ASK
ME

REGISTER
NOW

LECTURER EXCHANGE: BERBAGI TENTANG INDONESIA

5/12/2017 12:00:00 AM

LECTURER EXCHANGE: BERBAGI TENTANG INDONESIA

 

Kepenatan setelah perjalanan panjang dari Jakarta menuju Orlando seketika terbayar saat seorang perempuan menyapa saya dengan hangat di Bandara International Orlando, Amerika Serikat, Minggu 19 Maret 2017.

 

Agnes, finally, we meet!” seru perempuan berdarah Kuba-Honduras tersebut.

“How’s your flight?” Ia bertanya.

 

Saya membalas sapaannya dengan ramah walau letih tak dapat saya sembunyikan.

“It was good, I could sleep well,” timpal saya dengan senyum.

 

Vilma Fuentes nama perempuan itu. Ia adalah Assistant Vice President Santa Fe College untuk urusan International Education.  Selama dua minggu saya berada di Gainesville, sebuah kota yang berjarak sekitar 185 km dari Orlando untuk menjalani program pertukaran dosen antara Unika Atma Jaya dengan Santa Fe College.

 

Sebelumnya, Santa Fe College telah mengirimkan dua orang pengajarnya untuk berbagi ilmu di Atma Jaya, yaitu Clay Smith, Ph.D. dan Li Ren-Kaplan, Ph.D. Kali ini, giliran saya yang mewakili Atma Jaya untuk berbagi dengan para mahasiswa Santa Fe College.

Program dua minggu sangat padat dengan berbagai kegiatan, mulai dari obeservasi kelas, bertemu dengan para staf dari berbagai biro, hingga presentasi. Ada beberapa kelas yang saya kunjungi, yaitu kelas English, Public Speaking, International Business, Introduction to Religion, Introduction to Humanities, World Geography, dan Movie as Narrative.

 

DARI GEOGRAFI HINGGA LITERATUR

Ketika mengunjungi kelas, beberapa dosen mengajak saya untuk berbaur. Suasana kelas serius namun santai. Seperti yang terjadi di kelas World Geography misalnya, Heidi Lannon, sang dosen mengundang mahasiswanya bertanya apa saja kepada saya tentang Indonesia. Di dinding kelas terpampang peta dunia ukuran jumbo. Setiap kali saya menyebut nama pulau, kota, negara, Heidi dengan sigap minta mahasiswanya menunjukkan letak pulau/kota/negara tersebut di peta. Di kelas ini saya mendapat berbagai pertanyaan, mulai dari tentang deforestasi di Indonesia hingga Pacific Ring of Fire.

 

Lain lagi di kelas Introduction to Religion. Rebecca McKee, dosen mata kuliah ini memiliki cara unik dalam memberi tugas. Para mahasiswa diminta membuat prakarya yang berhubungan dengan topik agama. Ada yang membuat poster, lukisan, miniatur Ka’bah, bahkan permainan monopoli yang instruksi atau pertanyaannya seputar agama. Seru!

 

 

Permainan monopoli dan miniatur Ka’bah hasil karya mahasiswa di kelas Introduction to Religion

 

Selain mengunjungi kelas-kelas, saya diminta sharing berbagai hal mengenai Indonesia, di antaranya tentang film, literatur, keadaan politik dan sosial kemasyarakatan, budaya, dan tentu saja pariwisata.

Di kelas bahasa Inggris, saya berbagi tentang budaya Indonesia. Kebinekaan Indonesia membuat mereka terpesona. Budaya masyarakat Aceh, daerah paling barat, sangat berbeda dengan budaya Papua yang berada di paling timur Indonesia. Walau demikian, mereka tetap menjadi satu Indonesia. Saya juga memperkenalkan kuliner Indonesia lengkap dengan foto aneka masakan Indonesia. Beberapa di antara mereka sangat mengapresiasi dan ingin sekali mencicipi masakan Indonesia.

Unfortunately, we don’t have Indonesian restaurant here in Gainesville,” kata Clay Smith, dosen pengampu kelas itu.

 

 

Wajah bahagia dari dua mahasiswi yang berhasil mendapatkan suvenir Atma Jaya

 

Padahal, di Gainesville kita dengan mudah dapat menjumpai berbagai restoran Asia, seperti Vietnam, Thailand, Jepang, dan Korea.

Beberapa dosen telah mempersiapkan para mahasiswanya untuk “menyambut” kedatangan saya di kelas yang mereka ampu. Mereka telah membekali mahasiswa dengan secuil informasi tentang Indonesia. Misalnya di kelas Movie as Narrative yang diampu oleh Randolph Handel. Ia meminta saya untuk presentasi tentang perfilman Indonesia, termasuk Lembaga Sensor Film (LSF) Indonesia. LSF sangat menarik perhatian mereka. Penyensoran bukan merupakan hal yang biasa bagi masyarakat Amerika Serikat. Sementara di Indonesia, setiap film yang beredar harus mengantongi surat tanda lulus sensor.

