik jika mendasar pada prinsip (1) bahwa bisnis berlangsung karena adanya relasi; (2) terdapat nilai-nilai yang diiternalisasi; (3) profit didapatkan dengan usaha; (4) etika dan kode etik adalah suatu budaya; (5) investasi terdiri dari ide yang dikembangkan; (6) komunikasi adalah suatu kerangka berpikir; (8) kepemimpinan adalah suatu strategi; dan (9) kekacauan pasar berarti kesempatan untuk mengembangkan bisnis. Sehingga Unika Atma Jaya menawarkan bentuk forum sebagai suatu institusi, yang dalam konsep filosofisnya merupakan salah satu pemegang kepentingan ekonomi bisnis di samping fasilitator, pelajar, masyarakat, dan edukasi.

Tujuan Lembaga. Institusi yang diusulkan harus memiliki tujuan besar membtuk suatu lingkungan aktif bagi pelajar administrasi bisnis di tingkat pascasarjana, serta alumni, baik dari Indonesia maupun internasional (overseas students). Adapun program yang diusulkan sebagai bentuk pewujuan tujuan adalah komunikasi dan pengembangan jejaring, pengadaan program akademik dan praktek, seperti seminar regular, workshops, pengelolaan Carrier Development Center, gathering, dan guest lecturing yang tidak hanya mendatangkan dosen tamu, tetapi juga pertukaran dosen lintas almamater.

Rencana kerja Lembaga. Forum harus tetap ingat bahwa bisnis bukan hanya tentang menciptakan atau make things right, tetapi juga do things right sesuai dengan sifat alamiah dan lingkungan yang membendungnya. Tantangan tersebut juga disertai dengan pemahaman bahwa untuk pascasarjana, yakni mereka yang bekerja dan kuliah, pengetahuan dan praktek tidak pernah bersifat kompetitif, tetapi komplementer, melengkapi satu sama lain.

Delegasi dari Universitas Brawijaya mengusulkan 2 (dua) nama Lembaga, yakni ‘Asosiasi Mahasiswa Magister Administrasi Bisnis’ dan ‘Forum Mahasiswa Magister Administrasi Bisnis Indonesia’. Namun berdasarkan kajian dari delegasi Unika Atma Jaya yang kemudian didukung oleh delegasi Universitas Katolik Parahyangan, bahwa nomenklatur ‘asosiasi’ dan ‘forum’ adalah hal yang berbeda, dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing, dari segi hukum, kelembagaan, pengelolaan dan kepengurusan, serta pendanaan. Berdasarkan hal tersebut, delegasi Universitas Indonesia mengusulkan agar Forum dijadikan bagian dari AIABI (Asosiasi Ilmu Administrasi Bisnis Indonesia), agar dapat meminimalisasi konsep sehingga berfokus pada program kerja yang mendukung usulan dari AIABI dan memiliki hasil akhir yang berkembang, berkesinambungan, serta mendorong kemajuan administrasi bisnis, baik sebagai ilmu pengetahuan maupun praktek.

Sebagai hasil pertemuan perdana, ditetapkan nama institusi yakni Forum Magister Administrasi Bisnis Indonesia, dengan catatan kepengurusannya akan disusul. Hal ini dikarenakan seluruh universitas yang diundang tidak hadir sepenuhnya, sehingga diputuskan hasil pertemuan dijadikan berita acara yang ditandatangani oleh delegasi almamater, kemudian diteruskan kepada universitas lain untuk mendapatkan umpan balik, sebelum kemudian diteruskan untuk membentuk forum dengan kepengurusan menetap. Adapun susunan panitia pembentukan FMABI ialah sebagai berikut:

 

Ketua                                        : Nelwan (UB)

Wakil Ketua                             : Audrey Sarah Kristina (UAJ)

Sekertaris                                : Silvia Magdalena Purba (UnPar)

Bendahara                              : Rani Fariha (UI)

 

Departemen Relasi Eksternal

Public Relation                         : Nur’man Mubarak (UB)

Digital Media Content              : Timothy Andrianus P. (UnPAr)

Sponsorship                              : Bentaro (UB)