ASK
ME

REGISTER
NOW

Transfromasi Pembelajaran di Era Pandemi & Peluang Membangun Daya Saing Global

4/12/2021 12:00:00 AM

 

Sabtu, 10 April 2021. Prof Dr Hana Panggabean, Guru Besar Program Doktor Psikologi Unika Atma Jaya tampil sebagai keynote speaker dalam Konferensi Nasional 1 Konsorsium Psikologi yang diselenggarakan oleh Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah III bersama Prodi prodi Psikologi di wilayah Jakarta.

 

Dalam presentasi berjudul “Transformasi Pembelajaran di Era Pandemi dan Peluang Membangun Daya Saing Global” Prof Hana memulai paparannya dengan menggambarkan situasi perguruan tinggi di awal awal pandemic covid-19: kampus yang tergagap gagap dalam mengalihkan pembelajaran dari tatap muka menjadi daring, tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi seluruh dunia. Tantangan muncul karena ketidaksiapan dosen, mahasiswa, maupun infrastruktur untuk pembelajaran daring tersebut. Namun tidak sampai satu semester, dunia pendidikan tinggi sudah beralih total ke pembelajaran secara virtual, tanpa mempertanyakannya lagi; pun kemudian diikuti dengan penyelenggaraan kegiatan konferensi dan berbagai kegiatan lainnya; bahkan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat juga muncul dalam model daring, sesuatu yang sebelumnya tidak diakui, bahkan tidak terpikir.

 

 

Beberapa studi terkait pembelajaran dan evaluasinya, baik pada konteks nasional maupun global disampaikan Prof Hana menyertai paparan bagian pertamanya. Singkatnya, efektivitas pengajaran secara daring di masa pandemi lebih rendah, terjadi learning loss, terlambat 1-2 bulan dibandingkan situasi normal. Apakah sesudah pandemi tuntas, dunia pendidikan akan kembali model lama, sejumlah prediksi meyakininya ‘tidak’.

 

Pada bagian kedua, Prof Hana berbicara mengenai Indonesia di kancah global. Studi yang dilakukannya bersama dua rekan lain pada 2012 memperlihatkan jumlah orang Indonesia underrepresented di global, bahkan di bawah Sri Langka dan Malaysia. Beberapa faktor hambatan teridentifikasi dalam studi, namun ditemukan juga sejumlah kekuatan yang bisa dieskalasi agar orang Indonesia sukses di kancah di global. Mereka yang sudah ada di global menilai peran mentor dalam proses ini sangat menentukan, disertai kesediaan mau belajar hal baru dan kemampuan merangkul keberagaman.

 

Bagian penutup atau sesi ketiga Prof Hana mengemukakan sejumlah hal yang bisa dimanfaatkan dari situasi pandemi ini untuk membangun kesiapan menuju global. Tuntutan untuk ‘di rumah saja’ dan belajar secara daring merupakan kesempatan untuk melatih sikap kemandirian: mengelola waktu dan bekerja secara independent; kelak ketrampilan ini akan mempengaruhi kemandirian berpikir dan mengambil keputusan. Kampus bisa menyiapkan para mahasiswa dengan menghadirkan tamu internasional ke dalam kelas virtual tersebut, tidak saja sekedar kuliah, tetapi juga membentuk intercultural projects. Biarkanlah mahasiswa belajar dari interaksi majority – minority, dan membangun kredibilitas serta trust dari kelompok mayoritas ini. Apabila mereka berhasil dalam berbagai kegiatan demikian, maka akan berkembang global mindset mahasiswa, dan kelak mereka akan menjadi diversity champion.

 

Kecenderungan orang Indonesia yang guyub, dan banyak menggunakan komunikasi implisit penuh dengan non verbal dan simbol akan sangat challenging pada masa pandemic, karena tantangan berkomunikasi melalui teknologi menuntut kemampuan artikulasi, sehingga mau tidak mau menuntut komunikasi eksplisit, dan menjadi pribadi yang lebih individualist, terpisah dari guyubnya. Kalau mereka berhasil mengatasinya, maka ini akan menjadi modal untuk menuju global, tetapi tetap dengan jati diri sebagai orang Indonesia. Tantangan berikutnya adalah mengembangkan technical competence di tengah sistem pendidikan di Indonesia yang cenderung generik. Pandemi covid-19 membawa peluang besar mengatasi isu generalist ini, berbagai program belajar daring untuk program sertifikasi. Perguruan tinggi bisa memfasilitasi dengan infrastruktur teknologi atau juga kurikulum yang fleksibel; dosen menyesuaikan diri dengan peran barunya, yakni sebagai fasilitator, mentor and learning designer.

 

Singkat kata, pandemi covid-19 membawa wajah lain: peluang belajar yang terbuka luas, tidak lagi bicara lokal, tetapi sebagai warga dunia, dan dengan tantangan baru yang dihadapi bersama-sama: kompetisi untuk memenangkan diri di pasar global (JM).