 

Literatur Indonesia ternyata juga menarik perhatian mereka. Di kelas Introduction to Humanities yang diampu oleh Ericka Ghersi, saya diberi kesempatan untuk memaparkan hal itu. Ericka memberikan penutup kelas yang sangat bagus. Dengan mengutip kata-kata Pramoedya, ia mengatakan bahwa literatur di Indonesia berkembang karena ada orang-orang yang mengungkapkan ekspresinya untuk membangkitkan kesadaran akan situasi yang sedang dihadapi masyarakat, bukan untuk menghibur.

 

 

Bersama Ericka Ghersi dan para mahasiswa yang mengambil mata kuliah Introduction to Literature

 

BERBAGI DENGAN MODEL UNITED NATIONS TEAM DAN ASIAN CORNER

Saya juga diberi kesempatan untuk presentasi di depan para mahasiswa kandidat Model United Nations. Topik yang saya angkat adalah relasi Indonesia dengan beberapa negara Amerika Latin (Kolombia, Kuba, Peru, dan Venezuela). Mereka banyak bertanya seputar hubungan diplomatik, bisnis, dan ekspor-impor. Saya juga menyelipkan informasi mengenai kerjasama antara ASEAN dan Alianza del Pacífico (Aliansi Pasifik). Mereka sangat antusias menyimak dan bertanya.

Mengapa Amerika Latin? Florida terletak di bagian selatan Amerika Serikat. Lokasinya sangat dekat dengan negara-negara Karibia seperti Kuba atau Jamaika. Karena itu Florida banyak kedatangan imigran dari daerah Karibia maupun Amerika Selatan. Di Santa Fe College, banyak mahasiswa dan stafnya yang merupakan hispanic. Sehingga topik tersebut sangatlah relevan.

 

Ketika sedang presentasi untuk Model United Nations Team

 

Santa Fe College juga memiliki Asian Corner. Ini adalah wadah bagi para mahasiswa, dosen, dan staf yang tertarik dengan segala hal yang berhubungan dengan Asia. Ketika makan piza dan berbincang santai, saya memanfaatkan momen yang akrab ini untuk presentasi. Bagai memasuki lorong waktu, saya mengajak mereka untuk mengenal Indonesia dari masa ke masa. Mulai dari zaman kemerdekaan hingga reformasi. Selama hampir 72 tahun Indonesia merdeka, banyak hal yang terjadi. Ada peristiwa pertumpahan darah, keberhasilan ekonomi, sampai perubahan di bidang politik dan demokrasi. Semua terangkum singkat dalam presentasi Indonesia: Wind of Change.

 

PARIWISATA INDONESIA

Untuk kuliah umum, saya memilih topik “Pariwisata Indonesia”. Indonesia memiliki berbagai destinasi unik, mulai dari petualangan, alam, kuliner, budaya, hingga modern. Kementerian Pariwisata RI menargetkan 15 juta kunjungan wisatawan mancanegara tahun 2017 dan 20 juta tahun 2019. Karena itu, pemilihan topik ini dimaksudkan untuk promosi pariwisata Indonesia.

Presentasi dimulai dengan memaparkan profil Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki keanekaragaman hayati. Selain itu, diinformasikan juga alokasi bujet (APBN) 2017 serta proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2017.

Pariwisata Indonesia tidak hanya Bali. Melalui presentasi ini, diperlihatkan bagaimana Indonesia mempromosikan destinasi lain dengan sistem “greater”, kebijakan bebas visa, dan tentu saja persiapan ketika ingin mengunjungi Indonesia.

Keingintahuan yang besar diekspresikan oleh mahasiswa dan dosen Santa Fe College dengan banyaknya pertanyaan yang diajukan. Beberapa pertanyaan sangat menarik, misalnya mengenai perwujudan pariwisata yang berkelanjutan di Indonesia dan pengelolaan sampah.

 

 

Berfoto bersama sebagian staf, dosen, dan mahasiswa yang hadir di presentasi mengenai Pariwisata Indonesia

 

Sebagai pamungkas, lagu “Indonesia Jaya” dari Giring Ganesha dinikmati oleh para hadirin yang datang. Video itu menggambarkan Indonesia yang kaya warna. Di akhir klip, tertulis kutipan dari seorang tokoh besar Indonesia yang sangat relevan bukan hanya bagi pariwisata Indonesia, namun bagi seluruh sektor yang kita miliki.

“Indonesia ada karena keberagaman” – Gus Dur