ASK
ME

REGISTER
NOW

Independensi Media Dipertaruhkan dalam Pilkada (Suara Pembaruan, 18 Juni 2005)

06/23/2005 00:00:00

JAKARTA - Pers diharapkan tetap menjaga independensi, objektivitas dan mampu melakukan analisis serta mengkritisi secara bijaksana dan cerdas kepada setiap calon kandidat kepala daerah yang bersaing dalam sebuah pemilihan.

Hal itu dikatakan pakar komunikasi politik dari Temple University, Amerika Serikat , Prof Dr Herbert W Simons kepada Pembaruan di Kampus Unika Atma Jaya, Jumat (17/6). Menurut rencana dia akan berbicara dalam seminar internasional bertajuk Media and Political Campaign. Menurut dia, sesungguhnya dengan terciptanya iklim reformasi dan keterbukaan arus informasi di tengah masyarakat, sebenarnya hal ini merupakan peluang bagi para kandidat untuk sama-sama memanfaatkannya. Namun, media di pihak lain, tetap harus mengingat kata kunci atau kredo mereka bahwa dalam melaksanakan tugas dan fungsinya media harus berimbang dan tidak memihak kepentingan-kepentingan.

Mengenai kondisi dilematis sejumlah media di Indonesia yang di satu-sisi kepemilikannya dikuasai oleh para pemegang saham yang dekat dengan lingkar partai politik, sedangkan di sisi lain mereka harus independensi hal ini juga dialami oleh sejumlah media di Amerika Serikat yang mempunyai banyak latar belakang.

"Sehingga antara independensi dan dependensi hanya dibatasi oleh garis yang sangat tipis. Di satu sisi independensi menjadi harga mati oleh pengelola media dan wartawannya, namun disisi lain ada dependensi atau mempertahankan kepentingan mereka. Jadi memang memerlukan kearifan dan kecerdasan dalam mengelola media jika berhadapan dengan situasi seperti itu. Dan disitulah seni mengelola media secara profesional, media tetap harus independen," ujar dia.

Dikatakan, kepada para calon pemimpin daerah yang sedang berkompetisi mememangkan pemilihan kepala daerah, jika mereka ingin mengambil hati masyarakat yang perlu dilakukan adalah sering menampilkan diri dalam media dengan membuat kegiatan atau isu strategi kampanye yang menarik sehingga akan mendapat liputan media secara tepat. Dengan semakin seringnya dia tampil di media maka secara otomatis dia akan lebih dekat dengan masyarakat dan pemilihnya.

"Mungkin dalam satu minggu dia bisa tampil sekali gambarnya di dalam sebuah media, atau menghadiri sejumlah pertemuan dengan para tokoh-tokoh agama dan bersalaman dengan mereka sehingga akan menimbulkan kesan di masyarakat bahwa tokoh-tokoh agama itu memihak mereka, padahal belum tentu, namun persepsi seperti itu memang harus dibentuk dan diciptakan," ujarnya. (E-5)