ASK
ME

REGISTER
NOW

Kreativitas Praktisi Media Malaysia Menurun

09/22/2014 00:00:00

Saat ini, program televise cenderung mengikuti tren yang berkembang di masyarakat. Sehingga, tidak ada lagi keunikan yang ditampilkan dari program tersebut.   program reality show yang marak muncul di program televisi di Malaysia, menunjukkan kreativitas pekerja media yang menurun. Mereka cenderung membuat program yang hanya meniru program yang sudah ada, seperti program kuis Who Wants to be A Millionaire, Malaysian Idol, Akademi Fantasi Malaysia, Master Chef, dan lain sebagainya.

 

Layaknya sebuah industri yang menawarkan program franchise untuk memperluas jaringan, begitu pula dengan industriisi program televisi yang menawarkan system franchise kepada banyak stasiuntv di dunia untuk membeli dan mengadopsi di negara masing-masing. “Apakah di Indonesia, ada program Idol? Master Chef?” tanya Juliana. “Ada,” jawab 50 mahasiswa yang hadir pada kuliah umum tersebut.

 

 

Juliana Abdul Wahab, Ph.D., pengajar di Jurusan Film dan Broadcasting, School of Communication, University Sains Malaysia, mengadakan kuliah umum di School of Communication, Univesitas Atma Jaya Jakarta, pada Selasa, 16 September 2014 dengan tema “Reality TV and The State of Reality in Malaysia”. Pemaparannya yang lugas dan kritis tentang program televisi di Malaysia, menarik mahasiswa untuk bertanya seputar kondisi dunia pertelevisian di Malaysia. Juliana pun menjelaskan dengan sangat jelas, jika kebebasan berbicara di Malaysia dengan Indonesia sangat berbeda. Malaysia masih penuh dengan control pemerintah, saham pertelevisian mereka separoh dimiliki oleh pemerintah. Tidak seperti di Indonesia yang murni milik swasta. Sehingga, ketika membuat program pun, masih konvensional dan tidak boleh memperlihatkan hal-hal yang bertentangan dengan fatwa. Misalnya, pakaian artis yang sopan, dan tidak boleh terbuka.

 

 

Kekangan dari pemerintah inilah yang membuat para praktisi media cenderung bermain aman ketika membuat program, seperti hanya membeli program reality show dari luar negeri yang tidak dilarang pemerintah dan mendatangkan keuntungan besar. Selain itu, juga membuat berbagai sinetron yang bernuansa klenik.

 

Semua tayangan yang dipaparkan oleh Juliana adalah bentuk program yang hanya melakukan duplikasi dan tidak mendidik bagi masyarakat. Maka, diakhir perkuliahannya, Juliana mengajak mahasiswa untuk selalu berpikir kreatif. Ikut tren tidak dilarang, tetapi alangkah lebih baik jika disertakan dengan ide kreatif dan unik yang menjadi cirri khas budaya bangsa. (Lisa Esti)