ASK
ME

REGISTER
NOW

EXTRA TIME: FOOTBALL AS BUSINESS, SPORT, AND UNIFIER

10/15/2018 00:00:00

“Sepak bola adalah afirmasi identitas dari sebuah bangsa” – Arnaud Amouroux

 

Piala dunia tahun ini bukan hanya milik Prancis. Rusia sebagai tuan rumah juga mendapatkan apresiasi internasional karena dapat menyelenggarakannya dengan baik. Rusia mengeluarkan dana sekitar 13-14 miliar USD yang dialokasikan antara lain untuk membangun infrastruktur transportasi, stadion, dan akomodasi.

 

Tak lama berselang, mega bintang Cristiano Ronaldo diberitakan resmi hijrah ke Juventus. Juve harus mengeluarkan kocek sebesar 100 juta euro untuk memboyongnya ke Allianz Stadium. Nilai-nilai fantastis di atas adalah contoh bahwa di balik permainan si kulit bundar, ada bisnis yang sangat besar.

 

Namun, sepak bola tidak melulu bicara soal bisnis dan aliran uang. Pemain-pemain top seperti Ronaldo, Lionel Messi, atau Kylian Mbappé membutuhkan proses yang panjang. Mereka juga mengalami pembinaan dari tingkat junior, bermain di liga lokal, sebelum akhirnya berkiprah di tingkat dunia.

 

Karena itu, Himpunan Mahasiswa Administrasi Bisnis (HIMABI) Unika Atma Jaya menggelar wicara (talk show) dengan tajuk Extra Time: Football as Business, Sport, and Unifier di Gedung Yustinus lantai 15 pada 3 Oktober 2018. HIMABI membagi acara menjadi dua sesi. Sesi pertama membicarakan sepak bola sebagai bisnis. Sedangkan sesi kedua mendiskusikan sepak bola dari sisi pembinaan dan sepak bola sebagai alat pemersatu. Kedua sesi dimoderatori oleh Alfonso Harrison, M.Si. yang merupakan dosen program studi Ilmu Komunikasi dan pembina unit kegiatan sepak bola di Unika Atma Jaya.

 

Di sesi pertama, Duta Besar Federasi Rusia untuk Indonesia, H.E. Lyudmila Georgievna Vorobieva mengatakan bahwa sepak bola merupakan olah raga yang popular di negaranya. Rusia sangat serius dalam meyelenggarakan event sebesar piala dunia. Empat tahun sebelumnya, Rusia telah membentuk panitia. Panitia ini memiliki program kampanye promosi dalam membentuk citra Rusia sebagai negara yang ramah dan aman. Rusia juga mengeluarkan kebijakan bebas visa dan akses trasnportasi publik tanpa biaya kepada pembeli tiket pertandingan piala dunia. Pergelaran ini merupakan investasi yang sangat besar bagi Rusia.

 

Selain Duta Besar Federasi Rusia, hadir Eddward S. Kennedy dari Tirto.id dan Oki Rengga Winata yang eks pemain PSMS Medan namun sekarang menjadi stand-up comedian. Menurut Eddward, nilai transfer pemain ditentukan oleh beberapa hal, di antaranya usia produktif, pencapaian prestasi, dan popularitas. Striker cenderung memiliki nilai transfer lebih mahal karena pengukurannya mudah, berdasarkan produktivitas gol yang dicetaknya.

 

Sementara Oki Rengga lebih menyoroti tentang klub-klub Indonesia. Di Indonesia, kontrak pemain rata-rata pendek usianya. Hal ini karena ketidakpastian liga di Indonesia. Klub tidak berani berspekulasi dengan kontrak yang mahal dan durasi yang lama. Ia juga mengomentari tim nasional Indonesia. Menurutnya, kedatangan Luis Milla membawa angin segar bagi persepakbolaan Indonesia. Milla banyak membuat perubahan pola permainan di timnas sehingga lebih menjanjikan.

