ASK
ME

REGISTER
NOW

Prodi Komunikasi di Konferensi Komunikasi Nasional ISKI 2014

12/01/2014 00:00:00

Prodi Komunikasi Unika Atma Jaya Jakarta berpartisipasi dalam Konferensi Komunikasi Nasional ISKI 2014 di Lombok, dengan menugaskan dosen tetapnyasebagai pemakalah pada sesi paralel di konferensi tersebut.Dosen Prodi Komunikasi Unika Atma Jaya Jakarta yang berpartisipasi sebagai pemakalah pada sesi tersebut adalah: Bpk. Suharsono dengan makalah “Peran Komunikasi Persuasif dalam Meningkatkan Keberhasilan Kepemimpinan Transformasional: Kajian Teoritis Kepustakaan,” Ibu Isabella Astrid Siahaya, dengan makalah“Perilaku Remaja dalam Menggunakan Media Baru,” dan Bpk. Salvatore Simarmata dengan makalah “Paralelisme Politik Surat Kabar pada Pemilu Presiden 2014”.

 

Kegiatan ini dilaksanakan dengan dua tujuan utama, yaitu: (1) memaparkan permasalahan komunikasi nasional Indonesia dan peran komunikasi bagi kemajuan bangsa; dan (2) ruang untuk sinergi pemikiran dan gagasan para peneliti bidang komunikasi di tanah air.

 

Lewat tema “Masa depan komunikasi, masa depan Indonesia”, Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) menyelenggarakan konferensi nasional selama tiga hari di Lombok, Nusa Tenggara Barat, 18-20 Oktober 2014.Acara yang dihadiri oleh 300 lebih peserta ini dibagi kedalam tiga agenda penting yaitu: sesi keynote speaker, sesi panel, dan sesi paralel. Yang menarik adalah pada sesi panel dan sesi parallel.

 

Pada sesi panel, para ahli komunikasi di Indonesia, Prof. Sasa Djuarsa Sendjaja (UI) yang memetakan dinamika pendidikan komunikasi di Indonesia, Prof. Deddy Mulyana (Unpad) yang mengkaji tentang persoalan etika dalam komunikasi dan pentingnya pendekatan kritis dalam kajian komunikasi, Prof. Andi Faisal Bakti (UIN Jakarta) yang membahas tentang potensi-potensi terjadinya konflik dalam masyarakat Indonesia, menyampaikan inti-inti pemikiran mereka dalam kerangka arah dan tantangan komunikasi di Indonesia kedepan, dipandu oleh moderator, Dr. Dorien Kartikawangi (Prodi Komunikasi Unika Atma Jaya Jakarta).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Secara khusus, Prof. Sasa Djuarsa Sendjaja menegaskan bahwa pendidikan Komunikasi di Indonesia meningkat pesat seiring dengan kemajuan industri media dan komunikasi. Oleh sebab itu kurikulum pendidikan tinggi dan penelitian Ilmu Komunikasi perlu diselaraskan dengan perkembangan industri komunikasi, yang menghasilkan makin beragamnya profesi di bidang komunikasi, serta diperlukannya keahlian spesialisasi. Dua rekomendasi penting yang diangkat adalah agar pemerintah jangan terlalu intervensi dengan bidang keilmuan, dan masyarakat akademis bidang komunikasi perlu membentuk Konsorsium Ilmu Komunikasi sebagai lembaga independen yang mencakup perwakilan dari seluruh stakeholders untuk membahas dan menentukan arah pengembangan Ilmu Komunikasi di Indonesia kedepan.

 

Pada sesi panel lain yang dibingkai dengan sub-tema “Masa Depan Penyiaran di Indonesia”menyoroti perkembangan industri media penyiaran televisi di Indonesia dengan menghadirkan pembicara Nurjaman Mochtar (Pemred SCTV & Indosiar), Suryopratomo (Direktur Pemberitaan Metro TV), dan Arya Sinulingga (Chief Editor MNC Group), serta Judhariksawan (Ketua KPI).

 

Suryopratomo yang menyoroti perihal kebebasan dalam bermedia menyatakan bahwa ketidakpahaman penggunaan teknologi informasi bagi kehidupan menyebabkan kegagapan dalam berkomunikasi. Kita tidak bisa membedakan komunikasi mana yang sifatnya publik dan mana yang bersifat pribadi. Ditambah dengan rendahnya etika dan buruknya berbahasa membuat komunikasi akhirnya tidak mencapai tujuan untuk menyampaikan pesan. Dia juga mengkritisi tentang media yang lebih ditempatkan sebagai usaha bisnis yang mengutakan laba, bukan sebagai lembaga sosial yang mengutamakan kepentingan publik. 

 

Sementara itu Nurjaman Mochtar mengatakan bahwa kepemilikan media tidak menentukan kesuksesan seseorang dalam pemilihan umum. Dia mencontohkan Joko Widodo yang tidak punya media bisa jadi presiden, sementara tokoh lain yang mencalonkan diri dan punya grup bisnis media tetap kalah. Salah satu faktor yang paling menentukan adalah karena semua aspek tentang Joko Widodo sangat disukai oleh masyarakat, sehingga media (siapapun pemiliknya) tertarik untuk memberitakannya. Singkatnya Joko Widodo secara personal sudah menjadi content itu sendiri.

 

Sementara pada sesi paralel terdapat 180-an paper yang dipresentasikan dan dibagi ke dalam 20 kelompok, di mana dosen Prodi Komunikasi Unika Atma Jaya Jakarta jadi pemakalah. Keseluruhan acara konferensi ditutup dengan sebuah refleksi singkat dari Amir Effendi Siregar serta penyampaian harapan-harapan dari Ketua Umum ISKI Pusat, Yuliandre Darwis, PhD.Kegiatan serupa akan dilaksanakan tiap tahunnya di masa-masa mendatang.