ASK
ME

REGISTER
NOW

Jurnalisme: Sejarah Yang Ditulis Hari Ini

11/05/2014 00:00:00

Salah satu keuntungan menjadi jurnalis adalah mengetahui suatu peristiwa lebih dahulu dari orang-orang lain, dan berada langsung di lokasi saat peristiwa tersebut terjadi. Namun demikian, seorang jurnalis selalu berada paling dekat dengan pusaran kepentingan. Seseorang yang memilih profesi sebagai jurnalis akan mengalami banyak godaan dan tantangan dalam pekerjaannya. Mereka yang tidak kuat menghadapi godaan dan tantangan, biasanya akan melenceng dari jalur kerja pers yang berintegritas.

 

“Maka itu saya katakan, kalau Anda menjadi jurnalis sekadar mencari pekerjaan, lebih baik tidak usah. Menjadi seorang jurnalis bagaikan menempuh jalan pedang,” kata Amarzan Loebis, wartawan senior Tempo, dalam acara seminar jurnalistik “Menjadi Wartawan Profesional dan Andal” hasil kerjasama Program Studi Ilmu Komunikasi dan Tempo. Acara tersebut dihelat di Gedung Yustinus Lantai 15, 29 Oktober 2014 lalu, pukul 09.00-12.00 WIB dan dihadiri sekitar 180 peserta mahasiswa Unika Atma Jaya dan umum.

 

Dari kiri ke kanan: Kaprodi Ilmu Komunikasi Isabella Astrid Siahaya

Pemateri seminar—Bagja Hidayat, Amarzan Loebis, Aditia Noviansyah, Ismail—dan moderator Andina Dwifatma

 

 

Redaktur politik Tempo Bagja Hidayat yang tampil pada sesi kedua memberikan materi tentang penulisan berita. Selain rumusan standar 5W+1H (What, Who, Where, When, Why, and How) Bagja juga memberi tips bagaimana merangkai kalimat sehingga lebih efektif, efisien, dan tidak menimbulkan salah kaprah.

 

Fotografer Tempo Aditia Noviansyah membagikan pengalamannya di bidang fotografi jurnalistik, ditutup dengan informasi mengenai Tempo Store oleh Ismail. Lewat Tempo Store, kalangan umum dapat mengunggah hasil karya fotografi jurnalistiknya untuk digunakan oleh pelanggan Tempo Store dengan harga tertentu.

 

Di tengah derasnya arus teknologi yang berakibat matinya beberapa media cetak—kasus terbaru adalah ditutupnya sembilan majalah di bawah Kompas Gramedia Group—pada akhirnya kualitaslah yang akan berbicara. Para jurnalis harus bekerja lebih keras dalam memastikan berita yang ditulisnya kredibel, merupakan hasil kerja pers yang berintegritas, dan aktual. “Sebab jurnalisme adalah sejarah yang ditulis hari ini,” pungkas Amarzan Loebis. (Andina Dwifatma)