 

Sesi 1 yang seru bersama narasumber Duta Besar Federasi Rusia untuk Indonesia, H.E. Lyudmila Georgievna Vorobieva, Eddward S. Kennedy (wartawan Tirto.id), dan Oki Rengga Winata (pemain sepak bola dan komika stand-up).

 

Kelar sesi pertama, gelar wicara dilanjutkan ke sesi kedua. Sesi ini menyoroti pembinaan dan sepak bola sebagai alat pemersatu. Hadir dalam sesi ini adalah Caesar Alexey (wartawan olah raga Harian Kompas),  Margot de Groot van Embden (Institut Français d’Indonésie), dan Arnaud Amouroux yang merupakan spesialis peacebuilding and security. Menurut Caesar, Indonesia belum memiliki program pembinaan usia dini yang cukup baik. Karena itu, mengapa beberapa institusi atau organisasi swasta menyelenggarakan liga atau turnamen yang berfungsi sebagai pembinaan. Ia menyebutkan Liga Kompas Gramedia (LKG) sebagai salah satu contoh. Tim Indonesia yang bermain di Gothia Cup di Swedia adalah hasil binaan LKG. Prestasi tertinggi Indonesia di piala ini adalah juara ke-2 (2013). LKG juga menyumbang 10 dari 23 pemain Timnas Indonesia U-16.

 

Lalu, bagaimana sepak bola jika dikaitkan dengan sosial dan politik? Menurut Margot, Indonesia dan Prancis memiliki kemiripan dalam hal keberagaman. Bagi Prancis sepak bola sebagai alat pemersatu sangat mungkin, namun bukan hal yang sederhana untuk dilakukan. Butuh waktu yang panjang hingga akhirnya tercapai persatuan atas keberagaman itu.

 

Hal menarik dikemukaan oleh Arnaud. Ia menyoroti Kosovo. Negara mungil di Peninsula Balkan ini belum mendapat pengakuan penuh dari Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai negara berdaulat. Namun, FIFA telah mengakuinya karena negara ini memiliki tim sepak bola nasional. Contoh lain adalah Catalonia. Pada saat Spanyol dikuasai oleh Franco, bendera dan bahasa Catalan sangat dilarang. Satu-satunya tempat di mana bendera Catalan dapat berkibar dan bahasa Catalan dapat diucapakan adalah di Stadion Camp Nou, markas klub Barcelona FC. Ternyata, sepak bola pun bisa berperan sebagai afirmasi identitas dari sebuah bangsa.

 

Para narasumber sesi II: Margot de Groot van Embden, Caesar Alexey dan Arnaud Amouroux berfoto bersama moderator Alfonso Harrison, M.Si, Dekan FIABIKOM (Dr. Eko Widodo), dan ketua acara (Kevin Widagdo

 

Bukan acara sepak bola, jika tidak ada aktivitas yang berkaitan dengan sepak bola. Panitia membuat games menarik yang hadiahnya pun cukup menggiurkan. Mahasiswa yang gemar bermain sepak bola ditantang untuk football juggling. Juaranya mendapatkan voucher belanja dan suvenir. Tidak hanya itu, acara ini juga melibatkan seluruh hadirin untuk bermain kuis online melalui Kahoot. Peserta dapat menggunakan telepon pintar untuk mendaftar ikut permaian ini. Kahoot akan menampilkan 20 pemain sepak bola dari berbagai negara dan klub, dari pemain masa kini sampai yang sudah melegenda. Para peserta harus menebak dengan tepat dan cepat. Semakin cepat (dan tepat tentunya!) dalam menebak, semakin besar nilainya. Karena ini online games, maka akumulasi nilai juga dilakukan secara otomatis oleh Kahoot. Seru deh pokoknya! (AA)

 

Permainan football juggling. Ternyata mahasiswa Atma Jaya banyak yang punya talenta juggling

 

Para peserta yang mendaftar untuk ikut permainan tebak nama pemain sepak bola melalui Kahoot.