ASK
ME

REGISTER
NOW

KOLOKIUM TENTANG BUDAYA ANGKLUNG DAN IKLAN ROKOK

03/31/2016 00:00:00

Bertempat di ruang aula BKS Unika Atma Jaya. Pada hari Jum’at 18 Maret 2016 diselenggarakan kolukium rutin yang untuk kali ini menampilkan 2 orang penyaji dengan 2 topik yang berbeda. Kedua topik yang disajikan dalam kolokium ini dimoderatori oleh bapak Dr. Heru Prasadja, M.Si. Penyaji pertama ibu Dr. Lamtiur Tampubolon menyajikan topik yang diambil dari hasil penelitiannya tentang Saung Angklung Ujo (SAU) dalam kaitannya dengan pengembangan kewirausahaan sosial.  Judul lengkap dari presentasi bu Lamti adalah “Saung Angklung Udjo: A Study of the Cultural Based Tourist Place and Its Contribution to Local Tourism”. Diceritakan bagaimana usaha Saung Angklung Udjo telah berkembang sedemikian rupa, sehingga usaha itu tidak hanya menganggkat budaya angklung ke tataran yang lebih tinggi, namun juga mampu meningkatkan taraf kehidupan masyarakat yang bersentuhan dengan segala aktivitas yang berkaitan dengan angklung tersebut. Masyarakat diajak turut serta membuat dan mengembangkan angklung yang bisa diekspor sehingga taraf kesejahteraan masyarakat juga turut meningkat.

Topik kedua disajikan oleh ibu Isabella Astrid Siahaya dengan judul paparan “Adolescents’ awareness of Djarum foundation’s CSR Advertisements: Are they truly CSR advertisements? Topik ini mencoba mengkritisi tentang iklan rokok yang berbalut kegiatan sosial. Contoh kasus yang diangkat adalah iklan tentang bulutangkis Indonesia dengan Djarum Foundation. Kita tahu bahwa Djamus telah berkontribusi untuk melahirkan pemain-pemain bulutangkis tingkat dunia sejak jaman dahulu. Kegaitan ini dikemas sedemikian rupa dan menjadi suatu iklan tertentu bagi perusahaan pengusungnya. Ada masalah yang perlu dikritisi disini? Kelompok Djarum yang bisnis utamanya adalah di bidang rokok melakukan kegiatan CSR yang diiklankan ke masayarakat luas. Hal yang hendfak diteliti disini apakah persepsi masyarakat dalam memandang ikalan CSR itu masih tekait dengan produk rokok atau bebas sama sekali. Hal ini karena disinyalir karena iklan rokok telah dibatasi sedemikian rupa, maka perusahaan rokok melakukan strategi pemasaran sedemikian rupa sehingga mampu melakukan kampanye terselubung tentang rokok yang berkedok kegiatan CSR. Penelitian ini dilakukan antara bu Astrid dan pak Heru dimana didapatkan hasil bahwa sulit memisahkan image iklan CSR Djarum Foundation dengan produk rokok Djarum. (Eko Widodo)