ASK
ME

REGISTER
NOW

Kepemimpinan yang Berperspektif Gender

07/07/2009 00:00:00
Penulis/Peneliti : Pradewi Iedarwati

Bidang Penelitian : Gender

Jurnal : Pusat Studi Wanita Universitas Gajah Mada-ISBN 979-8680-10-3

Volume :

Tahun : 18 Juni 2009


Sketsa Karakteristik Kepemimpinan Berbasis Gender

Dalam Bingkai Partriarki

Lukisan dalam bentangan kanvas Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tentang kepemimpinan pada lembaga-lembaga strategis dari mulai lembaga keluarga sampai dengan lembaga negara kental berwajah patriarki. Ekspresi dominasi laki-laki dan kemarjinalan perempuan tertuang dalam sketsa yang menghiasi panorama gender gap yang memantulkan realitas rendahnya kemampuan agregasi laki-laki dan tingginya alienasi politik perempuan.

Penelitian mengenai karakteristik gender di kalangan mahasiswa dan pelajar SMU se Jabodetabek memberikan hasil temuan bahwa : (a) kedua komunitas tersebut sama-sama memiliki seperangkat karakteristik gender yang tidak berbeda (b) terdapat kesamaan pemahaman dikalangan mahasiswa dan pelajar SMU baik yang laki-laki maupun yang perempuan, tentang karakteristik yang dianggap sangat penting yang berkaitan dengan karakteristik feminin maupun karakteristik maskulin, (c) terdapat sepuluh (10) karakteristik yang sama-sama dianggap sangat penting berdasarkan rata-rata peringkat yaitu ambisi, gigih, sabar, peduli, rasional, optimis, berkuasa, cerdik, bebas dan jujur, (d) pandangan mengenai (10) sepuluh karakteristik tersebut, secara bersamaan dapat merefleksikan karakteristik kepemimpinan komunitas ini.

Pemahaman komunitas mahasiswa dan komunitas pelajar SMU yang berkaitan dengan karakteristik gender dan karakteristik kepemimpinan, memberi nuansa baru tentang tumbuhnya kesadaran gender pada kelompok muda.
Menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran gender menjadi cara efektif untuk mendobrak bingkai patriarki. Kesadaran gender menjadi landasan penting bagi munculnya karakter kepemimpinan yang berwawasan gender. Kesadaran gender merupakan syarat awal bagi peningkatan peran perempuan dalam kepemimpinan, oleh karenanya kebijakan yang berkaitan dengan pembakuan peran gender menjadi sangat kontraproduktif karena kebijakan ini menjadi penghambat utama suburnya kesadaran gender.

Ketika kepemimpinan berbasis gender belum tumbuh subur dalam ruang domestik maka kepemimpinan berbasis gender dalam ruang publik hanyalah fatamorgana bagi perempuan.


Penulis adalah staf pengajar di Fakultas Ilmu Administrasi Unika Atma Jaya.